Pernah suatu ketika di sebuah tempat di Kalimantan Selatan, saya bertanya pada panitia penyembelihan hewan di hari raya Iedul Adha, mengapa mereka mendapat titipan hewan qurban begitu banyak dari warga perumahan sebelah? Saya tanya: "kenapa warga sebelah tidak menyembelihnya sendiri, bukankah mereka punya lahan/lapangan luas?". Jawabannya cukup mengejutkan: "warga tak mau menyembelih di area perumahan, pak. karena bos perusahaannya orang Hindu dari Malaysia".
Saya tak bertanya lebih lanjut, sampai datanglah suatu kesempatan beberapa bulan kemudian dimana saya bertemu langsung dgn si bos yg Hindu itu. Sebenarnya kami bertemu untuk suatu urusan bisnis biasa. Hanya karena saya teringat kejadian tsb, dialog kami berujung pada masalah sapi-sapi itu. Saya tanyakan dengan hati-hati, bukan karena saya takut tapi perusahaan beliau ini dikenal dengan reputasi pecat-memecat, sehingga saya khawatir pertanyaan saya berakibat buruk pada karyawan muslim di perusahaannya.
"Saya dengar karyawan anda, warga muslim di perumahan perusahaan anda tak mau menyembelih sapi sendiri di saat hari raya qurban. Apakah memang ada larangan?" Begitu saya bertanya, dan beliau dgn sigap menjawab: "Tak pernah ada larangan, tapi di perusahaan kami toleransi beragama harus menjadi prioritas".
Mendengar jawaban tsb terbersit dua kemungkinan: orang ini yg pandai ngeles atau warga yg terlalu sensitif mendengar ajakan toleransi.
Maka saya pun memberikan argumen: "Fair enough, jika toleransi yg diinginkan maka coba anda tunjukkan bahwa anda juga memiliki sikap toleran! How? Bilang pada orang2-mu bahwa mereka boleh menyembelih sapi di perumahan perusahaan di hari raya Iedul Adha".
Saya melanjutkan: "Pertama, karena saya yakin karyawan anda itu telah salah menafsirkan toleransi yg anda maksud. Kedua, karena anda hanya sendiri disini, sementara ratusan orang muslim perlu menjalankan syariat agamanya. Dan ketiga, sangat mudah bagi anda pergi meninggalkan lokasi di hari Iedul Adha jika tak ingin menyaksikan penyembelihan itu"
Mendengar argumen itu, si Malaysia itu tak memberi tanggapan ataupun jawaban apapun. Kami pun jarang dan tak pernah saling kontak lagi. Never mind ... yg jelas satu hal yg membahagiakan adalah mulai Iedul Adha thn lalu, warga di kompleks perumahan itu sudah melakukan penyembeliham hewan qurban-nya sendiri.
Itulah toleransi-ku, bagaimana toleransi-mu?
source Katon Kurniawan
Tidak ada komentar: