Penjelasan Ahli Fikih Madinah Soal Shaf Renggang Cegah Corona

shaf renggang di masjidil haram
Bismillah…

Sebelum kita bersama mengkaji fatwa dari guru kami Syekh Prof. Dr Sulaiman Ar-Ruhaili hafidzohullah_, terkait hukum shaf renggang dalam sholat jama’ah, dalam rangka antisipasi sebaran Corona, ada tiga catatan penting sebagai pendahuluan :

[1] fatwa ini bukan untuk menganjurkan sholat di masjid di saat wabah seperti saat ini. Karena kondisi masjid di Indonesia tidak sama dengan Masjidil Haram yang telah ditutup untuk umum.

[2] Tujuan dari tulisan ini adalah :

• untuk menjawab keresahan masyarakat terkait hukum sholat shaf renggang di Masjidil Haram yang telah viral. Mengingat banyaknya pertanyaan dan komentar dari nitizen terkait ini.

• memperkenalkan kepada masyarakat tentang keluasan ilmu fikih dan fleksibilitas ajaran Islam yang selaras dengan masalahat.

• untuk meluruskan persepsi yang ditangkap masyarakat awam, agar mereka tidak berbicara tanpa dasar Ilmu, apalagi nyinyir fenomena seperti ini, yang akan memperburuk puasa kita.

Baca ulasan kami sebelumnya :

Hukum Merenggangkan Shaf Untuk Cegah Corona

[3] Syekh Prof. Dr Sulaiman Ar-Ruhaili adalah ulama yang dikenal ahli dalam bidang Fikih dan Ushul fiqh beserta cabang-cabang ilmunya. Beliau adalah pengajar tetap di Masjid Nabawi, Imam dan Khotib Masjid Quba Madinah, serta guru besar di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Madinah.

Kemudian mari kita simak fatwa Syekh Prof. Dr Sulaiman Ar-Ruhaili hafidzohullah terkait shaf renggang :

Pertanyaan :

هل يجوز للمصلين أن يجعلوا بينهم مسافة متر أو مترين عن يمينهم شمالهم في الصف في الجماعة وقاية من هذا الوباء؟
“Bolehkah seorang yang sholat berjama’ah, berbaris menyusun shaf dengan jarak 1 atau 2 meter kanan dan kiri mereka, dalam rangka pencegahan diri dari wabah (corona, pent)?”

Jawaban Syekh :

ينبغي يا إخوة أن نعلم أن وقوف المصلين في صف واحد و لو كانوا متباعدين ليس من باب صلاة المنفرد خلف الصفّ لأنّهم في صف واحد. إذن هذا ليس من هذه المسألة يقينا
“Saudaraku seyogyanya kita perlu ketahui, bahwa berdirinya jama’ah sholat pada satu barisan shof, walaupun renggang, bukan termasuk sholat sendiri (munfarid) dibelakang
shaf. Karena mereka masih dalam satu barisan shaf.

Jadi yang seperti ini, beda ya.. bukan tergolong sholat sendirian di belakang shaf.

بقي أنّ الأصل أنه يجب تراص المأمومين [ الجمهور يقولون هذا مستحبّ و التفريج مكروه ] لكنّ الصحيح أنّه يَجب !
Tinggal pembahasan selanjutnya, hukum asal pada makmum, diwajibkan meluruskan shaf (Jumhur berpandangan hukumnya sunah, adapun merenggangkan shaf, makruh). Namun pendapat yang benar, meluruskan shaf hukumnya wajib.

لكن إذا وُجدت الحاجة جاز تباعد المصلّين
فإذا كنّا بين أمرين إمّا أن نقولَ لا يصلّون جماعة. و إمَّا أن نقول على أساس علميّ: يصلون جماعة و يتباعدون.. فإنهم يصلّون جماعة و يتباعدون و لا حرج في هذا. على أنّه يُلتزم بما يوجه به وليّ الأمر في المسألة ففي هذه المصالح العامّة الأمرُ منوطٌ بوليّ الأمر !
Akan tetapi, apabila ada kebutuhan (hajat), boleh merenggangkan shaf antar makmum. Maka dari sini, kita memiliki dua pilihan :

– Kita katakan, “Tidak usah sholat jamaah dulu ke masjid.”

– Atau kita katakan berdasar pertimbangan ilmiyah, “Silahkan sholat jamaah di masjid, tapi shafnya renggang. Tidak mengapa.”

Wajib mentaati himbauan pemerintah dalam pencegahan wabah ini. Karena ini menyangkut kemaslahatan umum, yang menjadi tugasnya pemerintah untuk mengatur.”

Kemudian di kesempatan lain, saat bicara tema yang sama, beliau menegaskan,

إذا كان هناك ضرر غالب من صلاتهم
في المساجد حتى مع التباعد فالأفضل أن يلزموا بيوتهم و لو لم يُلزَموا بهذا.
“Apabila dengan sholat mereka berjama’ah di masjid, berpotensi tertimpa bahaya (wabah), meskipun dengan merenggangkan shaf, maka lebih baik sholat di rumah, meskipun pemerintah tidak mewajibkan mereka sholat di rumah.

أمّا إذا لم يكن هناك ضرر و لكن أُلزموا بالتباعد ، أو لا يكون هناك ضرر إذا حصل التباعد لمتر أو متر و نصف فإنهم يصلّون في المساجد مع التّباعد.
مع لزوم ما يوجه به وليّ الأمر في هذه المسألة، انتھ.
Namun bila tidak ada potensi bahaya, akantetapi jama’ah diharuskan sholat dengan shaf renggang, atau tidak ada potensi bahaya jika sholat dilakukan dengan shaf renggang satu atau setengah meter, maka silahkan masyarakat sholat di masjid dengan merenggangkan shaf.
Bersamaan himbauan ini, kita taati arahan pemerintah dalam masalah ini.”

Selesai….

Fatwa ini beliau sampaikan, di kajian Syarh bab puasa (Shiyam), dari Kitab Bulughul Maram. Tepatnya pada sesi tanya jawab, kajian pembahasan I’tikaf dan Qiyamulail.

****

Fatwa ini kami nukil dari dari grup WA Multaqo Duat Indonesia.

Tidak ada komentar: