Artinya, dalam standarisasi beliau merupakan suatu aib di kalangan pembelajar bagi mereka yang belum/tidak menghafal Al-Qur’an. Tapi ini belum seberapa, ada yang lebih dahsyat lagi seperti yang disampaikan al-Hafizh Ibn Rajab berikut.
Setelah beliau menasihatkan penuntut ilmu untuk menghafal Al-Qur’an dan As-Sunnah berikut memahaminya sebagaimana pemahaman para Imam Salaf, menghafal juga perkataan dan fatwa para shahabat, tabi’in dan para Imam besar lainnya, begitu juga mengetahui detil perkataan² Imam Ahmad dari setiap huruf dan maknanya, beliau berkata ;
وأنت إذا بلغت من هذه الغاية فلا تظن في نفسك أنك بلغت النهاية ، وإنما أنت طالب متعلم من جملة الطلبة المتعلمين . ولو كنت بعد معرفتك ما عرفت موجودا في زمن الإمام أحمد ، ما كنت حينئذ معدوداً من جملة الطالبين فإن حدثت نفسك بعد ذلك أنك قد انتهيت أو وصلت إلى وصل إليه السلف فبئس ما رأيت
“Jika engkau telah mencapai target tersebut, jangan engkau kira bahwa engkau telah mencapai titik akhirnya (puncak keilmuan). Karena sesungguhnya engkau hanyalah (baru) berkedudukan sebagai penuntut ilmu diantara penuntut ilmu yang lainnya. Dan jika engkau dengan pengetahuanmu tersebut berada di zaman Imam Ahmad, engkau masih belum terhitung dari kalangan penuntut ilmu. Jadi jika engkau mengira bahwa setelah engkau mencapai target tersebut maka engkau sudah mencapai finishnya atau sampai pada apa yang telah dicapai oleh para Salaf, betapa buruknya dugaanmu tersebut!”
Bandingkan dengan zaman ini, bagaimana jadinya jika beliau melihat banyak dari mereka yang belum hafal Al-Qur’an –bahkan satu juz pun tidak– namun lisannya sangat fasih mencela para ulama, dan mereka bukan lagi dianggap penuntut ilmu; melainkan rujukannya para penuntut ilmu,..
ustadz fuad ramadhan ritonga
Tidak ada komentar: