Hasad Sesama Ustadz oleh ustadz Muhammad Abduh Tuasikal


Hasad itu cemburu dan benci terhadap nikmat yang ada pada orang lain, hingga menginginkan nikmat yang ada pada orang lain itu hilang.

Ingatlah!

Orang berilmu seperti para ustadz sebenarnya bisa saling hasad. Namun hasadnya bisa dipastikan dalam hal dunia, bukan dalam hal akhirat. Realitanya demikian di antara orang berilmu.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kalau engkau perhatikan hasad di antara para ulama (orang-orang berilmu), maka engkau akan lihat bahwa hasad itu timbul karena kecintaan pada dunia. Karena ulama akhirat saling berkasih sayang satu dan lainnya, mereka tidaklah saling hasad.

Lihatlah firman Allah (tentang kaum Muhajirin dan Anshor),

وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا
“Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin).” (QS. Al-Hasyr: 9).”

Penjelasan Ibnul Jauzi di atas menunjukka bahwa hasad antara para ustadz tetap ada namun pada urusan dunia.

Hasad yang timbul bisa jadi dari si ustadz yang melihat jamaah pengajian ustadz lain lebih banyak dari pengajiannya.

Juga kecemburuan timbul karena ustadz lain lebih banyak diundang ke luar kota hingga luar negeri dibanding dirinya.

Ada juga hasad yang timbul karena melihat ustadz lain punya kendaraan lebih mewah dari dirinya.

Lihatlah tetap berputar pada hal dunia.

Beda halnya kalau yang dicemburui adalah akhiratnya.

Itu namanya ghibtoh, cemburu (hasad) yang masih dibolehkan. Namun artinya adalah tidak ingin tertinggal dalam urusan akhirat, ingin terus berlomba dan mengejar.

Seperti merasa harus mengejar ketertinggalan dalam hal sunnah di mana ia melihat ustadz lain lebih rajin menjaga Shalat Tahajjud dan Shalat Dhuha dari dirinya.
 
Contohnya pula merasa ustadz lain lebih semangat dalam berdakwah hingga satu hari bisa lebih dari lima kajian yang diisi.

Ya Allah jauhkanlah kami dari sifat hasad serta karuniakanlah kami sebagai orang bersyukur dan menerima semua takdir-Mu.

Moga Allah beri hidayah demi hidayah.


‏Ditulis Oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc

Tidak ada komentar: