قال الإمام ابن القيم رحمه الله : «والإسلامُ هو توحيدُ اللهِ وعبادتُه وحدَه لا شريكَ له، والإيمانُ بالله وبرسولِه واتِّباعُه فيما جاء به، فما لم يأتِ العبدُ بهذا فليس بمسلمٍ وإن لم يكن كافرًا معاندًا فهو كافرٌ جاهلٌ». [«طريق الهجرتين» لابن القيِّم (411)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh pernah berkata : "Islam itu adalah (terdiri dari perkara) Tauhidulloh dan beribadah hanya kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
(Demikian pula terdiri dari perkara) beriman kepada Alloh, beriman kepada Rosul-Nya (yakni Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam) dan ber-Ittiba' kepada beliau dan dan kepada semua perkara yang dibawa/diajarkan oleh beliau.
Selama seorang hamba tidak membawa perkara-perkara tersebut di atas, maka dia bukanlah seorang Muslim (yang sebenarnya), meskipun dia bukanlah orang kafir yang menentang (agama Islam), tetapi dia sebagai orang kafir yang jahil (karena bodoh terhadap perkara agamanya)."
( Thoriqul Hijrotain (hal. 411), karya Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh)
Catatan :
1. Ya, demikianlah sepantasnya keadaan seorang Muslim yang sebenarnya !
Karena sesungguhnya, diantara makna agama Islam itu sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama adalah :
Selama seorang hamba tidak membawa perkara-perkara tersebut di atas, maka dia bukanlah seorang Muslim (yang sebenarnya), meskipun dia bukanlah orang kafir yang menentang (agama Islam), tetapi dia sebagai orang kafir yang jahil (karena bodoh terhadap perkara agamanya)."
( Thoriqul Hijrotain (hal. 411), karya Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh)
Catatan :
1. Ya, demikianlah sepantasnya keadaan seorang Muslim yang sebenarnya !
Karena sesungguhnya, diantara makna agama Islam itu sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama adalah :
اْلاِسْتِسْلاَمُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ، وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
“Berserah diri kepada Alloh dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh kepada-Nya dengan mentaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan (para) pelakunya.”
2. Jadi, salah satu ciri seorang Muslim yang sebenarnya itu adalah sangat perhatian dan sangat mementingkan perkara Tauhid !
Yakni, hendaknya kita benar-benar mempersembahkan semua jenis ibadah kita hanya kepada Allah ta'ala saja, dan meninggalkan semua bentuk peribadatan kepada selain Allah (syirik kepada Alloh) !
Hal itu karena tujuan kita diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah agar kita mentauhidkan-Nya (beribadah hanya kepada-Nya) !
Allah Ta’ala berfirman :
2. Jadi, salah satu ciri seorang Muslim yang sebenarnya itu adalah sangat perhatian dan sangat mementingkan perkara Tauhid !
Yakni, hendaknya kita benar-benar mempersembahkan semua jenis ibadah kita hanya kepada Allah ta'ala saja, dan meninggalkan semua bentuk peribadatan kepada selain Allah (syirik kepada Alloh) !
Hal itu karena tujuan kita diciptakan oleh Allah di dunia ini adalah agar kita mentauhidkan-Nya (beribadah hanya kepada-Nya) !
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56).
Demikian pula, hal itu juga karena keselamatan seseorang di akhirat ditentukan oleh perkara Tauhid ini !
Artinya, orang yang mati dalam keadaan bertauhid, maka dia akan selamat di akhirat dari siksaan yang kekal, walaupun membawa dosa yang banyak.
Adapun orang yang mati dalam keadaan musyrik (berbuat syirik), maka dia tidak akan selamat di akhirat dari siksaan, dan merugi selamanya di dalam neraka jahanam.
Allah Ta’ala berfirman :
Demikian pula, hal itu juga karena keselamatan seseorang di akhirat ditentukan oleh perkara Tauhid ini !
Artinya, orang yang mati dalam keadaan bertauhid, maka dia akan selamat di akhirat dari siksaan yang kekal, walaupun membawa dosa yang banyak.
Adapun orang yang mati dalam keadaan musyrik (berbuat syirik), maka dia tidak akan selamat di akhirat dari siksaan, dan merugi selamanya di dalam neraka jahanam.
Allah Ta’ala berfirman :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi : 110).
Allah Ta’ala juga berfirman:
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’ : 48).
Disamping itu pula, karena Tauhid itu adalah inti dari semua dakwah yang disampaikan oleh para Nabi dan Rosul, dari mulai yang pertama hingga yang terakhir, yakni Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman:
Disamping itu pula, karena Tauhid itu adalah inti dari semua dakwah yang disampaikan oleh para Nabi dan Rosul, dari mulai yang pertama hingga yang terakhir, yakni Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu (wahai Nabi Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS. Al-Anbiya' : 25).
Allah Ta’ala juga berfirman:
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat seorang Rosul, *(untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut." (QS. An-Nahl : 36).
3. Dan para Nabi dan Rosul pun mengajarkan manhaj dakwah ini (yakni perkara Tauhid ini) kepada para sahabatnya/pengikutnya.
Sebagaimana yang juga pernah diajarkan dan diwasiatkan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam kepada Sahabat yang mulia, Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu anhu, ketika dia diutus untuk berdakwah di negeri Yaman.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma pernah menyampaikan :
3. Dan para Nabi dan Rosul pun mengajarkan manhaj dakwah ini (yakni perkara Tauhid ini) kepada para sahabatnya/pengikutnya.
Sebagaimana yang juga pernah diajarkan dan diwasiatkan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam kepada Sahabat yang mulia, Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu anhu, ketika dia diutus untuk berdakwah di negeri Yaman.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma pernah menyampaikan :
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda kepadanya :
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali (kepada mereka) adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.
Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang-orang faqir (miskin).
Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki.”
(HR. Al-Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzohulloh menjelaskan :
“Dari hadits yang mulia ini, dan juga barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia dapat memahami manhaj dakwah ilalloh.
Dan dia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya, serta meninggalkan semua bentuk ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah.”
( Al-Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, hal. 17).
Demikianlah, itu semua menunjukkan betapa pentingnya perkara Tauhidulloh atau perkara aqidah tersebut.
Sehingga hal itu sepantasnya menjadi perkara yang selalu diutamakan dalam semua aktivitas hidup seorang muslim ......
4. Kemudian juga hendaknya memperhatikan permasalahan-permasalahan agama yang lainnya, seperti : menegakkan rukun-rukun Islam, rukun-rukun Iman, dan perkara penting yang launnya.
Demikian pula perkara ITTIBA', yakni mengikuti ajaran, tuntunan dan petunjuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.
Ini pun adalah kewajiban bagi setiap muslim ! Karena kita tidak mengetahui bagaimana cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh ta'ala, kecuali melalui petunjuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.....
Adapun pembahasan selengkapnya tentang ITTIBA' ini, insya Alloh akan dibahas secara khusus pada Fawaid kita ini .....
Dan hendaknya hal itu juga menjadi pondasi dalam semua aktivitas hidupnya.....
Intinya adalah, seorang muslim itu hidupnya terbimbing di atas tuntunan agamanya, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, bukan di atas kebodohan, yang mana dia tidak tahu sama sekali atau memang tidak mau tahu sama sekali urusan agamanya .....
Karena sesungguhnya hidup di atas bimbingan ilmu-ilmu agama dan syari'atnya, itulah yang diharapkan akan menjaga dan menyelamatkan seorang muslim dari berbagai kejelekan, di dunia maupun di akhirat nanti .......
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala, senantiasa memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, agar senantiasa Istiqomah dalam menuntut (mempelajari) ilmu-ilmu agama, dan Istiqomah pula dalam mengamalkannya ......
Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ....._
Surabaya, Senin pagi yg sejuk, 7 Robi'ul Awal 1444 H / 3 Oktober 2022 M
✍ Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby
Silahkan joint pada channel telegram kami :
https://t.me/fawaidabuabdirrahman
Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali (kepada mereka) adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala.
Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang-orang faqir (miskin).
Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki.”
(HR. Al-Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19).
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzohulloh menjelaskan :
“Dari hadits yang mulia ini, dan juga barangsiapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an, dan juga barangsiapa yang memperhatikan sirah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia dapat memahami manhaj dakwah ilalloh.
Dan dia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya, serta meninggalkan semua bentuk ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah.”
( Al-Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, hal. 17).
Demikianlah, itu semua menunjukkan betapa pentingnya perkara Tauhidulloh atau perkara aqidah tersebut.
Sehingga hal itu sepantasnya menjadi perkara yang selalu diutamakan dalam semua aktivitas hidup seorang muslim ......
4. Kemudian juga hendaknya memperhatikan permasalahan-permasalahan agama yang lainnya, seperti : menegakkan rukun-rukun Islam, rukun-rukun Iman, dan perkara penting yang launnya.
Demikian pula perkara ITTIBA', yakni mengikuti ajaran, tuntunan dan petunjuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.
Ini pun adalah kewajiban bagi setiap muslim ! Karena kita tidak mengetahui bagaimana cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh ta'ala, kecuali melalui petunjuk Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam.....
Adapun pembahasan selengkapnya tentang ITTIBA' ini, insya Alloh akan dibahas secara khusus pada Fawaid kita ini .....
Dan hendaknya hal itu juga menjadi pondasi dalam semua aktivitas hidupnya.....
Intinya adalah, seorang muslim itu hidupnya terbimbing di atas tuntunan agamanya, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, bukan di atas kebodohan, yang mana dia tidak tahu sama sekali atau memang tidak mau tahu sama sekali urusan agamanya .....
Karena sesungguhnya hidup di atas bimbingan ilmu-ilmu agama dan syari'atnya, itulah yang diharapkan akan menjaga dan menyelamatkan seorang muslim dari berbagai kejelekan, di dunia maupun di akhirat nanti .......
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala, senantiasa memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, agar senantiasa Istiqomah dalam menuntut (mempelajari) ilmu-ilmu agama, dan Istiqomah pula dalam mengamalkannya ......
Nas-alulloha At-Taufiq wal Istiqomah ....._
Surabaya, Senin pagi yg sejuk, 7 Robi'ul Awal 1444 H / 3 Oktober 2022 M
✍ Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby
Silahkan joint pada channel telegram kami :
https://t.me/fawaidabuabdirrahman
Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
Tidak ada komentar: