Perjalanan hidayah mengenal manhaj salaf yang dituduh pintu masuk terorisme

Bismillaah... 

Kalau ndak kenal dakwah ini, ndak taulah saya akan jadi se-radikal apa.

Saya terlahir di keluarga besar yang keras dan omongannya kasar. Di keluarga besar saya, birrul walidain itu seperti barang yang langka. Waktu saya kecil sering saya lihat saudara saya non-kandung (bibi, uwa, sepupu) bersikap buruk kepada orang tuanya. Mulai dari ucapan sampai perbuatan.

Karena contoh seperti itu yg saya lihat dari kecil, sehingga sedikit atau banyak saya jadi terpengaruh. Sampai agak dewasa, saya tumbuh jadi anak yang gak tau adab dan etika ke orang lain, serta gak tau bakti ke orang tua.

Saya ingat pernah dipukul bapak saya pakai sapu sampai sapunya patah karena saya lecehkan bapak saya dgn memanggil namanya. Semoga bapak memaafkan saya, dan semoga Allah mengampuni saya.

Waktu kuliah jadi bergajulan. Saya pernah juga ikutan nimbrung majelis pergerakan Islam gitu. Disana diajarkan untuk demonstrasi, menghina pemerintah, intinya ngelawan pemerintah gitu deh.

Sampai akhirnya saya kenal dakwah Salafi. Awal-awalnya dulu saya denger rekaman video cermah ust. Yazid Jawwas dan Ust. Abdul Hakim Abdat hafidzahumullah. Puluhan tahun yg lalu tuh. Sampai hari ini saya terus mendengar ceramah-ceramah dari du'at (para da'i) Salafi lainnya, yang katanya mau dihabisi dakwahnya sama Komisaris PT. KAI.

Saya heran sama pak Komisaris dgn hasrat buruknya itu. Pasalnya sudah puluhan tahun saya mendengar ceramah du'at Salafi, gak pernah sekalipun saya mendengar ajakan untuk mencela pemerintah. Yang ada disuruh ta'at. Sama pemerintah aja disuruh ta'at, gimana caranya kemudian jadi teroris?

Semenjak kenal dakwah Salafi ini, sikap saya ke orang tua pun jadi berubah drastis. Dari yang sangat kurang ajar menjadi sangat care. Saya sangat memperhatikan cara bicara, nada bicara, dan diksi saya berbicara kepada orang tua. 

Bakti dan kasih sayang saya kepada orang tua jadi semakin besar karena mengenal dakwah ini. Insya Allah, saya yakin orang tua saya merasakan perubahan drastis sikap anaknya ini. Ke orang tua, saya diajarkan untuk bersikap baik, lantas bagaimana ceritanya dakwah ini dituduh jadi pintu terorisme?

Memang betul kami diajarkan mana yang Sunnah dan mana yang Bid'ah, mana yang Tauhid mana yang Syirik. Namun, gak seperti yang dibilang pak Komisaris yang katanya semua dibid'ah-bid'ahin, semua dikafir-kafirin. Semua bid'ah tapi "masih naik mobil gak naik onta", gitu katanya. 

Oh ya ndak sengawur itu dong pak Komisaris.

Pak Komisaris kan dulunya belajar di Saudi Arabia, negeri 'Salafi', sampe dapat gelar Doktor pan tuh. Sampe sekarang masih aman sentosa toh? Dulu gak dikafir-kafirin toh? gak dibom? Pernah lihat gak di negeri Salafi tempat pak Komisaris kuliah dulu ada tradisi menyakiti orang lain atau diri sendiri? 

Pak Komisaris ini bukti hidup bahwa dakwah Salafi gak seperti yang dia tuduhkan sendiri.

Eh justru di negeri Syi'4h, Iran, disana ada tradisi 'radikal' dengan cara melukai diri sendiri sampai berdarah. Bahkan anak yang masih sangat kecil juga sengaja dilukai tuh ampe darahnya ngucur di kepalanya. Miris liatnya. Ekstrim radikalnya tuh 

Yang begitu-begitu dilakukan secara nyata dan terang-terangan di Iran tuh. Di negeri Syi'4h yang selalu dibela pak Komisaris. Perilaku radikal seperti dilakukan orang Syi'4h di Iran baru deh tuh bs jadi pintu masuk terorisme.

Pak Komisaris kok malah aneh, yang radikal siapa, yang dituduh pintu masuk teroris siapa. Selalunya kalo ada aksi radikalisme dan terorisme yang dituduh Salafi-Wahabi. Lha, Syi'4h yang terang-terangan radikalnya kok didiemin?

Jika ada pelaku terorisme yang kemudian punya ciri seperti ciri orang-orang 'Salafi' ya mbok jangan terus digeneralisir. Main percaya begitu aja. Pak Komisaris pan pendidikannya tinggi, harusnya ya punya kemampuan untuk membandingkan antara kelakuan oknum dan bagaimana konten dakwah Salafi secara umum. Jangan main pukul rata.

Kata orang bijak, kalo ingin mengetahui kebenaran pelajari langsung dari ajarannya bukan dari segelintir oknumnya.

Saya ini by default punya DNA keras dari keluarga besar saya. Itu karakter yang susah hilang. Terbentuk dah dari kecil. Namun, karena dakwah Salafi, karakter keras ini bs dikontrol sehingga tidak sampai pada perilaku radikal. 

Istri saya saja sering bilang selama sepuluhan tahun menikah belum pernah saya berbuat kasar kepadanya. Kalo marah ke istri pun saya diam. Dia bandingkan dengan suami orang lain yang suka bicara kasar ke istrinya bahkan sampai KDRT.

Dakwah salafi mengajarkan saya untuk bersikap baik kepada orang tua dan istri serta keluarga. Gimana ceritanya dakwah ini dituduh jadi pintu masuk terorisme? 

Dakwah Salafi ini bukan dakwah yang mengajarkan teror, melainkan dakwah lemah lembut. Dakwah yang memperlihatkan sisi Islam yang penuh rahmah seperti diajarkan dan dipraktikkan para Salaf (pendahulu) yang sholih.

Semoga Allah menjaga dan memberkahi dakwah mulia ini di negeri kita tercinta.

Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1347570668955130&id=100011066292516

Tidak ada komentar: