keyakinan rusak sekte Murji'ah "cukup mengikrarkan syahadat saja"

keyakinan rusak sekte Murji'ah

Abul-Husain Al-Malathiy Al-'Asqalaaniy rahimahullah (w. 377 H) menyebutkan di antara perkataan Murji'ah adalah: 

"Barangsiapa yang mengatakan Laa ilaha illallaah Muhammad Rasulullah serta mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah; niscaya akan masuk surga apabila ia meninggal dunia - meskipun dirinya berzina, mencuri, membunuh, minum khamr, menuduh wanita baik-baik berzina, serta meninggalkan shalat, zakat, dan puas; apabila ia menetapkan hukumnya (status keharaman atau kewajibannya - Pent.) dan menunda taubat. Segala perbuatan dosa besar yang dilakukannya dan kewajiban-kewajiban yang ia tinggalkan TIDAK MEMUDLARATKAN DIRINYA. 

Namun apabila ia melakukannya dalam kondisi menghalalkannya; maka ia kafir kepada Allah lagi musyrik, keluar dari keimanannya, yang mengakibatkan ia menjadi penduduk neraka. Keimanan (menurut Murji'ah) tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Iman para malaikat, nabi, orang biasa, ulama, dan orang-orang bodoh adalah satu, tidak bertingkat-tingkat antara satu dengan yang lain sama sekali" 

[At-Tanbiih war-Radd 'alaa Ahlil-Ahwaa' wal-Bida', hal. 43].

Ini adalah keyakinan rusak sekte Murji'ah. Bahwasannya jika mereka telah mengikrarkan syahadat serta hukum halal dan haram, mereka pasti masuk surga tanpa terancam oleh neraka. Mereka merasa aman dari ancaman Allah ta'ala. Segala kemaksiatan dianggap tidak memudlaratkan keimanan mereka, karena sudah tercukupi oleh apa yang ada dalam hati dan lisan mereka. 

Amal perbuatan tidak mereka masukkan dalam keimanan. Jika mereka menghalalkan kemaksiatan yang mereka lakukan, baru rusak keimanan mereka dalam hati sehingga kafir yang mengakibatkan kekal dalam neraka. Status orang di akhirat menurut mereka hanya terbagi menjadi dua, berada di surga (tanpa tersentuh api neraka) atau di neraka kekal di dalamnya.

Ahlus-sunnah berkeyakinan iman terdiri atas keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Keimanan bertingkat-tingkat, dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Barangsiapa yang berbuat maksiat, maka dirinya diancam dengan neraka. Kekufuran dapat terjadi melalui keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.

source Dony Arif Wibowo

Tidak ada komentar: