Inilah Guru MuhammadiyahTahun 80an, Pensyarah Kitab Tauhid Syeikh Abdul Wahab


Dai dan Guru Muhammadiyah mensyarah kitab tauhid Syeikh Abdul wahab th 80 an

Ustadz Moehammad Thahir Badrie dan Syarah Kitab Tauhid..
-------------------------------------------------------------

Nama Ustadz Moehammad Thahir Badrie rahimahullah - salah seorang da'i Muhammadiyah di masa lalu. 

Namun jasa Beliau dalam mendakwahkan pemurnian tauhid di Nusantara seharusnya tidak boleh dilupakan. Beliau berkiprah pada era dimana kitab-kitab karya Imam Dakwah mulai diterjemahkan, diterbitkan dan dikenalkan secara luas kepada masyarakat umum Nusantara, yakni pada rentang waktu sekitar dekade tahun 1970-an sampai dengan tahun 1980-an.

Kitab "Syarah Kitab Al-Tauhid Muhammad bin Abdul Wahhab" karya Beliau (cover terlampir) menjadi bukti kontribusi Beliau dalam dakwah tauhid tersebut. 

Kitab syarah tersebut boleh jadi merupakan kitab syarah pertama yang ditulis oleh da'i asli Nusantara atas Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. 

Jilid pertama syarah ini (cover merah) terbit pertama kali pada tahun 1984 dan diterbitkan oleh Pustaka Panjimas Jakarta. Sedangkan jilid keduanya terbit pada tahun 1985, dengan diberi judul "Bahaya Kegersangan Tauhid menurut Muhammad bin Abdil Wahab". 

Dalam kata pengantar jilid kedua ini, Ustadz Thahir Badrie menjelaskan bahwa syarah ini direncanakan terbit dalam 4 jilid. Hanya saja pembahasan dalam 2 jilid terakhir tidak akan sepanjang dan sepadat jilid pertama dan kedua. 

Kami sendiri hingga saat ini belum mengetahui apakah 2 jilid terakhir yang direncanakan tersebut akhirnya terbit atau tidak. Mudah-mudahan suatu waktu nanti bisa kami dapatkan kepastiannya. 

Ustadz Thahir Badrie juga menjelaskan bahwa nantinya setelah selesai menulis syarah Kitab Tauhid ini, Beliau bermaksud menyusun sebuah kitab tafsir Al Qur'an yang khusus membahas ayat-ayat hukum serta sebuah karya di bidang ilmu hadits yang amat penting untuk diketahui umat.

Perkenalan Ustadz Thahir Badrie dengan Kitab Tauhid sendiri bermula ketika suatu waktu Kyai Nadjih Ahjad Maskumambang menghadiahkan kitab tersebut kepada Beliau pada tahun 1963. 

Sejak perkenalan pertama tersebut, Ustadz Thahir Badrie sangat terkesan dengan isi Kitab Tauhid, apalagi dalam pengakuannya Beliau mengatakan bahwa sebelumnya Beliau belum terlalu menaruh perhatian terhadap tema tentang tauhid dalam dakwah-dakwahnya. 

Beliau menceritkan pengalamannya tersebut sebagai berikut :

"Meski pada saat itu penulis (Ustadz Thahir Badrie-red) sudah menelaah dan menelusuri kajian fiqh kitab Nail Al Authar dan Bulugh Al Maram, malah tak luput pula mendalami karya Imam Al Syatibie dalam Al I’tisham-nya, namun penulis dalam hal Tauhid masih kurang mencurahkan perhatian yang mendalam."

"Tetapi dengan Kitab Al Tauhid tersebut, bagai tersengat binatang kala, minat penulis untuk memperdalam ilmu dalam bidang ini tergugah dan selanjutnya penulis kaji tanpa henti. Kemana penulis bertabligh di Jawa Timur setiap saat, kitab kecil tersebut penulis bawa serta. Dan seketika penulis menjadi agama di SMP Muhammadiyah Nganjuk tahun 1971 dan diminta teman-teman untuk menjadi Guru mengaji Tafsir Al Quran di rumah saudara Abdul Muhith Madjid, masalah tauhid ini mulailah penulis paparkan dalam-dalam."

"Bahkan sewaktu mulai mengajar di SMA Muhammadiyah Nganjuk, Februari 1973, pelajaran ini penulis bawa masuk ke dalam kelas mendampingi Al Fara’id dan mata pelajaran agama yang lain. Lebih komplit dan mendalam lagi sesudah telaah kitab Fath Al Majid (Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin ‘Abdul Wahhab), syarahnya."

(selesai nukilan)

Mengenai gaya penulisan yang dipakai dalam Syarah Kitab Tauhid ini, Ustadz Thahir Badrie mencoba untuk memberikan syarah terhadap Kitab Tauhid yang disesuaikan dengan kesiapan kondisi sosiologis masyarakat Nusantara. 

Beliau menyebutkan pada kata pengantar karyanya tersebut bahwa pada awalnya Beliau bermaksud untuk menerjemahkan kitab Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan, cucu dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Namun niat ini Beliau urungkan karena alasan sosiologis, sehingga pada akhirnya Beliau menulis sendiri syarah Kitabut Tauhid yang telah disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat saat itu. 

Beliau menulis : 

“Semula penulis (Ustadz Thahir Badrie-red) beranjak niat buat menerjemahkan saja kitab syarahnya – Fath al Majid – tetapi mengingat uraian dan pemaparannya memerlukan kematangan dan kedalaman yang cukup sesuai dengan kondisi masyarakat Islam di lingkungan kita sendiri, maka niat tersebut tak jadi penulis laksanakan.”

(selesai nukilan)

repost from whatsapp group

Tidak ada komentar: