Nabi Ayyub Di uji Allah, Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah

Nabi Ayyub Di uji Allah

Aku bertanya,”Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub? Bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?”

Orang itu menjawab,”Tentu aku tahu.”

Aku bertanya,”Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?”

Ia menjawab,”Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah.”

Aku berkata,”Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya.”

Ia menimpali,”Benar.”

Aku bertanya,”Bagaimanakah sikapnya?”

Ia menjawab,”Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah.”

Aku berkata,”Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?”

Ia menjawab,”Iya.”

Aku bertanya,”Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?”

Ia menjawab,”Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah. Langsung saja jelaskan maksudmu. Semoga Allah merahmatimu.”

Aku (pun) berkata,”Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau.”

Orang itu berkata,”Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada-Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka,” kemudian ia berkata,”Inna lillah wa inna ilaihi roji’un,” lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia.

Aku berkata,”Inna lillah wa inna ilaihi roji’un.”

Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja, maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa.[1] Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis.

Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku: “Wahai ‘Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?”

Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami.

Lalu mereka berkata,”Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!”

Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata: “Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan Allah. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur”.

Aku bertanya kepada mereka: “Siapakah orang ini. Semoga Allah merahmati kalian?”

Mereka menjawab,”Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu ‘Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan menguburkannya. Setelah usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan.

Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah:

سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Salamun ‘alaikum bima shabartum” [keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra’d/13:24].

Aku bertanya kepadanya,”Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?”

Ia menjawab,”Benar.”

Aku berkata,”Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?”

Ia menjawab,”Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada Allah, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai.”

(Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5 halaman 2-5)

Tidak ada komentar: