Lelehan Air Mata Perpisahan meninggalkan tanah haramain (kisah nyata)


Seorang jamaah haji ibu-ibu bertanya: "Mas, kalau hari-hari selain haji, kerja apa?."

"Saya masih sekolah bu," jawab saya. 

"Oowh. Masya Allah. Lulusnya masih lama gak?," tanya dia penasaran. 

Hening sejenak... 

"Mohon doanya saja bu haji. Semoga saya cepat lulus.. Tapiii," ujar saya. 

"Tapi apa mas?," kata dia. 

"Tapi kalau nanti sudah lulus, saya jauh dari Haramain. Sedih bu haji," kata saya. 

Tetiba beliau diam, dan saya juga diam. Melirik ke arah wajahnya, nampak berkerut dan sedih mendengar jawaban saya tadi. Kemudian beliau pamit naik bus. 

Berpisah dengan tanah haram adalah kesedihan yang sangat mendalam. Dan rupanya ibu tadi tersentuh, karena sebentar lagi akan pulang ke tanah air. 

Banyak didapati, jamaah umrah dan haji saat akan pulang ke tanah air, bukannya dia senang karena akan kembali, tapi ia menangis sesenggukan.  

Apalagi pas thowaf wada', banyak air mata mengalir, meleleh membasahi muka mereka. Perpisahan yang sangat mengharukan. 

Akankah dimasa mendatang dapat kembali lagi kesini?. Harapannya bisa kembali thowaf, sa'i dan sholat lagi di Masjidil Haram. 

Barusan tadi lihat ada seorang pria usia sekitar 40 tahunan. Badannya ia rebahkan ke tembok pembatas terminal Bab Ali, sementara air matanya bercucuran dengan suara senggukan yang kencang. 

Beberapa menit kemudian ia jalan ke depan menuju bus, tapi wajahnya tetap memandang ke arah Masjidil Haram. Mendekati bus dengan muka merah dan air mata basah kuyup menempel di pipi. 

Dari perawakannya ia adalah jamaah haji asal Afghanistan. Perawakannya tinggi, jenggotnya panjang, bajunya menjuntai sampai ke bawah lutut dengan celana ngatung segengah betis. Mengingatkan saya pada sosok mujahidin Afghan yang berperang melawan tentara Rusia dan Amerika. 

Badan yang kekar dan mental yang kuat, tetap melelehkan air mata jika akan berpisah dengan tanah haram.

Tidak ada komentar: