9 tradisi umat Islam di Indonesia yang dipengaruhi ajaran sesat Syiah

9 tradisi umat Islam di Indonesia yang dipengaruhi ajaran sesat Syiah

Syiah bukan Islam walau punya sejarah panjang yg dimulai sejak di awal-awal tersebarnya islam

Syiah disebut-sebut masuk ke Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Jejak Syiah terlihat dari beberapa tradisi masyarakat yang hingga kini masih dipertahankan.

Sebagian besar warga, khususnya umat Islam mempertahankan tradisi leluhur tersebut. Padahal, mereka sedniri tidak mengetahui sejarahnya. Selain itu, mereka juga tidak paham jika itu tradisi Syiah.

Ulama dan budayawan Prof Ali Hasjmy pernah menulis beberapa tradisi Syiah yang dimuat di kaskus.

Dalam tulisan itu, Prof Ali Hasjmy membeberkan beberapa tradisi umat Islam di Indonesia yang dipengaruhi tradisi Syiah.

Di antaranya tradisi Hayok Tabui, Grebeg Suro, Barzanji, Tahlil Arwah, Haul, Kenduri, Tabut, dan beberapa tradisi lainnya.

Peneliti Pusat Pengkajian Pengembangan Sumber Daya (P3SD) Padang, Hendri Teja juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, tradisi kebudayaan dan keagamaan yang dijalankan di kalangan muslim Indonesia banyak di antaranya merupakan pengaruh ajaran Syiah.

Tradisi arak-arakan Hayok Tabui di Pariaman, Sumatera Barat yang digelar setiap Muharram kental dengan pengaruh Syiahnya. Tradisi itu sebagai peringatan tragedi berdarah yang menimpa cucu Nabi SAW Sayyidina Husain.

“Setahu saya Tabuik itu peninggalan Islam Syiah di Pariaman,” ujar Hendri Teja, seperti dilansir sindonews.com.

Mendiang KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah mengatakan bahwa Nahdatul Ulama (NU) secara kultural adalah Syi’ah.

Ada beberapa shalawat khas Syi’ah yang sampai sekarang masih dijalankan di pesantren-pesantren NU.

Menurutnya, ada wirid-wirid tertentu yang jelas menyebutkan lima keturunan Ahlul Bait.

Kemudian juga tradisi ziarah kubur, lalu membuat kubah pada kuburan. Itu semua tradisi Syi’ah.

Tradisi itu lahir di Indonesia dalam bentuk mazhab Syafi’i. Padahal sangat berbeda dengan mazhab Syafi’i yang dijalankan di negara-negara lain.

Gus Dur menyebut bahwa salah satu pengaruh tradisi Syiah dalam corak keislaman di Indonesia adalah praktik nyanyian (biasa disebut juga pujian) menjelang salat yang biasa dipraktikkan di kalangan warga nahdliyyin (NU).

Nyanyian itu berisi pujian untuk “ahl al-bait” atau keluarga Nabi, istilah yang sangat populer di kalangan Syiah.

Berikut 9 Tradisi Syiah di Indoensia yang dirangkum pojoksatu.id dari berbagai sumber:

1. Arak-arakan Hayok Tabui
Di Pariaman, Sumatera Barat, misalnya, ada tradisi arak-arakkan yang dinamakan “Hayok Tabui” pada setiap Muharram.

Tradisi ini sangat kental dipengaruhi oleh Syiah ketimbang Sunni. Arak-arakan semacam itu dikenal di kalangan Syiah sebagai peringatan terhadap tragedi berdarah yang menimpa cucu Nabi Muhammad ﷺ, Sayyidina Husain.

2. Grebeg Suro
Dalam tradisi Jawa “Grebeg Suro” juga ditemukan adanya pengaruh Syiah.
Kebiasaan orang Jawa yang lebih menganggap Muharram sebagai bulan nahas merupakan pengaruh dari Syiah yang juga menganggap Muharram sebagai bulan nahas dengan meninggalnya Sayyidina Husain.

Karenanya, orang-orang Jawa berpantang menggelar perayaan nikah atau membangun rumah pada bulan “Suro” atau Muharram.

3. Bubur Beureum-Bodas
Di tatar Sunda, pada bulan Muharram dikenal tradisi mengadakan bubur “beureum-bodas” (merah-putih), dan dikenal dengan istilah bibur Suro. Konon, “merah” pada bubur perlambang darah syahid Sayyidina Husain, dan putih perlambang kesucian nurani Sayyidina Husain. Demikian pula dengan cerita-cerita perihal “Tongkat Ali” (ingat kisah Prabu Kian Santang) dan “rumput Fatimah”, jelas sangat kental pengaruh Syiah ketimbang Sunni.

4. Barzanji, Tahlil Arwah, Haul, dan Kenduri
Rentetan pengaruh Syiah dalam tradisi-tradisi keagamaan di Nusantara akan bertambah panjang dengan bahasan mengenai Marhaba, Diba’i atau Barzanji, Tahlil Arwah, Haul, Kenduri.

Khusus kenduri, sangat nyata dipengaruhi oleh tradisi Syiah. Karena dipungut dari bahasa Persia, Kanduri, yang berarti tradisi makan-makan untuk memperingati Fatimah Az-Zahrah, putri Nabi Muhammad Saw.

5. Tabut atau Tabot
Di Bengkulu, pengaruh Syiah terlihat melalui tradisi Tabut atau Tabot. Tradisi ini bertujuan untuk memperingati peristiwa di Karbala ketika keluarga Nabi Muhammad SAW dibantai. Setiap tahun, tabot dihelat sejak 1-10 Muharam.

“Mereka merekonstruksi tragedi Karbala dengan rentetan drama kolosal,” ucap cendekiawan Jalaluddin Rakhmat, seperti dilansir Tempo.

6. Yasinan Orang Meninggal
Jalaluddin Rakhmat mengatakan, penganut Syiah mempunyai kebiasaan menggelar yasinan untuk memperingati hati kematian seseorang. Mereka juga berziarah ke makam untuk mendoakan orang yang telah meninggal. “Kebiasaan itu diikuti pemeluk Islam, meski tak menganut Syiah,” ucap Jalaluddin Rakhmat.

7. Bubur Syuro
Pengaruh kental Syiah di Tatar Sunda dirasakan melalui tradisi “bubur Syuro”, yang mewakilkan darah Husain dengan warna merah, dan sucinya ke-syahidan Imam Husain dengan warna putih. Sejarawan Agus Sunyoto bahkan menambahkan tradisi Tahlil dan kenduri di Indonesia sebagai warisan dari tradisi Syiah di Indonesia.

8. Ziarah Kubur syirik
Budaya pengagungan kuburan secara berlebihan sampai meminta pengharapan kepada penghuninya berasal dari golongan Syiah. Kebiasaan ziarah kubur dan bentuk kuburan Islam di Indonesia juga dipengaruhi adat Syiah.

9. Rebo Wekasan
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku teringat tradisi Rebo Wekasan saat berada di masjid Syiah di San Antonio Texas.

Menurut Dahlan, saat kecil dia sering melihat warga Tegalarum, Magetan melakukan tradisi Rebo Wekasan setiap tanggal 10 Muharam.

Selalu ada gentong ditaruh di atas kursi. Di halaman masjid, berisi penuh air. Di dalamnya ada kertas. Bertulisan Arab pegon, Arab gundul. Tidak ada tanda bacanya. Orang desa menyebutnya rajah atau jimat. Benda sakti.

“Setelah tengah hari orang-orang bergilir ke gentong itu. Ambil airnya. Untuk diminum.

Bapak saya bercerita: acara itu untuk mengenang meninggalnya Sayidina Hussein,” demikian dikatakan Dahlan Iskan seperti dikutip dari laman www.disway.id, Jumat (8/6/2018).

“Tidak ada yang tahu kalau itu tradisi Syiah. Bahkan kami tidak tahu kalau ada aliran yang disebut Syiah.

Kami ini tahunya hanya NU, Muhammadiyah, Persis, Syathariyah, Nahsabandiyah, Qadiriyah. Setelah dewasa baru tahu ada Syiah, Wahabi, Khawarij dan seterusnya. Dari buku,” pungkas Dahlan.

(one/pojoksatu)

Tidak ada komentar: