Linda mengenang, masa kecilnya diwarnai kebahagiaan. Ia dan kedua saudaranya saat itu cukup taat beribadah. Kebiasaan itu terbangun berkat didikan orang tuanya. Keluarganya selalu rutin pergi ke tempat upacara keagamaan setiap akhir pekan.
“Sejak kecil, saya termasuk orang yang taat beribadah. Setiap akhir pekan, kami selalu menyempatkan diri untuk hadir di tempat ibadah dan acara keagamaan tiap musim panas,” kata perempuan cantik ini kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Linda kecil mengenyam pendidikan dasar di kota tempat kelahirannya. Sejak itu, ia mulai tertarik pada berbagai bahan bacaan, termasuk litera tur yang mengarahkan orang agar tidak beragama. Ia ingat, saat berusia 12 tahun diri nya mulai mengeklaim sebagai seorang ateis.
Menginjak masa remaja, Linda tidak hanya gemar membaca, tetapi juga rekreasi dan sport. Bahkan, gadis tersebut mendaftar pada sebuah klub amatir sepak bola wanita setempat. Selain itu, ia juga menekuni cabang olah raga angkat beban. Beberapa kompetisi lokal pernah diikutinya.
Menjelang akhir masa sekolah menengah, Linda tertarik pada bidang baru, yakni otomotif. Baginya, penampilan seorang perempuan di atas kendaraan roda dua begitu memukau. Saat itu, ia tidak hanya mempelajari keterampilan mengendarai sepeda motor, tetapi juga seluk-beluk mesin. Sampai-sampai, dirinya mengikuti kursus mekanik selama beberapa tahun.
Berbekal sertifikat dari kursus itu, ia memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan otomotif. Ternyata, sebuah korporasi ternama merekrutnya untuk beberapa tahun. Sambil berkarier dan mengumpulkan uang, perempuan yang hobi jalan-jalan itu juga mengikuti klub sepeda motor trail.
Suatu hari, rekannya mengungkapkan ide yang cukup fantastis: berkeliling dunia dengan sepeda motor. Bagi Linda, gagasan itu adalah tantangan tersendiri.
Setelah mengumpulkan dana yang cukup, ia bersama dengan kawannya memulai perjalanan jauh. Empat bulan lamanya mereka berkeliling Asia Tenggara dan Australia dengan sepeda motor. Dua region itu dipilih karena menjanjikan pengalaman baru bagi seorang Islandia yang jarang mengalami iklim tropis.
Terkesan Indonesia
Bali menjadi salah satu destinasi utama Linda dalam petualangannya.Ia mengaku terkesan dengan keramahtamahan orang-orang Indonesia, khususnya yang dijumpainya di Pulau Dewata. Menurutnya, kebanyakan warga setempat menyambutnya dengan baik. Tak butuh waktu lama, ia pun jatuh cinta pada negeri ini.
Masih di Bali, dirinya menemukan hobi baru, yakni bermusik. Bahkan, Linda kemudian memutuskan untuk berkarier sebagai pemain gitar sejak 2019. Pekerjaannya di perusahaan otomotif pun dilepaskannya. Pada akhir tahun lalu, ia memulai profesi barunya sebagai musisi jalanan di beberapa kota di Bali.
Sayangnya, pandemi virus korona membuat aktivitasnya sempat terhenti. Apalagi, Linda sempat mengalami kecelakaan yang meskipun kecil membuat kakinya kesulitan berjalan normal untuk beberapa bulan.
“Saya mengalami patah jari kaki sewaktu kecelakaan saat naik sepeda bulan Juni lalu. Sampai tidak bisa berjalan selama dua bulan. Sehingga rutinitas saya di Bali terhenti,” tuturnya.
Beberapa waktu lamanya, pembatasan sosial berskala besar (PSBB)dilonggarkan. Linda memanfaatkan momen itu untuk pergi dari Bali ke Jakarta. Tujuannya, bertemu dengan sejumlah musisi yang direkomendasikan kawan-kawannya. Ia ingin sekali belajar bermusik dari mereka.
Selama di Ibu Kota, Linda juga berkenalan dengan beberapa Youtuber. Hingga suatu hari, dirinya bertemu dengan Ade Londok, sosok yang sempat viral di media-media sosial karena konten jenakanya. Mengetahui dirinya sebagai bule dengan cukup banyak pengalaman menarik, beberapa stasiun televisi swasta pun menghubunginya. Linda kemudian diundang untuk acara bincang-bincang.
Ketika datang ke studio stasiun televisi, dirinya berjumpa untuk pertama kalinya dengan Gus Miftah. Ulama muda yang memiliki nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu kebetulan juga akan mengisi sebuah acara di studio yang sama. Sebelum acara dimulai, pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji itu sempat berbincang-bincang sejenak dengan Linda bersama dengan Ade Londok dan kawan-kawan.
Linda mengakui, pertemuannya dengan Gus Miftah adalah awal perjalanannya dalam mengenal Islam. Pada mulanya, ia tidak begitu tertarik pada Islam. Mayoritas orang Indonesia memang Muslim, tetapi saat itu dirinya yakin, tradisi ramah-tamah mereka timbul dari kebudayaan, alih- alih agama yang dianut. Namun, pandangan itu ternyata keliru. Sebab, Islam pun menganjurkan umatnya untuk bersikap baik, termasuk kepada tamu atau musafir.
Sejak bertemu Gus Miftah, Linda kian memperhatikan aspek religi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Apalagi, kebanyakan kawannya adalah Muslim. Ia pun banyak membaca berbagai literatur tentang Islam. Ketika teman-temannya mengetahui hal itu, mereka berpikir bahwa gadis ini akan memeluk Islam.
“Saya tidak pernah mengakui atau mengatakan kepada siapapun bahwa ingin menjadi seorang Muslim.Bahkan, tidak pula kepada diri saya sendiri. Namun, sering saya bercanda dengan mengatakan, ”`alhamdulliah.'Mungkin, saya waktu itu sebenarnya sudah merasa memeluk Islam, tetapi belum sampai mengakuinya,” katanya.
Allah Subhanallahu wa taala memberikan petunjuk kepada siapapun yang dikehendaki- Nya. Itulah yang juga dirasakan Linda. Perempuan Islandia itu tidak pernah menyangka, dirinya yang teguh berpaham ateis justru tertarik mengenal Islam lebih dekat.
Sebagai orang ateis, ia saat itu tidak mempedulikan adanya kehidupan setelah kematian. Surga dan neraka baginya hanyalah fiksi. Agama hanyalah karangan manusia agar berpaling dari dunia nyata. “Waktu itu saya memandang, semua agama adalah kebohongan yang dibuat-buat oleh manusia,” ucapnya mengenang.
Dakwah Gus Miftah kepadanya ternyata menimbulkan kesan. Hati dan pikirannya mulai terbuka untuk mempertanyakan kembali keyakinan nya selama ini. Bagaimana mungkin ia yang tadinya tiada menjadi ada? Alam semesta yang luas ini tidak mungkin ada tanpa Sang Pencipta.
Cukup lama ia merenung. Akhirnya, pada pekan pertama November lalu dirinya memutus kan untuk masuk Islam. Hatinya sudah mantap meyakini kebenaran agama ini. Bersama kawan nya, ia kemudian menemui Gus Miftah dan memintanya untuk membimbing pada Islam.
“Saya menemukan petunjuk Allah di dalam hati saya, dan Gus Miftah membantu saya menghidupkannya. Saya bersyahadat pada 17 November 2020, tepat di belakang pang gung stasiun televisi swasta yang mengundang beliau," ucapnya.
Sejak menjadi Muslimah, Linda memiliki nama baru, yakni Aisyah.Nama itu terinspirasi dari Aisyah binti Abu Bakar yang juga salah seorang ummahatul mu`mininatau istri Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam . Ia mengatakan, sosok yang berjulukan al-Humaira itu terkenal cerdas dan juga jelita.
Linda bukanlah satu-satunya yang menjadi mualaf di keluarganya. Saudara perempuannya, Dyka, juga kini memeluk Islam. Mereka saling mendukung untuk terus belajar dan rutin beribadah.
Linda mengaku hatinya lebih tenang sejak menjadi Muslimah. Ia bahkan memutuskan untuk berhijab. Sejauh ini, dirinya terus berupaya fasih dalam membaca Alquran. Satu hal yang juga dinantikannya ialah bulan suci Ramadhan. Sebab, kawan- kawannya mengatakan, momen sebulan penuh itu memiliki banyak keberkahan.
Source https://ihram.co.id/amp/qkox51440/audur-linda-sonjudottir-jadi-mualaf-saat-di-indonesia
Tidak ada komentar: