Sekolah itu gak penting, yang penting ilmunya (baca sampai habis agar paham)


Ilmu itu bisa didapatkan di banyak tempat, tidak hanya di sekolah.

Namun di zaman sekarang ini, sekolah dianggap sebagai tempat terbaik untuk mencari ilmu. Karena : 
1. Memiliki runtutan pembelajaran.
2. Membangun pola berpikir.
3. Berkumpul banyak guru.
4. Sistemik.
5. Teruji secara empiris melahirkan banyak ilmuwan. 

Meski demikian, belum tentu orang yg sekolah itu otomatis meraih ilmu. Kembali kepada efikasi diri masing-masing.

Itulah sebabnya, masyarakat melekatkan status "orang berpendidikan" kepada mereka yg mengenyam bangku sekolah... Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin tinggi strata sosialnya dimata masyarakat.

Berlaku pula sebaliknya, orang yg tidak sekolah tidak bisa dihukumi secara otomatis "tidak berpendidikan". Walaupun sangat banyak dijumpai kalangan "tidak berpendidikan" itu berasal dari orang-orang yg tidak mengenyam bangku sekolah atau jenjang sekolahnya rendah.

Hukum "supply and demand"

Karena adanya kebutuhan masyarakat akan sekolah, maka terjadilah hukum pasar. Ada permintaan = ada barang = ada harga. 

Biaya pendidikan berlomba-lomba naik, menyesuaikan permintaan dan kebutuhan masyarakat. Semakin kompleks dan bergengsi suatu cabang keilmuan, semakin tinggi biayanya.

Kemarin saya diskusi dengan salah seorang alumni yg kini melanjutkan studi Fakultas kedokteran di salah satu PTS terbaik di Jakarta. Biaya masuknya 400 juta, bayaran persemesternya 30 juta. Biaya ini dianggap "wajar" karena cabang ilmunya masuk dalam cabang ilmu yg kompleks dan bergengsi. 

Jika suatu cabang ilmu memiliki peminatan rendah, ilmunya tidak begitu kompleks, dan jurusannya tersedia di banyak Perguruan Tinggi, biayanya relatif murah, seperti jurusan "pendidikan / keguruan".

Demikian juga ilmu-ilmu syariah, pembelajaran di kampus-kampus Arab Saudi jauh lebih serius dan sistematis dibandingkan dengan yang ada di negeri kita. Karena disana biaya pendidikannya sangat tinggi, gaji-gaji dosennya besar, fasilitasnya lengkap, dan alhamdulilah nya biayanya tidak dibebankan kepada mahasiswa, namun ditanggung oleh Kerajaan Arab Saudi.

Seorang mahasiswa di Arab Saudi bisa menyelesaikan studi S1 - S3 nya dalam kurun waktu maksimal 12 tahun. Pembelajarannya terbukti melahirkan banyak ilmuwan yg sangat mumpuni dibidangnya masing-masing. 

Bayangkan anda belajar mandiri ilmu² syariah selama 12 tahun, tentu akan berat untuk menyamai pencapaian para ilmuwan semisal Ust. Dr. Muhammad Arifin, Ust. Dr. Firanda Andirja, Ust. Dr. Erwandi Tarmizi, dll.

Bagaimana menurut anda : apakah sekolah itu penting?

#Ustad Abu Abbas Aminullah

Tidak ada komentar: