Pagi tadi, Temanku seorang pengurus mesjid bercerita sambil meneteskan air mata.
Ia bertutur :
Malam tadi sekitar jam 11-an, ditengah gerimis dan dinginnya malam aku kembali ke mesjid karna hp ku tertinggal di kamar mesjid. Mendekati teras, aku mendengar tangis tertahan dari seseorang yg ku lihat sedang berdoa sambil memangku anaknya.
Setelah kudekati, ternyata Fulan yg terkenal ramah dan baik hati, seorang tukang ojek yg mengontrak tak jauh dari mesjid.
Dia terkejut melihatku,
Eh.. ust katanya tersenyum sambil berusaha menyembunyikan air mata. Kulihat wajahnya kuyu penuh kesedihan seakan ada yg dia tahan, sementara anak dlm pangkuannya tertidur lelap didinginnya malam itu.
"Sholat malam kok bawa si kecil mas? Tanyaku, sambil tersenyum mengulurkan tangan bersalaman, ia menyambut salamku dan berkata: "tidak apa apa ust".
Aku lanjut bertanya, karna instingku mengatakan tentu ada masalah pada si Fulan,
"Sudahlah, ndak usah sungkan mas, ada yg bisa saya bantu?", Ia menatapku.
"Tidak ada apa-apa ust", jawabnya sambil menunduk, kali ini suaranya agak lemah dan serak menahan tangis.
"Ayolah mas, anggap saya saudara mas, kataku mendesak, bisa jadi, ada hikmah Hpku tertinggal sehingga bertemu mas disini", lanjutku padanya, "Bisa jadi ada yg Allah inginkan dari pertemuan kita ini..."
Ia mengangkat kepalanya menatapku dgn mata yg berlinang, "Dari kemaren saya belum makan ust", katanya terisak, "sedangkan anak istri saya hanya makan sepiring lontong pagi tadi, saya sudah berusaha, namun saya malu harus meminjam ke siapa lagi, orderan ojek pun sepi lagian motor saya tak ada bensinnya ust".
Air mataku berlinang mendengarnya, tenggorokanku terasa sempit, tak kuduga, apa yg ia katakan seperti menamparku. Ia belum makan dari pagi, anak istrinya hanya makan lontong, sementara pagi tadi dirumahku ada sebungkus lontong yg berlebih hingga akhirnya terbuang karna basi.
Fulan melanjutkan perkataannya sambil terisak: "Aku berfikir, mungkin saja dgn datang ke mesjid yg penuh berkah ini, sebagai tamu Allah, sambil membawa anak, doaku akan lebih makbul, aku berharap ada rezki dari Allah untuk kami makan malam ini... Aku tak tahu harus bagaimana lagi ust", pungkasnya sambil menundukkan kepala menghapus air mata...
Singkat cerita,
Temanku pengurus mesjid itu berkata: "Sungguh saya merasa sangat bersalah, saya malu kepada Allah. Disaat kami pengurus mesjid berencana membangun ini dan itu, program ini dan itu, ada warga kami yg tak makan. Disaat kami ingin mengganti warna cat mesjid, ada bayi yg tak bisa menyusu, karna Asi ibunya kekeringan. Disaat kami punya simpanan kas ratusan juta, ada yg tidur digelap dan dinginnya malam dalam keadaan lapar".
Saudara beriman,
Semoga bisa menghentak sanubari kita bersama. Mulai saat ini, lihat lihatlah tetangga sekeliling kita.
Akhukum fillah
Bukittinggi pagi ini, 01 Nov 22
(Salin saji: Akhi Mu'min)
Tidak ada komentar: