Kita adalah penuntut ilmu secara majaz bukan penuntut ilmu yang hakiki

Kita adalah penuntut ilmu secara majaz

(ucapan Syeikh Dr. Labib Najib Hafidzohullah dalam dauroh via zoom semalam yang diadakan oleh STDI imam Syafii jember)

Di awal pembukaan beliau menjelaskan tentang dalil2 keutamaan2 ilmu dari Al-Quran dan As-sunnah, dan beliau mengatakan bahwa awal ilmu itu dari halaqoh2 di masjid dan akhir ilmu adalah jannah, sebagaimana hadits nabi

من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة
Barang siapa yang menempuh jalan guna menimba ilmu, niscaya Allah akan mudahkan baginya, berkat amalan ini jalan menuju ke surga

Allah memberikan orang yang bertaqwa ilmu sebagai pembeda

(یَأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانا 
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu

Pembeda ini merupakan hal yang penting agar bisa membedakan yang haq dan bathil, sehingga semakin bertambah ilmu ia pun bisa membedakan keduanya dengan benar

Tetapi hal yang sangat disayangkan malah sebagian penuntut ilmu di saat ini semakin bertambah ilmu maka ia pun terkadang semakin sempit dadanya, semakin banyak mengingkari hal2 yang bisa dimaklumi oleh para ulama

Padahal ulama menyebutkan, (sebagaimana disebutkan oleh imam syafii-tambahan dari ana-)

كلما زاد علمك قلّ إنكارك 
Semakin bertambah ilmunya semakin sedikit pengingkarannya (dalam perkara yang dapat dimaklumi)

Demikian semakinbertambah ilmu semakin lapang dadanya, semakin memaklumi perbedaan, semakin bertambah lembut pada sesama

Kalau ada sebagian murid (penuntut ilmu) yang begitu tergesa2 mengingkara perkara ijtihadiyah, maka kita harus mengoreksi lagi bagaimana cara ia belajar

Selayaknya kita tidak mengingkari secara berlebihan apa2 yamg telah diamalkan.oleh penduduk negeri yang itu telah memiliki landasan ucapan ulama2 mujtahidin yang telah diakui oleh para ulama, karena mereka beramal sesuai dengan kaidah yang dibenarkan syariat

Maka aku (Dr. Labib) katakan bahwa kita ini sejatinya bukanlah seorang penuntut ilmu yang hakiki, tapi kita adalah penuntut ilmu secara kiasan (majaz) saja

Bagaimana tidak, kita merasa sulit membaca kitab yang hanya berjumlah 300 halaman lebih dalam 3 hari

Sedangkan disana ada sulthon ulama yaitu imam Al-Izz ibn abdissalam rohimahullah yang membaca nihayatul mathlah milik imam haromain yang berjumlah 20 jilid kitab hanya dalam 3 hari

Disana juga ada ibnul qoyyim yang banyak mengarang kitab2nya dalam keadaan bersafar semisal zaadul ma'ad yang sekarang sering kita jadikan rujukan ilmu beliau menukisnya ketika sedang safar, begitu juga roudhotul muhibbin dll

Hafidz ibn hibban pum mengstakan aku telah menulis ilmu dari 2000 (dua ribu) lebih guru

Sedangkan kita ketika membaca kitab sangatlah lama dan merasa berat

Ketika menulis pun sangatlah sedikit, guru yang kita timba ilmunya hanya berjumlah puluhan.... lalu kita merasa sudah pantas menjadi penuntut ilmu?

Maka sebagaimana aku katakan diatas, kita hanya penuntut ilmu secara kiasan, bukan penuntut ilmu yang sebenarnya

Maka kalian dimasa muda kalian banyak2lah belajar, menghafal dan menggunakan waktu kalian dengan sebaik mungkin, karena sekarang adalah waktu mengejar ilmu sebanyak2nya

Dan Insyaallah pada pertemuan tgl 29 sept akan dibahas tentang sejarah madzhab dari zaman sahabat sampai saat ini
-----------

Demikian ucapan Dr. Labib hafidzohullah ketika memberika kita memotivasi tentang ilmu agama agar kita tahu diri, sadar kapasitas diri kita yang jauh dari label penuntut ilmu karena minimnya pengetahuan kita

Janganlah berbangga karena sudah bisa baca kitab, karena disana para penuntut ilmu jaman dulu yang membaca dan berguru para ratusan bahkan ribuan guru

Lalu kita? Sudah pantaskah kita merasa pantas untuk disandarkan pada ilmu?

Cukuplah apa yang Dr. Labib ucapkan di awal muqoddimah dauroh dan juga sebagaimana Kyai Hasyim rohimahullah bawakan dalam awal kitab adab alim wal muta'allimnya ucapan Ali ibn Abi tholib rohimahullah

"كفى بالعلم شرفًا أن يدّعيه من لا يحسنه، ويفرح به إذا نُسب إليه، وكفى بالجهل ذما أن يتبرأ منه من هو فيه"
Cukuplah bentuk kemuliaan ilmu ketika orang yang gak mengerti ilmu merasa mereka memiliki ilmu, dan merasa bahagia lagi bangga ketika disandarkan pada ilmu

Dan cukuplah kebodohan sebagai aib dimana orang2 jahil pun enggan disebut jahil ,sedangkan mereka memang jahil

Maka teruslah belajar dan belajar, ilmu ini luas dan tidak terbatas, kita baru saja melihat ilmu belum berkenalan maka bagaiamana kita bisa merasa kalau kita sudah akrab dengan ilmu???

Semoga Allah mudahkan kita untuk terus mempelajari ilmu agama-Nya serta mengamalkan apa yang kita ilmui

Ringkasan dauroh diatas di ringkas sekedarnya oleh Al-faqir Aboud Basyarahil ghofarollah lahu wa li walidaih wa ahlih

Tidak ada komentar: