Ustadz hafal urutan hadist dan ayat bukan jaminan ia berada diatas pemahaman yang benar

ustadz hafal urutan hadist dan ayat

Ustadz Fulan hafal nomer urut hadits dan tata letaknya, pojok kanan pojok kiri senggol dikit kebawah, dst. bukan jaminan ia berada diatas pemahaman yang benar.

Ambillah pelajaran dari Husain bin 'Ali bin Yazid Al Karaabisi. Imam Adz Dzahabi menyebutnya sebagai "Lautan ilmu" dan "cerdas".

Ia dikenal dengan perkataannya: "lafadzku ketika membaca Al Qur'an adalah makhluk". Maka Imam Ahmad mentahdzirnya: "Perkataan itu adalah bid'ahnya aliran Jahmiyyah".

Ibnu 'Adiy mengatakan: Aku mendengar Muhammad bin Abdillah Ash Shairafi Asy Syafi'i mengatakan kepada murid² nya:

اعتبروا بالكرابيسي ، وبأبي ثور ، فالحسين في علمه وحفظه لا يعشره أبو ثور ، فتكلم فيه أحمد بن حنبل في باب مسألة اللفظ ، فسقط ، وأثنى على أبي ثور ، فارتفع للزومه للسنة .
"Ambillah pelajaran dari kisahnya Husain Al Karabisi dengan Abu Tsaur. Adapun Al Karaabisi, maka Ilmu dan hafalan Abu Tsaur tidaklah sampai sepersepuluhnya, namun Imam Ahmad membicarakan al Karaabisi dengan keburukan dalam masalah lafadz Quran, maka jatuhlah ia. Sebaliknya, beliau (Imam Ahmad) memuji Abu Tsaur, maka ia terangkat karena konsistennya di atas as Sunnah."

Imam al Khatib al Baghdadi bahkan menyebutkan:

ﻭﻋﻨﺪﻣﺎ ﺳﺌﻞ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﺣﻤﺪ ﻋﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺍﻟﻜﺮﺍﺑﻴﺴﻲ ﻗﺎﻝ ﻟﻠﺴﺎﺋﻞ ": ﻫﻮ ﻣﺒﺘﺪﻉ ."
ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﺁﺧﺮ : " ﺇﻳﺎﻙ ﺇﻳﺎﻙ ﻭﺣﺴﻴﻦ ﺍﻟﻜﺮﺍﺑﻴﺴﻲ ، ﻻ ﺗﻜﻠﻤﻪ ﻭﻻ ﺗﻜﻠﻢ ﻣﻦ ﻳﻜﻠﻤﻪ - ﺍﺭﺑﻊ ﻣﺮﺍﺕ ﺍﻭ ﺧﻤﺲ ﻣﺮﺍﺕ ."
Adalah imam Ahmad, apabila beliau ditanya tentang Husain Al Karaabisi, maka beliau berkata kepada orang yg bertanya; "Husain alkaraabisi, Dia adalah Mubtadi' (ahlul bid'ah)". Dan pada tempat yg lain beliau mengatakan; "berhati-hatilah kamu, berhati-hatilah kamu terhadap Husain AlKarabisi. Janganlah engkau berbicara dengannya, dan janganlah engkau berbicara dengan orang yg berbicara dengannya. -beliau mengulanginya sekitar 4 atau 5 kali- (Tarikh Baghdad 8:65)

Pelajarannya:
Jangan sampai salah pilih guru dalam belajar agama,. Jangan mudah terpesona dengan kecerdasan, hafalan, ilmu dan segala macamnya sampai ia benar-benar terbukti berada di atas Aqidah dan manhaj yg benar. Ustadz fulan hafal kitab ini dan itu, tahu nomer urut hadits dan sebagainya.. Bukan jaminan.
Yang wajib diperhatikan bukanlah hanya hebatnya hafalan, tapi perhatikan juga pemahamannya, apakah sesuai dengan pemahaman para shahabat, tabi'in dan para ulama setelahnya atau tidak.
Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika menyebutkan tentang keadaan kaum khowarij, beliau bersabda:

يقرؤون القران لا يجاوز تراقيهم يقولون من قول خير البرية يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية
"...mereka menghafal alquran tetapi tidak sampai kerongkongan, mereka membawakan ucapan sebaik baik manusia, mereka melesat dari agama sebagaimana panah melesat dari buruannya." (HR. At Tirmidzi dan ia berkata, "hadits ini hasan shahih")

Lihatlah, kaum khowarij disifati oleh Nabi hafal al Qur'an dan hadits. tapi mereka tidak mau mengikuti pemahaman pr shahabat sehingga jatuh dalam penyimpangan.

Maka yang wajib diperhatikan adalah pemahamannya bukan hanya sebatas kuatnya hafalan, apakah sesuai dengan pemahaman para shahabat, tabi'in dan para ulama setelahnya atau tidak.

karena Nabi shallallaahu alaihi wa sallam ketika ditanya siapakah golongan yg selamat diantara 72 golongan yg masuk neraka maka Nabi menjawab, mereka adalah "maa ana alaihi wa as'habi/ mereka yg berada diatas sesuatu yg aku dan pr sahabatku berada diatasnya", mereka yang pemahamannya, cara beragama dan pengamalannya mengikuti contoh Nabi dan para sahabat. 

Allahu a'lam, Semoga bermanfaat

source faishal abu ibrahim

Tidak ada komentar: