ANTARA PENCINTA SUNNAH DAN PENGAMAL SUNNAH.

ANTARA PENCINTA SUNNAH DAN PENGAMAL SUNNAH.

Puji syukur padaMu wahai Arhamur rohimin, nyalakanlah cahaya cinta padaMu dihati kami untuk merasakan lezatnya beribadah. Dengan cahaya itu tak ada lagi kelam yang menerkam, tak ada lagi remang yang menjebak dan membawa jatuh kelembah dosa yang dengan dosa itu diri bergelimang. Rahmati hati kami untuk menikmati lezatnya keta'atan padaMu. Dengan ta'at padaMu yang lezat maka tak kan diri ini berpaling kepada yang lain yang tidak lezat. Puasa, sholat, zakat, haji dan segala bentuk ibadah, yang wajib maupun yang sunnah takkan lewat dihadapan kami begitu saja tanpa kami cicipi kelezatannya. Engkau telah mengabarkan kepada kami melalui lisan NabiMu tentang lezatnya iman seperti sabdanya :

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ. “
Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” HR Bukari,Muslim, Turmuzi, Nasa i, dan Ibnu Majah.

Jika manis dan lezatnya iman telah kami miliki, maka tak ada amalan yang menjadi syari'at nabiMu yang akan kami lewatkan. Kami akan menjadi pengamal sunnah nabiMu dengan penuh kecintaan dan tidak akan menjadi orang yang mencintai sunnah itu dengan tidak mengamalkannya. NabiMu telah mengabarkan kepada kami sunnah puasa 'asyuro sebagaimana sabdanya :

صَامَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ الهِع صَلَّى الهُت عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal sembilan.”, tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.”
HR. Muslim dan Abu Dawud.

Kami akan malu menjadi orang yang cintanya palsu. Mengaku cinta Alloh dan Rosulnya tapi melewatkan amalan-amalan yang disunnahkan. Berpenampilan sama dengan orang yang cintanya ril namun beda dalam beramal. Mereka yang cintanya ril beramal dan dia tidak. Yaa robbanaa, khollishnaa min mitsli haadza ......

Emil Abu Rasyid, Lc

Tidak ada komentar: