Jika mau jawaban ngasal dari statement ngasal lagi tak bermutu ini:
"Karena nama lokal kuno identik dengan animisme dinamisme, sedangkan nama Barat adalah nama kaum kolonial penjajah bangsa Indonesia".
Jika mau jawaban tidak ngasal:
"Kita diperintahkan untuk memberi nama anak dengan nama yang bermakna baik atau nama orang shalih (dari kalangan nabi, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik) dan menunjukkan syiar Islam. Apalagi nama yang dinashkan dalam dalil akan kebaikannya seperti 'Abdullah dan 'Abdurrahman. Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ أَسمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبدُاللَّهِ وَ عَبدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah 'Abdullah dan, 'Abdurrahman" [Diriwayatkan oleh Muslim].
Sebaliknya, kita dilarang menamai anak dengan nama yang mengandung makna kekufuran, kemaksiatan, atau makna-makna jelek secara syar' iy dan 'urfiy. Misalnya Fir'aun dan Abu Lahab. Meskipun bau-bau Arab, tapi dua nama ini adalah nama tokoh kekufuran yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Yang lain: Tuyul, nama setan pencuri duit. Babi, nama hewan menjijikkan. Wisnu, nama sesembahan agama kufur. Atau memakai nama sia-sia yang makruh seperti Celengan, tempat menyimpan receh.
Memakai nama lokal, Barat, Utara, Cina, atau Argentina boleh saja selama maknanya baik. Namun orang-orang mukmin akan selalu memilih nama terbaik bagi anaknya, yang Islamiy (sesuai syariat Islam dan menunjukkan syiar Islam).
Seseorang kelak di hari kiamat akan dipanggil dengan nama yang ia dikenal saat di dunia.
source Dony Arif Wibowo
Tidak ada komentar: