KIPMI merespon klaim Tim Peneliti Universitas Taibah ramuan habbatussauda obati pasien covid-19

ramuan habbatussauda obati pasien covid-19

Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia (KIPMI) merespon klaim Tim Peneliti Universitas Taibah, terkait keberhasilannya mengobati pasien COVID-19 dengan ramuan biji hitam (nigella sativa).

Tanggapan diterima oleh redaksi saudinesia dari Sri Darma Krida, Ketua KIPMI.

“Setelah dengan seksama melihat pemberitaan saudinesia terkait penelitian Taibah, maka kami telusuri link jurnal yang ada di sana,” tulis Darma.

Berikut isi lengkap tanggapan KIPMI:

Kita tentu bersyukur dan berbahagia jika habbatussauda‘ memang terbukti secara ilmiah mampu menyembuhkan Covid-19, hanya saja terkait dengan dua jurnal ini ada hal yang sepertinya perlu dikonfirmasi:

Pertama, jurnal yang diterbitkan peneliti di Universitas Taibah ini adalah jenis jurnal protokol. Peneliti membahas studi literatur manfaat jintan hitam kemudian menyebutkan metode treatment yang mereka pakai termasuk usulan parameter pengujian pada pasien yang mendapatkan treatment tersebut.

Sayangnya tidak disajikan data hasil treatment tersebut seperti parameter imunitas, ekpresi sitokin, stres oksidatif maupun fungsi organ pada pasien yang mendapat perawatan. Hal ini tentu membuat pembaca cukup sulit untuk menilai secara objektif perihal efektivitas treatment yang diusulkan.

Di samping itu, sependek yang kita lacak American Journal of Public Health Research belum masuk ke sitasi Scopus maupun Web of Science. Di Web of Science, kita menemukan jurnal dengan nama yang mirip namun berbeda, yakni American Journal of Public Health, tanpa kata Research.

Kedua, jurnal kedua yang diterbitkan oleh tim peneliti dari Turki (terbit tahun 2014), dan ini sepertinya disitasi oleh jurnal yang diterbitkan oleh peneliti dari Universitas Taibah, menyuguhkan data tentang manfaat jintan hitam untuk memediasi infeksi coronavirus pada HeLa sel yang dimodifikasi.

Hanya saja coronavirus yang digunakan adalah Mouse Hepatitis Virus A-59 (MHV) yang sepertinya berbeda dengan Sars-Cov-2. Meskipun sama-sama keluarga coronavirus, reseptor MHV dan Sars-Cov-2 sepertinya berbeda, MHV dengan CEACAM1 receptor sementara reseptor Sars-Cov-2 adalah ACE2.

Lebih dari itu tingkat pengujiannya masih pada tahap dengan kultur sel, yang mana masih cukup jauh untuk bisa diklaim secara medis pada manusia. Wallahu a’lam.

Sehingga secara riset tentunya, ini belum sempurna dan butuh perjalanan yang cukup panjang.

Hemat kami, pemberitaannya mungkin tidak tepat. Di mana kita ketahui, Arab Saudi sendiri termasuk negara yang dana riset untuk penelitian covid ini sangat besar, melibatkan peneliti-peneliti handal dari KFUPM, KAUST, KAU, KSU, dan lain-lain.

Sampai hari ini belum ada hasil penemuan untuk kandidat obat covid19.[]

source saudinesia.com

Tidak ada komentar: