Kisah Nyata, Tetap datang belajar meski lagi sakit diare

Kisah Nyata, Tetap datang belajar meski lagi sakit diare

Dulu, jika muraja'ah hafalan maka kami diwajibkan menyetorkannya pada guru di kediamannya.

Qadarullah seseorang ditimpa diare di hari tersebut. Ia berfikir untuk izin tidak hadir saja. Secepat kilat ia layangkan SMS (dulu belum ada WA) ke guru.

"Ustadz, Afwan ana diare, jadi izin gak bisa hadir untuk setoran. Ana bolak-balik terus ke WC." Tulisnya.

"Antum menghina ana!!!" Tandas Ustadz.
Ia terkejut bukan kepalang. Bagaimana mungkin ia berniat jahat seperti itu pada guru yg dihormatinya.

"'Afwan maksudnya gimana, Ustadz? Ana tdk bermaksud menghina ustadz." Tulisnya sambil gemetar.

"Ya, antum menghina ana. Antum kira di rumah ana gak ada WC? Berangkat! Gak ada izin-izinan!" Tegas Ustadz.

Membaca SMS Ustadz, ia langsung loncat. Ambil langkah seribu. Ia siapkan tunggangan besinya dan langsung melaju kencang untuk hadir.

Di tengah perjalanan ia keheranan. Tadi ia berulang kali ke WC. Namun kini langsung mampet dan mulesnya hilang.

Sampai di rumah Ustadz. Ia langsung minta maaf jika telah menyinggungnya. Sang Ustadz malah terkekeh. Ia heran melihat ustadz terkekeh.

"Tafadhdhal jika antum berhajat ke WC. Pintunya selalu terbuka buat antum." Canda Ustadz.

"Aneh. Sekarang jadi mampet, Ustadz."

"Mungkin itu jebakan syaithan, akhiy. Agar antum terhalang dari ilmu, terhalang dari kebaikan-kebaikan. Berupayalah dulu. Ber'azzam lah dulu. Jangan mudah menyerah pada keadaan. Sebab satu kali kita beralasan, maka syaithan akan membenarkan untuk beralasan lagi di kemudian hari!" Nasehat Ustadz.

Ia pun tertunduk malu. Ya, malu sama Allah. Betapa mudahnya ia menyerah pada keadaan hingga terhalang dari kebaikan-kebaikan.

Sungguh para salaf dulu mereka sampai minum air kencing sendiri demi bertahan hidup di perjalanan menuntut ilmu ketika kehabisan air. Dan mereka tetap melanjutkan perjalanan, tidak berbalik ke belakang.

Malu-lah sama Allah jika terus beralasan. Guru kita mungkin bisa menerima, namun Allah Maha Tahu apakah kita serius ataukah sedang berkilah. Apakah kita tahan banting, ataukah imannya semisal remahan rengginang péot!

Cerita tadi itu nyata. Semoga bisa diambil manfaat dan pelajarannya...

Akhukum, Abu Hazim Mochamad Teguh Azhar

Tidak ada komentar: