Pertama: apa yang disebarluaskan oleh mereka yang berakal lemah atau punya tujuan buruk, bahwa virus ini sebenarnya tidak nyata, atau ini hanya konspirasi. Ini adalah kesombongan terhadap realita. Sungguh virus ini sudah mewabah di seluruh dunia. Bahkan korban sudah jatuh dalam jumlah yang besar. Sangat disayangkan, sebagian orang-orang berakal justru mempercayainya, dan mungkin malah membantu penyebaran kedustaan ini (bahwa Corona tidaklah nyata dan hanya konspirasi).
Kedua: apa yang mereka sebarluaskan bahwa; virus ini tidaklah berbahaya, sama seperti flu biasa, atau (isu) semisalnya, (itu semua dusta). Wajib untuk tidak mempercayai kedustaan-kedustaan tersebut, dan tidak ikut andil menyebarkannya. Wajib juga mengambil informasi dari pihak-pihak berkompeten dan terpercaya serta menjaga protokol pencegahan yang mereka arahkan.
Ketiga: adanya ketidakpedulian di sebagian orang, dan ketiadaan rasa tanggungjawab pada kewajiban syar'i. Komitmen untuk melakukan prosedur-prosedur pencegahan adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu kepada ulil amri, di samping juga demi menjauhkan diri dari mencelakai dan memudaratkan orang-orang beriman, yang mana itu termasuk dosa besar. Juga karena tegaknya sebagian kewajiban, tidak bisa tidak harus dengan itu (komitmen pada protokol).
Dan kewajiban yang tidak bisa terwujud kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu tersebut menjadi wajib untuk diwujudkan.
Sumber: akun resmi Syaikh Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaily -hafizhahullah-: https://t.me/Drsuleiman
_________
Lombok, 17 Syawwal 1441 / 09-07-2020
Penerjemah: Johan Saputra Halim
alhujjah.com | Telegram: t.me/kristaliman
_________
Lombok, 17 Syawwal 1441 / 09-07-2020
Penerjemah: Johan Saputra Halim
alhujjah.com | Telegram: t.me/kristaliman
Tidak ada komentar: