Kesesatan Sufi Dengan Keyakinan Wahdatul Wujudnya Dan Al-Hululnya


Wahdatul wujud adalah keyakinan bahwa Allah Ta'ala menyatu dengan alam semesta. Tidak terpisah antara makhluk dan Khaliq (Sang Pencipta). Karena itu, wujud alam semesta ini hakekatnya merupakan wujud Allah sendiri. Sehingga dzat makhluk adalah Dzat Allah itu sendiri. (Firaq Mu'ashirah, 3/994).

Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bahwa Allah Ta'ala dapat masuk ke dalam makhluk-Nya.

Mukadimah keyakinan ini adalah aqidah hulul, yaitu keyakinan ittihad jismain [arab: اتحاد جسمين], bersatunya dua benda. Dari kata halla-yahullu [arab: حَلَّ - يَحُل], yang artinya masuk atau menempati. Dalam aqidah hulul, diyakini bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya. Terutama makhluk-Nya yang khusus, yaitu para Wali. (Firaq Mu'ashirah, 3/987).

Pencetus aqidah ini adalah seorang tokoh Sufi, Husain bin Manshur, yang terkenal dengan sebutan al-Hallaj. Dia memiliki prinsip bahwa Allah Ta'ala ibarat ruh yang bertempat di setiap benda, dan tidak ada pemisah antara al-Khaliq (Sang Pencipta) dengan Makhluk.

Dalam bait syairnya, al-Hallaj mengatakan,

أنا من أهوى ومن أهوى أنا … نحن روحان حللنا بدنا
فإذا أبصرتني أبصرته … وإذا أبصرته أبصرتني
Saya orang yang menggerakkan dan orang yang menggerakkan adalah saya
Kami dua ruh yang menetap di satu jasad
Jika Engkau melihatku, akupun melihat-Nya
Dan jika aku melihat-Nya, Engkau melihatku. (Firaq Mu'ashirah, 3/988).

Manusia yang paling berjasa dalam menyebarkan Wihdatul Wujud adalah Ibnu Arabi (mati 638 H). Nama lengkapnya Muhammad bin Ali al-Arabi, at-Tha'i, dari Andalusia. Salah satu tokoh besar Sufi.

Ibnu 'Arabi berkata : "Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal ? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban ?". (Al-Futuhat Al- Makkiyyah dinukil dari Firaq Al- Mu'ashirah, hal. 601).

Tidak ada komentar: