Hukum Mendoakan Kebaikan Atas Wafatnya Da'i yang memiliki Kekhilafan

SOAL : Bagaimana respon kita terhadap da'i yang tergelincir dalam syubhat dan bi'dah, ketika meninggal dunia kita turut berduka cita ? Atau malah bersyukur karena ia tidak lagi menyebarkan syubhatnya di masyarakat ?

JAWABAN :

Doakan saja semoga Allah merahmatinya, mengampuni dosa-dosa dan ketergelincirannya. Apalagi bila mengingat sumbangsih dan kontribusi positif beliau untuk Islam dan kaum muslimin. Selama seseorang tidak kafir, punya kebaikan dan di sisi lain punya kekeliruan, lebih utama memintakan ampunan baginya.

Contohnya Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang begitu getolnya untuk tetap menyolatkan dan memintakan ampunan atas wafatnya pemimpin kaum Munafikin Abdullah bin Ubay bin Salul (sebelum dilarang Allah) padahal Sejarah mencatat tinta kelam dengan segala tipu muslihat dan makar pemimpin kaum munafikin ini yang juga pernah menuduh ibunda Aisyah berselingkuh dengan Shafwan.

Juga baik bercermin dari sikap Ibnu Taimiyah yg mendengar musuh dakwahnya (yang membuat ia dipenjara) tatkala wafat. Beliau tetap menyolatkan dan memintakan ampunan untuk beliau, mendatangi rumah beliau, dan menghibur keluarganya serta memerintahkan mereka untuk menjadikan dirinya sebagi sosok pengganti ayah mereka yang wafat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Jadilah orang yang bijak, berhati mulia, rahmat kepada orang-orang beriman meski yang bersangkutan memiliki kekhilafan.

———
Batam, 1 Jumadil Akhir 1442/ 14 Jan 2021
Abu Fairuz Ahmad Ridwan

Tidak ada komentar: