SYAIKH ALI BIN HASAN AL-HALABI AL-ATSARI RAHIMAHULLAH MURJI'AH?!

SYAIKH ALI BIN HASAN AL-HALABI AL-ATSARI RAHIMAHULLAH MURJI'AH?!

Syaikh Husain bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullahu (Imam dan Khatib Masjid Nabawi) pernah ditanya: Fadhilatusy Syaikh jazakumullahu khairan: Apa pendapat anda tentang fatwa yang dikeluarkan oleh Lajnah Da’imah seputar dua kitab Syaikh Ali bin Hasan –hafidzahullahu- "At-Tahdzir" dan "Shaihatu Nadzir", bahwa kedua kitab tersebut menyeru kepada pemikiran Murji’ah bahwasanya amal bukan syarat sahnya iman, padahal kedua kitab tersebut tidak membahas sama sekali tentang syarat sah atau syarat sempurna (iman)?!

Beliau menjawab: "Pertama-tama, Wahai saudaraku! Syaikh Ali dan Masyayikh (Lajnah Daimah) diatas manhaj yang satu (manhaj ahlussunnah wal jamaah). Dan Syaikh Ali, beliau adalah saudara senior (kita) seperti para masyayikh yang mengeluarkan fatwa tersebut. Beliau mengenal baik mereka dan mereka juga mengenal baik beliau. Mereka saling mencintai (karena Allah). Syaikh Ali telah diberi oleh Allah ilmu dan pengetahuan –wa lillahil hamdu- yang akan dapat mengobati perkara ilmiah antara beliau dan masyayikh. Dan perkara ini –alhamdulillah- masih di tengah perjalanan menuju titik terang kebenaran. 

Adapun Syaikh Ali dan guru beliau Syaikh Al-Albani dan yang diatas manhaj sunnah tidak diragukan lagi –wa lillahil hamdu- berada diatas manhaj yang diridhai. Dan Syaikh Ali sendiri –wa lillahil hamdu- termasuk yang membela manhaj ahlussunnah wal jamaah. Fatwa Lajnah tidaklah memvonis Syaikh Ali sebagai Murji’ah dan ini tidak mungkin dilakukan oleh Lajnah!! Lajnah hanya berbeda pendapat dan berdialog dengan Syaikh Ali tentang kitab beliau. 

Adapun orang lain yang menginginkan dari munculnya fatwa ini untuk memvonis Syaikh Ali sebagai murji’ah maka aku tidak paham (apa maksud mereka). Dan saya kira saudara-saudaraku tidak memahaminya seperti itu. Mereka para Masyayikh sangat menghormati dan menghargai beliau. Dan Syaikh Ali telah menjawab dengan jawaban ilmiah dalam kitab “Al-Ajwibah Al-Mutalaaimah 'Ala Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah” sebagaimana yang dilakukan oleh Salafush Shalih. Tidaklah ada diantara kita seorang pun melainkan bisa diambil ucapannya atau ditolak kecuali Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah.

كل كلام منه ذو قبول ومنه مردود سوى الرسول
Semua ucapan ada yang bisa diterima

Dan ada yang bisa di tolak kecuali (sabda) Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Demikianlah keadaan umat ini, terkadang ditolak dan terkadang diterima ucapannya. Dan manusia secara tabiatnya terkadang saat pembicaraan atau dialog terdapat ucapan yang keras, bahkan para sahabat radhiyallahu 'anhum juga demikian, seperti yang terjadi antara Abu Bakar dan Umar, antara Aisyah dan Ali radhiyallahu 'anhum dan selain mereka dari kalangan para sahabat.

Kesimpulannya, bahwa fatwa ini menurutku tidak memvonis dan tidak menghukumi Syaikh Ali Murji’ah. Akan tetapi fatwa tersebut hanyalah suatu dialog seputar buku beliau. 

Dan Syaikh Ali –semoga Allah selalu memberinya taufiq- ketika menulis "Al-Ajwibah Al-Mutalaaimah” setelah munculnya fatwa tersebut bukan untuk membantah tapi hanya sekedar menjelaskan manhaj beliau dan guru beliau Syaikh Al-Albani rahimahullah.

Kami yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Syaikh Ali dan guru beliau Syaikh Al-Albani rahimahullahu sangat amat jauh sekali dari pemikiran Murji’ah seperti yang telah aku katakan dahulu. Syaikh Ali misalnya, kalau aku bertanya kepada beliau tentang apa itu iman? Demikian juga dengan Syaikh Al-Albani, maka tidaklah kami dapatkan sedikitpun dari ucapan mereka yang berbau Murji’ah yaitu bahwasanya amal bukan termasuk bagian dari iman. Bahkan ucapan-ucapan Syaikh Al-Albani rahimahullahu jelas-jelas menyatakan bahwa iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dalam lisan dan perbuatan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. 

Saya yakin bahwa Syaikh Ali menyetujuiku dalam hal ini yaitu bahwasanya fatwa Lajnah bukan seperti yang didengungkan oleh sebagian orang bahwa Syaikh Ali itu Murji’ah. Sekali-kali tidak, mereka para masyayikh tidak mengucapkan seperti ini. Mereka hanya berdialog seputar kitab tersebut. Dan tidaklah para salaf dahulu berdialog kecuali karena rasa kasih sayang dan kecintaan mereka terhadap sunnah dan untuk membela sunnah. Terlebih lagi dialog tersebut bukan tentang keseluruhan kitab akan tetapi bagian kecilnya saja. 

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh mufti Kerajaan Arab Saudi termasuk orang yang amat cinta kepada Syaikh Ali dan aku tahu benar akan hal ini. Beliau sangat amat menghormati dan selalu mendoakan Syaikh Ali sampai setelah Syaikh Ali berjumpa dengan beliau, Samahatusy Syaikh tetap seperti itu. Beliau juga amat menghormati dan mencintai Syaikh Al-Albani rahimahullah dari dahulu kala. Aku mengetahui hal ini semenjak Samahatusy Syaikh mengajar di kuliah Syari’ah tahun 1406 H, beliau selalu menyebut nama Syaikh Albani dengan pujian dan do’a. Syaikh Al-Albani dan para masyayikh di Arab Saudi dipersatukan oleh satu hal yaitu manhaj Salafush Shalih. 

Seandainya kita bersatu diatas hawa nafsu maka sungguh kita akan berpecah belah. Akan tetapi inilah perwujudan kasih sayang yang benar dan jujur. Adapun kalau ada orang ketiga yang mengambil fatwa Lajnah Daimah ini dan bergembira ria karena sesuai dengan hawa nafsu mereka, tapi mereka meninggalkan yang tidak sesuai dengan mereka maka inilah jalannya ahli bid’ah.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan semua para sahabat beliau."

(Ar-Raddu Al-Burhani Fi Al-Intishar Li Al-Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu hal. 255-259 oleh Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu)

source Ustadz Abdurrahman Thoyyib,Lc.

Tidak ada komentar: