Imam Ahmad, ada apa dengan Imam Ahmad.

Imam Ahmad, ada apa dengan Imam Ahmad.

Kala itu, khalifah Abbasiyah di zaman beliau memaksa masyarakat agar meyakini idologi jahmiyah yang menganggap Al Qur'an adalah makhluk. Siapapun yang tidak patuh maka akan dihukumi, dipenjara, bahkan banyak yang dibunuh.

Imam Ahmad bin Hambal dan beberapa Imam lainnya tetap tegar dan lantang menyuarakan kebenaran bahwa Al Qur'an adalah Kalamullah dan bukan makhluq.

Beliau ditangkap, dipenjarakan, bahkan disiksa, namun beliau tetap tegar dengan keyakinan ahlissunnah wa al jama'ah bahwa Al Qur'an adalah kalamullah.

Di tengah kejamnya sikap sang khalifah, ada sebagian orang mengajak Imam Ahmad untuk mengobarkan pemberontakan kepada sang khalifah yang nyata nyata zholim. Lagi lagi beliau menunjukkan keteguhan dalam mengajarkan dan mengamalkan idiologi ahlissunnah wa al jamaah, untuk tetap bersabar menghadapi kelaliman khalifah.

Imam AHmad bin Hambal memilih sabar atas segala kebengisan khalifah, namun di saat yang sama suara beliau tetap lantang menjelaskan kesesatan paham yang diyakini sang khalifah dan dipropagandakannya. Sekali Al Qur'an adalah kalamullah maka apapun instruksi sang khalifah dan apapun resiko yang harus beliau hadapi, maka beliau tetap tegas dengan keyakinan Al Qur'an adalah kalamullah. 

Kombinasi yang luar biasa dalam menetapi dua prinsip Ahlissunnah: 
1. Al Qur'an adalah kalamullah.
2. Ketaatan kepada pemimpin walaupun zhalim.

Beliau mengamalkan dan mendakwahkan kedua prinsip di atas, walau harus menyelisihi keyakinan sang khalifah, dan walaupun harus disiksa, dan walaupun harus dicibirkan oleh banyak kalangan yang ndak kuasa lagi menahan badai emosi atas kelaliman sang khalifah.

Keteguhan beliau ini menjadikan para ulama' bersepakat mengakui keimamahan beliau, sehingga beliau dikenal dengan julukan Imam Ahlissunnah wa Al Jamaah.

Teguh berpegang dengan idiologi ahlissunnah walau bersebrangan dengan idiologi khalifah, dan teguh menahan diri tidak memberontak, walau diprovokasi oleh banyak aktifis di zamannya. 

Bujuk rayu dan intimidasi kaki tangan khalifah zhalim kepada beliau tidak mampu melunturkan imannya, apalagi sampai menjadikannya begundal, atau corong atau juru stempel khalifah zhalim.
Dan kelaliman khalifah tidak menjadikan beliau lupa akan prinsip ahlissunnah, untuk taat kepada khalifah, sehingga beliau tidak memperturutkan emosil banyak orang, yang membujukkan agar memberontak.

Beliau tetap tegar menjalankan prinsip ahlissunnah wa al jamaah, taat kepada khalifah selama mereka masih mendirikan shalat. 

Beliau memberi keteladanan kepada kita, bahwa tidak memberontak itu bukan berarti menjadi corong atau begundal atau tukang stempel khalifah zhalim.

Mengingkari kesalahan khalifah bukan berarti harus menghunus pedang dan mengobarkan api peperangan.

Anda, kurang setuju dengan sikap imam Ahmad ini? silahkan luapkan kekecewaan anda di kolom komentar, dan nantikan status saya selanjutnya.

Semoga Allah Ta'ala berkenan mempertemukan kita dengan Imam Ahmad bin Hambal kelak di dalam surga-Nya. amiin

Dr Muhammad Arifin Badri

Tidak ada komentar: