Syeikh Albani rahimahullah ketika berusia 84 tahun: "Dan aku juga termasuk yang sedikit"

Shahih mawaridizh zham-an ila zawaidi ibni Hibban

Saat usia syaikh Al-Albani telah melampaui 84th (6th sebelum meninggal) beliau mengatakan dalam kitabnya “Shahih mawaridizh zham-an ila zawaidi ibni Hibban” sesudah hadis Abu Hurairah bahwa Rasulullah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Rata-rata umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang melampui hal tersebut” 
(HR. Ibnu Majah 4236)

Ibnu Arafah mengatakan, “Aku termasuk yang sedikit”.

Al-Albani menimpali, “Dan aku juga termasuk yang sedikit. Diriku telah melampaui 84th – seiring doa semoga Allah menjadikanku orang yang panjang umurnya dan baik amalnya-. 

Meski demikian, hampir saja aku mengharap kematian karena bencana yang menimpa kaum muslimin seperti penyimpangan pada agamanya & kehinaan yang malanda mereka. 

Akan tetapi ilusi itu aku tepis karena hadis Anas yang selalu terbayang di pelupuk mataku sejak masa kecilku. Maka aku tidak punya pilihan kecuali berdoa seperti yang diperintahkan Nabiku,

اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي
“Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu lebih baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari no. 6351, 5671 dan Muslim no. 2680)

Juga memohon dengan permohonan yang diajarkan beliau, 

اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُوَّاتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
Berilah kenikmatan dan manfaat pada pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Engkau menghidupkan kami. Jadikanlah semua itu sebagai warisan dari kami. HR. At-Tirmidzi (3502) dan Al-Hakim (1/258)

Dan Dia -Subhanah- telah mengabulkan semua hal itu untukku. Diriku sampai sekarang masih melakukan riset, koreksi & menulis dengan semangat tak terkira. Shalat sunnah pun dengan berdiri & menyetir mobil sendiri untuk jarak jauh dengan kecepatan tinggi (ngebut) sehingga orang-orang dekatku sering mengingatkan hal itu padaku. 

Namun aku punya alasan tersendiri dalam hal ini yang sebagian mereka mengetahuinya. 
Aku katakan hal ini dalam rangka melaksanakan perintah Allah,

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ 
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan (sebut)”. QS. Adh-Dhuha: 11.

Sekaligus memohon kepada Allah agar menambah karunia-Nya kepadaku dan menjadikan itu semua warisan dariku. Mewafatkan diriku dalam keadaan Islam di atas sunnah dimana aku nazarkan hidupku untuknya dalam dakwah & tulisan. 

Juga menggabungkan diriku dengan para syuhada, kaum shalih karena mereka itulah sebaik-baik teman setia. Sungguh Allah adalah Zat Yang Maha Mendengar & Menjawab doa permohonan.

Pertanyaannya:
 
tidakkah kita yang masih kepala dua, tiga, dan empat merasa malu kepada beliau bila bermalas-malasan & beralasan sakit-sakitan terus dalam melaksanakan kewajiban?? 
Wallahul musta’an..

Semoga Allah merahmati beliau dan meninggikan derajatnya serta menggabungkan kita dengan rombongan orang-orang salih.

(Ustadz Thoriq Abdul Aziz At-Tamimi, LC.MA حفظه الله تعالى)

Tidak ada komentar: