Demi berdirinya Republik Indonesia, sang Sultan menyumbangkan seluruh harta kekayaan yang dia miliki, seperti, 13 juta uang gulden, mahkota, pusaka kerajaan, tanah, kekuasaan dan istananya.
Selain menyumbangkan seluruh hartanya, sang Sultan juga juga ikut berjuang dan bergerilya dengan Kaum Republikan dari Aceh, tepatnya dari Resimen Rencong dengan pangkat Kolonel.
Sang Sultan juga merupakan aktor dibalik layar perjuangan Kaum Republikan di Pulau Sumatera, di mana selain menyumbangkan harta, sang Sultan juga mengobarkan semangat Perjuangan melawan Belanda dari stasiun Radio Republik Indonesia yang ada di Banda Aceh.
Namun di akhir hayatnya, sang Sultan hidup dalam keadaan serba kekurangan dan meninggal sebagai Rakyat biasa.
13 Juta Gulden sama dengan 1.47 Triliun. Satu Triliun koma empat puluh tujuh. Sama halnya Sultan dari Jogjakarta sumbangan yg "tercatat" sekitar 6 Juta Gulden itupun sisa harta kekayaan Keraton, Keraton Jogjakarta juga membantu roda Pemerintahan Republik Indonesia yg baru merdeka.
Para pejabat tinggi diungsikan kedalam benteng istana sang Sultan Hamengku Buwono IX agar aman dan selamat selama agresi militer. Selama didalam benteng Keraton itulah sang Sultan Jogjakarta memberi bantuan Pemerintah Republik Indonesia hingga kekayaan (keuangan) yg ada dikeraton tersisa 6 juta Gulden yg kemudian diberikan kepada Bung Karno.
Sembari menyerahkan Cek tersebut Sang Sultan Jogjakarta dawuh: ""JOGJAKARTA sudah tidak punya apa-apa, lanjutkan Pemerintahan ini dijakarta ".
Dengan gemetar, menangis haru Presiden Soekarno menerima cek tersebut dari sang Sultan.
Tidak ada komentar: