syubhat: Salafy ini aneh, menolak demokrasi tetapi kok menerima hasil demokrasi

Tanya : Bagaimanakah membantah syubhat bahwa, “Salafy ini aneh, menolak demokrasi, tetapi kok menerima hasil demokrasi (pemilu)”?

Jawab : Yang aneh adalah orang yang tidak mengikuti dalil [*]. Demokrasi bukanlah bagian dari syariat Islam. Adapun ketaatan kepada pemimpin muslim walaupun berkuasa dengan cara paksa atau melalui cara keliru seperti pemilu, itu adalah hal yang dijelaskan dalam Al-Qur`an, hadits yang mutawatir, dan kesepakatan ulama, selama pemimpin tersebut memerintah dalam hal yang ma’ruf, bukan dalam hal maksiat.

Footnote

[*] Dari Al-‘Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ رَجُلٌ: إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ، وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ "
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasihat kepada kami pada suatu hari setelah shalat Shubuh dengan satu nasihat yang jelas hingga membuat air mata kami bercucuran dan hati kami bergetar.

Seorang laki-laki berkata : ‘Sesungguhnya nasihat ini seperti nasihat orang yang hendak berpisah. Lalu apa yang hendak engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah ?’. 

Beliau bersabda : ‘Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa’ Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham” -[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676; shahih]

Perhatikan kalimat :

(أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ، وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ) 
"Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah", mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi "

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk tetap mendengar dan taat meskipun yang memerintah seorang budak. 

Padahal sudah diketahui, seorang budak itu tidak boleh menjadi imam/penguasa, karena syarat menjadi imam adalah orang yang merdeka.

Namun seandainya ditakdirkan ada seorang budak yang akhirnya menjadi imam entah bagaimana caranya, maka kita tetap wajib mendengar, taat, dan berbaiat kepadanya.

Sama halnya jika ada seseorang yang memberontak dan menggulingkan kekuasaan dari pemerintahan yang sah, kita tetap wajib mendengar dan taat, dan memberikan baiat kepadanya.

Padahal,…. kita tahu memberontak itu haram hukumnya. Namun jika ditakdirkan ada orang yang memberontak dan berhasil menggulingkan pemerintahan yang sah, kita wajib memberikan ketaatan kepadanya. Adapun tentang dosa, maka penguasa itu yang akan mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya (yang telah mengadakan pemberontakan).

Jika penguasa baru itu telah melakukan kemunkaran, maka kita jangan ikut melakukan kemunkaran yang serupa. Tapi tetap tunduk pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ketaatan kepadanya dan tidak boleh kita memberontak ulang kepadanya karena menganggap kekuasaannya tidak konstitusional.

Demikian.
Wallahu A'lam Wal musta'an
__
Sumber : dzulqarnain.net

menolak demokrasi tetapi kok menerima hasil demokrasi

Tidak ada komentar: