Tertipu oleh kelebihan yang ada pada pasangan

Tertipu oleh kelebihan yang ada pada pasangan


TERTIPU OLEH KEPINTARAN

Ada Kisah seorang ikhwah yang amat mencintai istrinya. Namun istrinya tidak mencintainya, Ia mengharapkan lelaki lain yang lebih darinya. .

Wanita itu telah pandai Bahasa Arab, Sementara suaminya Hanya memahami Bahasa Indonesia.
Wanita itu telah lama mengaji sementara suaminya sibuk membanting tulang mencari nafkah untuk membahagiakan kekasihnya. 

Wanita itu telah banyak menghafal al-Qur'an sementara suaminya tak banyak bisa menghafal.
Mungkin, kini suaminya sudah tak berharga di matanya. Mungkin, Kini cintanya telah pudar di hatinya karena tak sesuai harapannya.

Demikianlah, kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan karena istrinya tertipu oleh kepintarannya.
Ilmu tak membuatnya semakin sayang pada suaminya. 

Ilmu tak membuatnya semakin berbakti kepada suaminya. 

Ilmu membuatnya angkuh.

"Tak ada lagi cinta dihatiku," kilahnya.

Saudariku, engkau boleh lebih berilmu dari suamimu, tapi mungkin suamimu lebih takut kepada Allah darimu. 

Engkau boleh punya banyak kelebihan di atas suamimu, tapi, suamimu mungkin lebih dicintai oleh Robbmu karena ketawadhu'annya

Al Hasan Al Bashri rohimahullaah berkata : "Ilmu itu bukanlah dengan banyak menghafal riwayat, namun ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allaah"

Di manakah hadits yang telah engkau hafal, "Suamimu adalah Surgamu atau Nerakamu.."

Seorang isteri diperintahkan untuk bersyukur kepada suaminya yang telah memberikan nafkah lahir dan batin kepadanya. Karena dengan syukurnya isteri kepada suaminya dan tidak banyak menuntut, maka rumah tangga akan bahagia. 

Isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya dan banyak menuntut merupakan pertanda isteri tidak baik dan tidak merasa cukup dengan rizki yang Allah karuniakan kepadanya.

Perintah syukur ini sangat ditekankan dalam Islam, bahkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengancam dengan masuk Neraka bagi para wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan pada hari Kiamat Allah Ta’ala pun tidak akan melihat seorang wanita yang banyak menuntut kepada suaminya dan tidak bersyukur kepadanya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُرِيْتُ النَّارَ، فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan Neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, mereka kufur.” 

Para Shahabat bertanya: “Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” 

Rasul menjawab: “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan, ‘'Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu sekalipun.’” 

Padahal suaminya sudah banyak berbuat baik kepada isterinya selama setahun penuh. Karena sekali (saja) suami tidak berbuat baik kepada si isteri, maka dilupakan seluruh kebaikannya selama satu tahun. Itulah yang disebut kufur.

Sebagai contoh, misalnya seorang suami secara rutin telah memberikan nafkah berupa harta kepada isterinya. Namun, suatu waktu Allah ‘Azza wa Jalla mentakdirkan dirinya bangkrut sehingga tidak dapat memberikan nafkah dalam jumlah yang seperti biasanya kepada isterinya, kemudian si isteri mengatakan, “Memang, engkau tidak pernah memberikan nafkah.” 

Atau contoh yang lainnya, yaitu isteri yang terlalu banyak menuntut, meski sang suami sudah berusaha dengan sekuat tenaga dari pagi hingga sore untuk mencari nafkah.

Ancaman Allah ‘Azza wa Jalla kepada orang-orang yang semacam ini sangatlah keras, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).”

Ya Robb, Berilah kami ilmu yang bermanfaat...

========
Oleh Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc
Nb : dengan sedikit penambahan dalil

Tidak ada komentar: