Visi Saudi 2030 mengurangi pengangguran pribumi hingga dibawah 7%, bagaimana penerapannya ?

Sebagian orang mengatakan kinerja warga Saudi sangat rendah, kalau tidak dikatakan buruk. Sebagian orang yang pernah bekerja dengan mereka rata-rata membuat stigma demikian. Meskipun tidak terukur pasti, tetapi imej ini tidak selamanya benar.

Seperti cerita seorang warga Indonesia yang mengajar di Employee Training perusahaan minyak terbesar dunia, Saudi Aramco. Dia menilai, tidak semua warga Saudi malas dan bodoh, jika dipresentasekan, imbang 50-50.

Beberapa warga Saudi penganut Syi’ah dianggap lebih giat bekerja. Ini pun sekedar presepsi, mengingat minoritas dianggap struggle daripada mayoritas yang sekedar survival.

Apapun kondisi dan stigma yang berkembang, yang paling menarik dibahas dan ditiru oleh negara lain yang “merasa terjajah oleh asing” adalah support pemerintah Arab Saudi kepada warganya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Sejak beberapa tahun terakhir, saudisasi berbagai sektor pekerjaan sangat serius digalakkan. Penerapannya secara perlahan tetapi pasti dan meyakinkan, memaksa jutaan ekspatriat harus exit dari Saudi secara tertib-teratur.

Beberapa media lokal hingga “menaruh iba” kepada sebagian warga negara yang bekerja di sektor perdagangan, seperti para penunggu toko abaya dan pakaian jadi yang harus digantikan oleh karyawan pribumi.

Sesuai Visi Saudi 2030 pula, pemberdayaan wanita dilakukan secara maksimal. Di antara tujuannya, mengurangi angka pengangguran dan mengatasi pertumbuhan jumlah wanita di Arab Saudi, wanita diperbolehkan bekerja di berbagai sektor tertentu.

Meski demikian, Kementerian Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial Arab Saudi membuat peraturan ketat bagi wanita Saudi di lingkungan tempat bekerja, dengan maksud agar tetap terjaga kehormatannya.

Untuk standar gaji, Menteri Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial Arab Saudi, Ahmed bin Suleiman Al-Rajhi, telah menaikkan upah minimum bagi warga Saudi di sektor swasta dari 3.000 riyal menjadi 4.000 riyal, mulai April lalu.

Meskipun pada awalnya, ada anggapan bahwa tidak sedikit warga Saudi enggan bekerja di sektor swasta, mereka lebih berusaha mencari pekerjaan di sektor publik (PNS) yang lebih aman dan stabil, sehingga perusahaan swasta memilih ekspatriat.

Tetapi kemudian kondisi telah berubah. Dari hasil survey pada kuartal pertama tahun 2021, 94,7%, warga Saudi telah bersedia bekerja di sektor swasta, sementara hanya 5,3% yang tidak bersedia (Dr. Fahd Muhammad bin Jum’ah dalam artikel di koran Al-Riyadh, 26/10/1442).

Tingkat partisipasi warga Saudi dalam angkatan kerja juga meningkat secara signifikan sebesar 6,7% pada kuartal pertama tahun 2021 dibandingkan tahun lalu. Menariknya, ini juga diimbangi dengan pertumbuhan partisipasi non-Saudi sebesar 3,5% dalam periode yang sama.

Tingkat ketenagakerjaan Saudi tumbuh sebesar 0,1% dan 1,1% pada kuartal pertama tahun 2021 dibandingkan dengan kuartal pertama dan keempat tahun 2020

Bagaimana dengan pengangguran? Visi Saudi 2030 adalah mengurangi tingkat pengangguran hingga kurang dari 7%. Kerajaan Arab Saudi memiliki angka pengganguran warganya yang terkontrol, berkat diterapkannya kebijakan subsidi kepada mereka menganggur dan yang sedang mencari pekerjaan.

Berikut infografik Saudisasi di sektor swasta di Arab Saudi yang dirilis Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial Arab Saudi:
sumber Saudinesia.com

Tidak ada komentar: