Sholat Berjamaah Langkah awal menyatukan barisan kaum muslimin

Sholat Berjamaah Langkah awal menyatukan barisan kaum muslimin

Sholat Berjamaah Langkah awal menyatukan barisan, mendekatkan hati serta menguatkan jiwa persaudaraan, kehadiran dalam pertemuan tanpa sebuah formalitas dan sebaik-baiknya cara untuk saling mengenal..

Konon Golda Meir, mantan perdana menteri Negara Yahudi Israel, pernah mengatakan:

“Kita tidak akan takut terhadap orang Islam kecuali saat mereka menunaikan sholat fajar di masjid sebagaimana mereka menunaikan sholat jum’at.”

(Maksudnya jumlah jamaah sholat subuh sama dengan jamaah sholat jumat.)

Majalah Al-Furqon edisi 07 th ke-8 1430/2009 mengutip:

“Pasca tragedi pembantaian kaum muslimin oleh Yahudi di Masjidil-Aqsha beberapa tahun yang lalu, ada seorang muslim yang bertemu dengan orang Yahudi, lalu dia (Muslim) berkata:

“Meskipun lama, namun suatu ketika nanti kami akan mengusir kalian dari Palestina dengan hina dina, dan kami akan merebut kembali Masjidil Aqsha, sehingga pohon dan batu akan membantu kami dalam memerangi kalian.”

Yang mengherankan, orang Yahudi itu berkata: “Ya, itu benar. Hal itu kami baca di kitab kami, dan diketahui oleh kami baik yang alim maupun yang bodoh, namun yang akan mengalahkan kami bukanlah muslimim semacam kalian.”

Maka sang Muslim berkata: “Lalu siapa?”..

Si Yahudi menjawab: “Mereka adalah kaum muslimin yang jumlah jamaah shalat Shubuhnya sama seperti jumlah jamaah shalat Jumat.”

(Mukhtasar Asyratus Sa’ah, taqdim: Syaikh Abdullah al-Jibrin, hal 28).

Sebaik-baiknya, sebanyak-banyaknya, sebersih-bersihnya dan semurah-murahnya modal bersosial..
Momen dimana perbedaan bukanlah sekat, yang do'a iftitahnya "Allaahumma baaid baini wa baina....." atau pun yang "AllaahuAkbar kabiroh walhamdulillahi katsiroh.....", yang pakai celana panjang, cingkrang, maupun yang sarungan saling merapatkan diri dan dimana tidak ada perbedaan status sosial, dimana boss dan jongos sejajar dalam satu baris.. 

Momen dimana manusia bersama-sama menghadap Allah dan masing-masing tau diri bahwa bukan hak manusia untuk lancang menentukan standard kesholihan sesamanya..

source ikki syamsudin

Tidak ada komentar: