Kok ada Foto angku saliah di rumah makan padang (aslinya pariaman) ?

Kok ada Foto angku saliah di rumah makan padang

FOTO KAKEK DI RUMAH MAKAN PADANG, SIAPA DIA ?

Jika melihat foto seorang kakek berkopiah hitam di rumah makan padang, dia adalah Ungku Saliah.

Siapa dia dan mengapa fotonya dipajang di setiap rumah makan padang biarpun tidak semua?

Adanya foto Ungku Saliah menandakan rumah makan tersebut adalah asli Pariaman, Semua foto Ungku Saliah selalu sama kepala berkopiah hitam yang sedikit miring ke kanan, berjenggot agak panjang, serta mengenakan kain sarung kotak-kotak yang dikalungkan di leher. Semua fotonya pun sudah pasti hitam putih.

Ungku Saliah adalah ulama, tokoh agama asli Pariaman yang dikeramatkan.

Menurut beberapa pengusaha rumah makan padang mengatakan, adanya foto Ungku Saliah konon bisa mendatangkan rezeki, Semacam simbol yang menunjukkan bahwa mereka masih menghormati sang tokoh agama tersebut.

Nama aslinya adalah Syech Kiramatulla Ungku Saliah, lahir pada 1887 di Pariaman.

Semasa hidupnya, konon Ungku Saliah diberikan kekuatan khusus untuk menyembuhkan penyakit. Makamnya yang berada di Sungai Sariak, Pariaman, hingga kini masih penuh peziarah terutama di bulan Ramadan.

Ungku Saliah wafat pada 1974, Mulai saat itu, tradisi memajang foto Ungku Saliah tersebar di semua rumah makan padang khas Pariaman.

Di kota besar mungkin sudah jarang, Tapi di kota-kota kecil, terutama di Pariaman dan perbatasan Kabupaten Agam, masih banyak rumah makan kecil yang memajang foto Ungku Saliah.

Penasaran? coba iseng klo makan di rumah makan padang perhatikan sekitar dinding nya.

source merdeka.com
======================================

PERBUATAN SYIRIK DAPAT TERJADI KARENA BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN ORANG SHOLIH.

Perbuatan syirik dapat terjadi karena berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang sholih, itu di antara sebabnya. Awalnya dengan membuat gambar mereka, lalu akhirnya diibadahi. Kita dapat melihat dari hadits berikut yang menceritakan bagaimana awal kesyirikan orang Nashrani di negeri Habasyah (Ethiopia sekitarnya) muncul sampai adanya ibadah pada kubur. Hadits ini juga menunjukkan bahayanya kubur yang berada di sisi masjid, dan ini tidak asing lagi kita jumpai di negeri kita.

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan tentang gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah. Di dalamnya terdapat gambar-gambar. Mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda,

إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ ، فَأُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat orang yang sholih yang meninggal dunia, maka mereka pun membangun di atas kuburnya masjid (tempat ibadah) dan mereka memasang di dalamnya gambar-gambar untuk mengenang orang-orang soleh tersebut. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak” (HR. Bukhari no. 427 dan Muslim no. 528).

Tentang gereja di atas diceritakan ketika sakitnya Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam– sebelum beliau meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebab sampai gambar-gambar tersebut diagungkan adalah karena sikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang sholih. Sampai-sampai masjid dibangun di atas kubur orang-orang sholih tersebut dan gambar-gambar mereka pun dipajang. Mereka disebut sebagai syirorul kholq, sejelek-jeleknya makhluk. Karena mereka telah menggabungkan dua musibah, yaitu musibah menjadikan masjid di atas kubur dan musibah karena mengagungkan berhala (gambar) yang mengantarkan pada syirik.

Referensi:

Kitab Tauhid, Muhammad bin Sulaiman At Tamimi, tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir Al Arnauth, terbitan Darus Salam.

Al Mulakhosh fii Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, terbitan Darul ‘Ashimah, cetakan pertama, 1422 H.

Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta’, cetakan ketujuh, 1431 H.

Tidak ada komentar: