viral video dan foto jamaah tarawih renggang di masjidil haram, berikut penjelasan syaikh Sa'ad

Beredar luas potongan video dan foto jemaah shalat tarawih di Masjidil Haram. Yang menjadi ramai dibicarakan adalah posisi makmum yang merenggangkan shaf antara satu jemaah dengan jemaah lainnya.

Keadaan jemaah shalat seperti ini sebenarnya telah dipraktekkan di banyak tempat. Beberapa masjid di negara dunia melakukan serupa, tak terkecuali di Indonesia.

Polemik kemudian muncul, mengingat ada perbedaan pendapat di antara ulama terkait renggangnya shaf shalat.

Di media sosial, warganet tak urung memberikan komentar saling membela pendapat yang diyakininya paling benar.

Menjawab hal di atas, Syaikh DR. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, menjelaskan saat diwawancari oleh stasiun Saudia TV.

Syaikh Sa’ad yang juga anggota Haiyah Kibar Ulama Arab Saudi, mengatakan bahwa mendirikan shaff dengan merapatkan jemaah adalah sunnah, bukan kewajiban atau rukun shalat.

“Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya mendirikan shaff adalah dari kebaikan shalat, ini menunjukkan bahwa itu adalah sunnah, bukan wajib.” Jelas Syaikh Sa’ad.

“Dari sini diketahui, bahwa merapatkan shaff shalat bukan perkara yang wajib,meninggalkannya tidak berpengaruh kepada sahnya shalat. Sebagaimana madzhab mayoritas ahli ilmu, dari salaf hingga khalaf, dan itu perkataan imam 4 madzhab.” Tambahnya.

Beliau juga mengungkapkan bahwa di saat ini, untuk menghindari tersebarnya penyakit, “maka melakukan pembatasan jarak ini, tidak berpengaruh terhadap sahnya orang yang shalat,” tutupnya.

Simak videonya lebih lengkap di sini:

Tidak ada komentar: