Raja Abdulaziz Kepada Roosevelt: Orang Arab Memilih Mati Daripada Menyerahkan Palestina

Raja Abdulaziz Kepada Roosevelt

75 tahun yang lalu, Raja Abdulaziz Al Saud, pendiri Arab Saudi, mengadakan pertemuan yang masyhur dengan Presiden AS, Franklin Roosevelt di atas kapal induk USS Quincy di Terusan Suez.

Kantor Sejarah Amerika, badan resmi yang bertanggung jawab menerbitkan dokumen kebijakan luar negeri AS, menerbitkan dokumen sejarah tentang pertemuan tersebut.

Saat itu, Roosevelt sedang kembali dari konferensi di Yalta, di mana dia bertemu dengan para pemimpin Arab yang paling penting, sekaligus pertemuan pertama antara Raja Saudi dan seorang presiden Amerika.

Di antara yang ditemui Roosevelt adalah Raja Farouk dari Mesir dan Haile Selassie, Kaisar Ethiopia.

Pertemuan antara Roosevelt dan Raja Abdulaziz difokuskan pada permasalahan Arab.

Raja Abdulaziz menekankan hak-hak rakyat Arab untuk menjaga dan hidup di tanah mereka.

Di antaranya, membicarakan nasib Lebanon dan Suriah, yang saat itu berada di bawah kendali kolonialisme Prancis.

Dalam pertemuan tersebut, Roosevelt juga mengungkapkan ketertarikannya pada pertanian dan pengembangan sumber daya air di negara-negara Arab.

Porsi terbesar dalam pertemuan tersebut adalah membahas masalah Palestina, imigrasi Yahudi dan hak rakyat Palestina untuk hidup damai di tanah mereka.

Dokumen sejarah Amerika tersebut, terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama inilah yang fokus terkait Palestina dan Yahudi.

Dari hasil pertemuan saat itu, menghasilkan “Quincy Agreement” yang ditandatangani kedua belah pihak.

Raja Abdulaziz menandatangani teks bahasa Arab pada 14 Februari 1945, dan Presiden Roosevelt menandatangani teks bahasa Inggris keesokan harinya di Alexandria.

Isinya kemudian ditunjukkan kepada Presiden Truman sebagai informasi.

Di awal dialog, Roosevelt “meminta nasihat” raja tentang masalah “pengungsi Yahudi” yang diusir dari Eropa.

Raja Abdulaziz menanggapi, bahwa mereka harus kembali tinggal di tempat asal mereka diusir.

Adapun bagi mereka yang rumahnya hancur dan tidak memiliki kesempatan untuk tinggal di tanah airnya, mereka harus diberi tempat tinggal di negara yang menganiaya mereka.

Raja Abdulaziz menyampaikan kepada Roosevelt tentang permasalahan rakyat Arab dan hak mereka yang sah untuk hidup di tanah mereka.

Beliau juga mengatakan kepada Presiden Amerika, bahwa orang Arab tidak dapat bekerja sama dengan orang Yahudi, baik di Palestina maupun di negara lain.

Dokumen Kantor Sejarah Amerika tersebut juga menyebutkan, “Yang Mulia menaruh perhatian terhadap ancaman yang terus meningkat terhadap keberadaan orang Arab.”

“Serta krisis yang diakibatkan karena berlanjutnya imigrasi Yahudi dan pembelian tanah oleh orang Yahudi.”

Raja Abdulaziz juga menyatakan bahwa orang Arab akan memilih untuk mati daripada menyerahkan tanah mereka kepada orang Yahudi.

Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa Raja Abdulaziz mengungkapkan harapan rakyat Arab terhadap AS.

Didasari atas penghormatan sebagai sekutu dan kecintaan AS akan keadilan, diharapkan dukungan AS untuk rakyat Arab melawan Yahudi.

Menanggapi hal tersebut, Roosevelt meyakinkannya bahwa dia tidak akan melakukan apa pun untuk membantu orang Yahudi melawan rakyat Arab dan tidak akan mengambil kebijakan anti-Arab.

Tetapi dia menambahkan, bahwa pada saat yang sama, tidak mungkin mencegah suara dan keputusan yang dikeluarkan oleh Kongres atau opini pers tentang masalah apapun.

Roosevelt meninggal dua bulan setelah pertemuan itu, dan digantikan oleh Harry Turman.

Pandangan Turman tidak semanis janji Roosevelt. Dia tidak dapat berdamai tentang masalah Israel, sehingga lebih memihak Israel.

Adapun Raja Abdulaziz meninggal 8 tahun paska pertemuan beresejarah tersebut, tepatnya pada tahun 1953.

Raja Abdulaziz sempat mengirim pesan kepada presiden Amerika, mengingatkan tentang janji sebelumnya di antara mereka, ketika konflik Arab-Israel meningkat.

Penulis Amerika Rachel Burenson mendokumentasikan pertemuan bersejarah itu dalam sebuah buku yang menceritakan orang-orang yang hadir di kapal USS Quincy.

Burenson menyebutkan, ada sekitar 42 orang delegasi yang menyertai Raja Abdulaziz dalam pertemuan tersebut.

Mereka ada yang membawa pedang, ikat pinggang emas dan belati. Saat itu, delegasi Saudi membawa makanannya sendiri, dengan mengangkut 8 domba ke kapal perang tersebut.[]

*) Dari berbagai sumber, di antaranya buku “Khomsuun ‘Aaman fi Jazirah al-Arab,” karya Hafiz Wahba.

source saudinesia.com

Tidak ada komentar: