Amar Ma'ruf membantah orang yang menyelisihi syariat Islam

MEMBANTAH ORANG YANG MENYELISIHI SYARI’AT NABI ﷺ TERMASUK AMAR MA'RUF DAN NAHI MUNGKAR

احتجت إلى أن أُوصل لبحثي بهذا الفصل؛ لأن بعض ضعفاء النفوس وقليلي العلم تضيق صدورهم عند مطالعة الردود، ظنا منهم أن ذلك أقرب إلى الورع وصيانة أعراض
المسلمين .
Saya merasa berkepentingan untuk menyertakan dasar kelima ini dalam pembahasan (kitab) ini. Hal ini dikarenakan orang-orang yang masih lemah dan sedikit ilmunya masih merasakan kesempitan dada (sebagai tanda kurang begitu setuju) ketika mereka membaca bantahan-bantahan seperti ini. Mereka beranggapan bahwa sikap mereka tidak mau membantah orang lain lebih dekat kepada sikap seorang yang wara' dan lebih bisa menjaga kehormatan dan nama baik sesama kaum muslimin.

وإطلالة سريعة على تاريخ العلماء تُنبيك على أنه لَمْ يَخلُ عصر من العصور من الرد على المخالف، ولو كان من خيرة المسلمين. ولما كان جل الأحزاب الإسلامية يعمل على وأد ما يسمى بـ: «النقد الذاتي»، وإجهاض الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وإخلاء أعظم ثغور المسلمين من مرابط، بحجة الستر على المسلمين تارة، وجمع الكيد للكافرين تارة أخرى، وغيرها من الحجج العاطفية التي تجعل العقول تتخطف من أصحابها في زمن الوهن العلمي، كان لابد من رد الحق إلى نصابه: ) لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَى عَنْ بَيِّنَةٍ ﴾ [الأنفال : ٤٢]
Dengan menerawang sekilas kepada sejarah para 'ulama, anda akan mengetahui bahwa dalam setiap masa, mereka tidak pernah berhenti membantah orang-orang yang menye- lisihi Rasul walaupun yang mereka bantah termasuk sebaik- baik orang yang beriman.

Dan tatkala kebanyakan kelompok-kelompok Islam mengubur apa yang mereka namakan sebagai naqd dzaati (kritikan terhadap pribadi-pribadi) dan memadamkan semangat amar ma'ruf dan nahi mungkar dengan alasan untuk menutupi kelemahan kaum muslimin, atau untuk meng himpun kesatuan dalam menghadapi orang-orang kafir dan alasan-alasan kemanusiaan yang lain, maka kebenaran haruslah dikembalikan ke tempatnya semula. Allah berfirman:

لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ
Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan kete- rangan yang nyata (pula). (QS. Al Anfaal: 42)

. والذين يلوون ألسنتهم باستنكار نقد الباطل وإن كان في بعضهم صلاح وخير، ولكنه الوهن وضعف العزائم حينًا، وضعف إدراك مدارك الحق والصواب أحيانًا، بل في حقيقته من التولي يوم الزحف عن مواقع الحراسة لدين الله، والذب عنه، وحينئذ يكون الساكت عن كلمة الحق كالناطق بالباطل في الإثم. قال أبو علي الدقاق: (( الساكت عن الحق شيطان أخرس، والمتكلم بالباطل شیطان ناطق. ))
Dan orang-orang yang bersilat lidah untuk mencela orang-orang yang membongkar kebatilan -meski di antara mereka memiliki kebajikan dan kebaikan- dikarenakan lemah semangat dan terkadang lemah dalam mengetahui mana yang benar, malah dirinya bagaikan seorang yang lari dari medan perang dalam rangka menjaga agama Allah dan mempertahankannya, Maka orang yang diam tentang perkataan kebenaran akan menjadi seperti orang yang berbicara dusta dalam dosa.. Abu 'Ali Ad Daqaaq (an-Naisabury rahimahullah wafat tahun 405 H) berkata: "Orang yang diam dan enggan mengungkapkan kebenaran adalah setan yang bisu, dan orang yang mengucapkan kebatilan adalah setan yang berbicara."

والنبي صلى الله عليه وسلم يُخبر بافتراق هذه الأمة إلى ثلاث وسبعين فرقة، والنجاة منها لفرقة واحدة على منهاج النبوة، أيريد هؤلاء اختصار الأمة إلى فرقة وجماعة واحدة مع قيام التمايز العقدي المضطرب ؟! . أم أنها دعوة إلى وحدة تصدّع كلمة التوحيد؟! فاحذروا! .
Padahal Nabi ﷺ telah mengabarkan tentang perpecahan umat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan dan yang selamat hanyalah satu golongan yang berada di atas manhaj kenabian. Apakah mereka ingin menyatukan umat menjadi satu golongan dan satu jama'ah dengan tetap membiarkan perbedaan aqidah yang bermacam-macam?! Atau itu hanya seruan kepada persatuan yang memecah belah kalimat Tauhid?! maka Hati-hatilah!!

TAMBAHAN PENJELASAN DARI SYAIKH HAFIZHAHULLAH:

أما هذا كلام الشيخ بدر رحمة الله عليه كلام عظيم، وتلاحظوهم أنه قد تميز عقد لأنه افتراق الأمم أو الأمة الى ثلاثة وسبعين فرقة هذا الإفتراق افتراق في العقيدة ليس في الأخطاء أو في البدع التي يقال عنها إضافية هذا التميز تميز في العقيدة يعني عندهم بعض البدع في الأفكار أنه ينظر إلى عقيدته هؤلاء فبالعقيدة يقال فرقة وفرقة وفرقة لا دون ذلك نعم
Adapun ini, adalah kata-kata Syekh Badar hafizhahullah, semoga Allah merahmatinya, adalah kata-kata yang luar biasa, dan kalian perhatikan mereka bahwa telah dibedakan aqidah, karena perpecahan umat menjadi 73 golongan dan ini adlah perpecahan, perpecahan dalam aqidah. Perpecahan ini bukan berdasarkan kesalahan atau jatuhnya terhadap kebid’ahan yang sering dikatakan bid’ah idhofiyah, perpecahan ini karena sebab perbedaan dalam aqidah, yaitu di kalangan mereka ada sebagian kebid’ahan dalam hal pemikiran, maka (bukan didasarkan itu – namun) ditinjau dari aqidahnya mereka, maka dengan aqidah bisa dikatakan adanya kelompok, kelompok karena tolok ukurnya perpecahan adalah aqidah bukan dari selain itu. ya. (lanjutkan)

======= (selesai tambahan Syaikh Abdul Malik hafizhahullah). ===========


وما حجتهم إلا المقولات الباطلة : لا تصدعوا الصف من الداخل ! .
لا تثيروا الغبار من الخارج .
لا تحركوا الخلاف بين المسلمين .
نلتقي فيما اتفقنا عليه ويعذر بعضنا بعضًا فيما اختلفنا فيه!» وهكذا. وأضعف الإيمان أن يقال لهؤلاء: هل سكت المبطلون لنسكت، أم أنهم يهاجمون الاعتقاد على مرأى ومسمع، ويُطلب السكوت؟ اللهم لا ونُعيذ بالله كل مسلم من تسرب حجة اليهود، فهم مختلفون على الكتاب، مخالفون للكتاب، ومع هذا يظهرون الوحدة والاجتماع، وقد كذبهم الله تعالى فقال سبحانه: تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَنَى [الحشر : ١٤] . وكان من أسباب لعنتهم ما ذكره الله بقوله : ﴿ كَانُوا لَا يَتَنَاهُونَ عَن مُنكَرِ فَعَلُوهُ ﴾ [المائدة : ٧٩](۱). «ولهذا فإذا رأيت من ردَّ على مُخالف في شذوذ فقهيّ أو قول بدعي، فاشكر له دفاعه بقدر ما وسعه. ولا تخذله بتلك المقولة المهينة لماذا لا يردّ على العلمانيّين؟!»، فالناس قدرات ومواهب، وردُّ الباطل واجب مهما كانت رتبته، وكل مسلم على ثغر من ثغور ملته. )الرد على المخالف من أصول الإسلام ص : ٥٧) .
Tidak ada hujjah yang mereka miliki kecuali perkataan- perkataan mereka yang batil seperti: "Jangan kalian memecah belah barisan dari dalam! Jangan kalian sebarkan debu dari luar!! Jangan kalian menggerakkan perpecahan di antara kaum Muslimin!! Kita menerima apa yang kita sepakati dan kita saling memaafkan pada apa-apa yang kita perselisihkan."

Demikianlah selemah-lemahnya iman kita katakan kepada mereka: “Apakah orang-orang yang batil itu kita minta diam agar kita juga diam? Mungkinkah kita diam saja, sementara mereka menyerang aqidah kita secara terang-terangan? Allahumma, tidak mungkin!

Kita memohon perlindungan kepada Allah bagi setiap Muslim agar jangan terperangkap argumentasi orang-orang Yahudi; mereka menyelisihi Al Kitab; mereka melanggar Al Kitab, bersamaan dengan ini mereka memviralkan semboyan persatuan dan kesatuan. Allah pun mendustakan perkataan mereka. Allah berfirman: “"Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka berpecah belah." (QS. Al Hasyr: 14)

Dan di antara sebab ditimpakan laknat kepada mereka disebutkan oleh Allah dengan firman-Nya: "Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat." (QS. Al Maidah: 79)) (Ditulis oleh Syaikh Bakr Abu Zaid dalam Ar Rad 'Alal Mukhaalif min Ushull Islam (hal.75-76))

Oleh karena itu, apabila kamu melihat ada orang yang mengkritik orang-orang yang menyimpang, baik dalam masalah fiqh atau sebuah ucapan yang bid'ah, maka syukurilah usahanya yang sesuai dengan kemampuannya itu. Jangan malah kita menghinanya dengan ucapan-ucapan yang rendah seperti: Mengapa dia tidak mengkritik para liberalis?! Orang itu memiliki kemampuan dan peranan (yang berbeda-beda), sedangkan mengkritik kebatilan itu wajib apapun tingkatan orang itu. Setiap muslim harus siap menjaga agamanya. Ar Rad 'Alal Mukhaalif min Ushull Islam (hal.57))

وأصل هذا الباب النصوص الواردة في الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر كقوله تعالى: ﴿ وَلَتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلى الخيرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَيْكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾ [آل عمران : ١٠٤] .

قال ابن تيمية : والأمر بالسنة والنهي عن البدعة هو أمر بمعروف ونهي عن منكر، وهو من أفضل الأعمال الصالحة . . . » (منهاج السنة (٢٥٣/٥) .) .
Dan dari pembahasan bab ini adalah nas-nas yang menyebutkan tentang amar ma'ruf nahi mungkar seperti firman Allah Ta'ala:

"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran: 104)

Ibnu Taimiyah rahimahullah (wafat 728 H) berkata: "Memerintahkan kepada Sunnah dan melarang dari bid'ah adalah merupakan bentuk amar ma'ruf dan nahi mungkar. Dan itu adalah seutama-utama amal shalih. (lihat Minhajus Sunnah (5/253)

ولا ينبغي للجماعات الإسلامية اليوم أن تضيق صدورها بالنقد؛ لأنه من القيام بالقسط والشهادة لله اللذين أمرنا بهما ولو مع أنفسنا وأهل ملتنا كما قال تعالى : ﴿يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِن يَكُن غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الهَوَى أَن تَعْدِلُوا وَإِن تَلُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا) [النساء: ١٣٥]
Kelompok-kelompok Islam yang ada sekarang ini hendaknya berlapang dada, tidak merasa sempit dan sesak dengan berbagai kritikan yang dialamatkan kepada mereka, karena bentuk kritikan seperti itu ini termasuk dalam rangka menegakkan keadilan dan persaksian kepada Allah (bahwa kita telah menunaikan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar). Allah telah memerintahkan kita untuk menegakkan hal tersebut meskipun terhadap diri kita sendiri atau saudara kita seagama, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:

"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia (orang yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tabu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An Nisaa: 135)

. واللَّيُّ: هو الكذب. والإعراض: هو الكتمان كما قال ابن تيمية
Kata اللّيُّal layyu yang disebutkan dalam ayat tersebut berarti memutarbalikkan kata-kata atau al kidzbu (berdusta; berbohong), sedang الإعراض al i'raadh yang diterjemahkan dengan الكتمان (menyembunyikan kebenaran) sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah.)

فكيف يطيب لمؤمن دعوة مع كتمان الأخطاء تسترًا بالمجاملات السياسية بعد هذا؟! ولا شك أن الغيرة التي أودعها الله في قلب كل مؤمن على محارمه هي الَّتِي تُحركه إلى القيام بهذا الواجب، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: «إن الله تعالى يغار، وإن المؤمن يغار، وغيرة الله أن يأتي المؤمن ما حرَّم الله عليه»
Bagaimana mungkin seorang mukmin akan merasa tenang dengan dakwah yang menyem- bunyikan berbagai kesalahan dengan dalih untuk toleransi politik setelah ini?

Tidak ragu lagi bahwa kecemburuan (kepedulian) yang Allah letakkkan di hati setiap mukmin terhadap pelanggaran atas syariat Allah itulah yang menggerakkannya dan menegakkan perkara yang wajib ini. Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ، وَغِيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ
"Sesungguhnya Allah cemburu dan seorang mukmin juga memiliki rasa cemburu. Allah cemburu apabila seorang mukmin mendatangi apa-apa yang diharamkan Allah padanya." (HR. Al-Bukhari no. 5223 dan Muslim no. 2761)

وإذا كان كلما أراد المؤمن أن يقوم المسار قيل له: ليس ذا الوقت والكفار
متربصون ! فمتى يعرف أخطاءه؟ ومتى يُحجم عنها؟ ومتى يصحُ المريض ويقوى الضعيف؟ وقد روى أبو هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «المؤمن مرآة المؤمن، والمؤمن أخو المؤمن، يكفتُ عليه ضيعته، ويَحوطه ورائه»
Apabila setiap kali seorang mukmin ingin menegakkan perkara tersebut dikatakan kepadanya: "Bukan sekarang waktunya! Lihatlah, orang-orang kafir sedang menunggu-nunggu kesempatan untuk menyerang kita!" Kapan orang yang bersalah mengetahui kesalahan-kesalahannya? Dan sampai kapan dia harus menahan amar ma'ruf dan nahi mungkarnya? Kapan orang yang sakit akan sehat dan orang yang lemah akan kuat? Padahal sungguh Abu Hurairah radhiallahu’anhu telah meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ:

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ، وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، يكُفُّ عَلَيْهِ ضيعته، ويَحوطُه مِن وَرَائِهِ
"Seorang mukmin cermin bagi mukmin yang lain, dan seorang mukmin saudara bagi mukmin yang lain. Dia mengisi apa yang hilang dari lainnya dan dia membentengi dari belakangnya." (HR. Abu Dawud no. 4918. Hadits ini hasan).

وليس من الموالاة للمؤمنين في شيء أن تنصر أخاك في باطله محتجا بمواجهته الشيوعيين، فعن أنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «انصر أخاك ظالما أو مظلومًا. قيل: يا رسول الله! هذا ننصره مظلوما، فكيف تنصره ظالِمًا؟ قال: تحجزه أو تمنعه من
الظلم
Dan bukan termasuk kesetiaan kepada sesatnya mukmin ketika anda tidak mengingatkan saudara anda yang berbuat kebatilan dengan alasan bahwa ia sedang menghadapi orang- orang atheis-komunis. Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tolonglah saudaramu yang zalim atau dizalimi." Ada yang berkata: "Ya Rasulullah, kami bisa menolongnya ketika ia sedang dizalimi, tapi bagaimana kami menolongnya ketika ia berbuat zalim Beliau bersabda: "Engkau halangi dia atau engkau mencegahnya dari berbuat zalim." (HR. Al-Bukhari no. 444, 6952)

dan dalam riwayat Muslim dari jalan Jabir dengan lafadz: "Jika dia zhalim, lalu engkau melarangnya, maka sesungguhnya engkau telah menolong dia." (HR. Muslim no. 2584)

Telah berkata Syaikh Dr. Abdul Malik bin Ahmad Ramadhoni hafizhahullah:

قال ابن تيمية في هذا المعنى : ويجب عقوبة كل من انتسب إليهم أو ذب عنهم أو أثنى عليهم أو عظم كتبهم أو عرف بمساعدتهم ومعاونتهم أو كره الكلام فيهم أو أخذ يعتذر لهم، بأن هذا الكلام لا يُدرى ما هو ؟ أو من قال إنه صنف هذا الكتاب؟ وأمثال هذه المعاذير التي لا يقولها إلا جاهل أو منافق، بل تجب عقوبة كل من عرف حالهم ولم يعاون على القيام عليهم، فإنَّ القيام على هؤلاء من أعظم الواجبات ؛ لأنهم أفسدوا العقول والأديان على خلق من ) المشايخ والعلماء والملوك والأمراء، وهم يسعون في الأرض فسادا ويصدون عن سبيل الله» (۱) مجموع الفتاوی (۲/ ۱۳۲)
Ibnu Taimiyah rahimahullah bahkan berkata: "Dan semua yang terlibat dan menggabungkan did dengan kegiatan para ahli bid'ah atau yang membela mereka, memuji mereka, menyanjung-nyanjung kitab-kitab mereka, atau ia dikenal sebagai pembantu dan penolong mereka, atau ia turut membenci dan tidak menyukai pernyataan-pemyataan yang mengkritik mereka, atau ia berusaha menutup-nutupi kekeliruan merekadengan mengatakan: "pemyataan ini tidak diketahui sumbernya!" atau "siapa yang mengatakan bahwa mereka yang menyusun kitab ini dan itu?" misalnya, maka mendapat hukuman sebagaimana yang didapat oleh para ahli bid'ah yang didukung dan dibelanya. Termasuk di dalamnya semua bentuk-bentuk pernyataan menutupi-nutupi yang sebenamya hanya layak diucapkan oleh orang-orang bodoh atau seorang munafik. Bahkan wajib dihukum sama pula siapa saja yang mengetahui keadaan mereka tetapi tidak berusaha merubahnya, karena menegurdan berusaha menyelamatkan mereka dari kesalahan adalah termasuk di antara kewajiban yang paling besar. Mereka dalam hal ini merusak akal pikiran dan agama atas nama para syaikh, ulama, penguasa dan umara'. Mereka juga menebar kerusakan di muka bumi serta menghalangi manusia dari jalan Allah) (Lihat Majmu’ Fatawa 2/132)

وفي الرد على المخالف دفاع عن الإسلام من جبهتين : الأولى : الخطر الخارجي وهو الكافر المتمحّض، الذي لم يعرف نور الإسلام، بما يكيده للإسلام والمسلمين من غزو يُحطم في مُقَوِّماتِهم العقدية والسلوكية والسياسية والحكمية .
Membantah orang-orang yang menyimpang merupakan pembelaan terhadap Islam. Bentuk pembelaan tersebut bisa dilihat dari dua sisi:

Pertama: Bahaya dari luar; yaitu bahaya yang berasal dari orang-orang kafir yang tidak mengetahui cahaya Islam, yang berbuat makar dan tipu daya terhadap kaum muslimin. Mereka menyerang Islam dan kaum muslimin. Mereka menghancurkan sendi-sendi aqidah kaum muslimin, akhlak hidup mereka, begitu pula hukum pemerintahan mereka.

الثانية : مواجهة التصدع الداخلي في الأمة بفشُوّ فرق ونحل طاف طائفها في أفئدة شباب الأمة ... إذ التصدع الداخلي تحت لباس الدين يُمثل انكسارا في رأس المال : المسلمين، وقد كان للسالكين في ضوء الكتاب والسنة الطائفة المنصورة- الحظ الوافر والمقام العظيم في جبر كسر المسلمين بردهم إلى الكتاب والسنة، وذلك بتحطيم ما قامت عليه تلك الفرق المفرقة من مآخذ باطلة في ميزان الشرع ) . اختصار لما كتبه الشيخ بكر في كتابه حكم الأنتماء إلى الأحزاب» (ص : ٥٣-٥٤)
Kedua: Bahaya yang datangnya dari dalam; yaitu bahaya yang berasal dari diri kaum muslimin sendiri yang berwujud banyaknya firqah dan kelompok. Tokoh dari masing-masing firqah atau kelompok tadi dengan bebas mewarnai hati para generasi muda umat ini sesuai pemahamannya. Bahaya perpecahan yang berlindung di balik baju agama akan menghancurkan sehancur-hancurnya modal utama kaum muslimin.

Sungguh, orang-orang yang berjalan diatas cahaya Al Qur'an dan As-sunnah, yaitu Thaifah Al Manshurah (golongan yang senantiasa diberikan pertolongan – semoga Allah memasukkan kita ke dalamnya) mempunyai andil yang besar dan peran yang besar dalam menangkal perpecahan kaum muslimin dengan mengembalikan mereka kepada Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka menghancurkan apa yang telah dibangun oleh kelompok-kelompok dan golongan-golongan yang telah mencerai-beraikan umat dengan landasan dan pondasi yang batil menurut timbangan syariat. (Lihat Ringkasan dari tulisan Syaikh Bakr dalam kilabnya Hukmul Intima'ilal Ahzab (hal.53-54))

ومن ضنائن العلم ما قرأته لابن تيمية في التمييز بين معاملة الخوارج ومعاملة الكفار، وهو يرفع اللبس المتبادر إلى الأذهان الكليلة من بعض الأحاديث التي يظهر منها أن الخوارج شر من الكفار مطلقاً، مع أن الصحابة لم يكفروهم.
Ada pelajaran berharga yang aku dapatkan dari tulisan Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam membedakan perlakuan terhadap orang-orang Khawarij dan orang-orang kafir. Beliau menying- kap kerancuan pemikiran orang-orang yang dangkal ilmunya terhadap hadits-hadits yang menampakkan bahwa orang- orang Khawarij lebih buruk daripada orang-orang kafir, padahal para sahabat tidak ada yang mengkafirkan mereka.

قال رحمه الله: «وما زالت سيرة المسلمين على هذا ما جعلوهم مرتدين كالذين قاتلهم الصديق له، هذا مع أمر رسول الله الله بقتالهم في الأحاديث الصحيحة، وما روي من أنَّهم : شر قتلى تحت أديم السماء خير قتيل من قتلوه». في الحديث الذي رواه أبو أمامة ، رواه الترمذي وغيره (صححه الألباني في تحقيقه لسنن الترمذي برقم (۲۳۹۸)، ولعل سبب تصدير ابن تيمية له بصيغة التمريض هو روايته له بالمعنى كما يظهر من سياقه، وهو مسلك معروف عند بعض المتقدمين من المحدثين كالبخاري في صحيحه، ولا يعنون به حينئذ تضعيف الحديث . انظر : الفتح (٤٦/٢، ٢٠٥). ولفظه عند الترمذي من رواية أبي غالب قال : رأى أبو أمامة رءوسًا منصوبة على درج دمشق ، فقال أبو أمامة : كلاب النار ، شر قتلى تحت أديم السماء، خير قتلى من قتلوه . ثُمَّ قرأ : ﴿وَيَوْمَ تَبْيَضُضُّ وُجُوهُ وَتَسَوَدُّ وُجُوهُ ﴾ [آل عمران : ١٠٦]. إلى آخر الآية، قلت لأبي أمامة : أنت سمعته من رسول الله ؟ قال : «لو لم أسمعه إلا مرة أو مرتين أو ثلاثاً أو أربعًا حَتَّى عد سبعاً ما حدثتكموه» . وعند ابن ماجه (٦٢/١) بلفظ : «وخير قتيل من قتلوا»(
Beliau rahimahullah berkata: "Yang kita ketahui dari sejarah kaum muslimin adalah seperti itu. Mereka tidak meng- anggap orang-orang khawarij sebagai orang-orang murtad seperti orang-orang yang diperangi oleh Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu’anhu di masa beliau menjabat sebagai khalifah karena enggan mengeluarkan zakat. Meskipun memang ada perintah dari Rasulullah ﷺ untuk memerangi mereka sebagaimana yang tertera dalam beberapa hadits shahih di antaranya yang menyebutkan:

شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ، وَخَيْرُ قَتِيْلٍ مَنْ قَتَلُوهُ
"Seburuk-buruk peperanganku di kolong langit dan sebaik-baik orang yang mereka bunuh (perangi)."

Begitu juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, At Tirmidzi dan yang lainnya. (Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam tahqiqnya terhadap Sunan at-Tirmidzi no. 2398, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menampilkan riwayat itu dengan bentuk kalimat yang menunjukkan ketidakpastian (Shighat Tamridh) adalah karena dia meriwayatkan secara makna sebagaimana nampak dari dhohir teksnya. Dan itu merupakan metode yang dikenal menurut sebagian ahli hadits yang terdahulu seperti Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya. Dengan bentuk seperti itu mereka tidak bermaksud mendhoifkan hadits itu. Lihat Fathul Bari (2/46,205). Lafadz di atas adalah menurut At Tirmidzi dari riwayat Abu Ghalib, dia berkata: "Abu Umamah melihat kepala-kepala yang disalib di tiang- tiang Damaskus, maka dia berkata: "Anjing-Anjing neraka, sejelek-jelek bangkai di bawah atap langit, sebaik-baik bangkai adalah orang yang mereka bunuh, kemudian dia membaca ayat: "Pada hari ketika putih wajah-wajah dan hitam wajah-wajah...... sampai akhir ayat." (Ali Imron 106). Aku berkata kepada Abu Umamah: "Engkau mendengarnya dari Rasulullah ﷺ ("Dia menjawab: "Kalau Aku tidak mendengamya sekali atau dua kali atau tiga kali atau empat kali hingga dia mengitung sampai tujuh niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kalian.." Dan menurut Ibnu Majah (1/62) dengan lafadz: "Sebaik-baik orang yang dibunuh adalah orang-orang yang mereka bunuh.")

أي أنَّهم شر على المسلمين من غيرهم ؛ فإنَّهم لم يكن أحد شرا على المسلمين منهم: لا اليهود ولا النصارى ؛ فإنَّهم كانوا مجتهدين في قتل كل مسلم لم يوافقهم مستحلين لدماء المسلمين ) وأموالهم وقتل أولادهم، مكفرين لهم، وكانوا متديّنين بذلك لعظم جهلهم وبدعتهم المضلة . . . » (منهاج السنة (٢٤٨/٥)) .
Beliau melanjutkan: Maksudnya adalah bahwa mereka itu lebih jahat dan keji terhadap kaum muslimin dibanding golongan yang lain. Tidak ada seorang pun yang lebih jahat terhadap kaum muslimin daripada mereka, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani. Mereka selalu berusaha memerangi setiap muslim yang tidak sehaluan dengan mereka. (Yakni: mereka bertekad bulat untuk memerangi orang-orang muslim.) Mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin serta membunuh anak-anak kaum muslimin. Mereka pun mengkafirkan kaum muslimin. Mereka menjadikan hal-hal tersebut sebagai agama dan keyakinan mereka yang tak lain adalah karena kebodohan mereka sendiri dan bid'ah yang menyesatkan yang telah mereka lakukan. (lihat Minhajus Sunnah (5/248)(.

أي أن الخوارج أقل جريمة من الكفار في الميزان العام الأخير، يكفي أنَّهم الكفر فرّوا) (انظر : مصنف ابن أبي شيبة (۱٥/ ۳۳۲)، وعبد الرزاق (۱۰ /۱٥۰) ، وصحيح ابن حبان (١٥/ ١٣٤)) ، لكن بالنسبة لما يعاني منهم المسلمون، وما يوقعون بهم من المحن والبلايا فهم أعظم شرا من الكفار ، بل لا يخلص الكفار إلى المسلمين كما يخلص إليهم هؤلاء، ولذلك قد تُقدّم عقوبتهم في الدنيا قبل غيرهم.
Jadi pelanggaran orang-orang Khawarij secara umum lebih kecil jika dibandingkan dengan orang-orang kafir, dan mereka dianggap bukan orang kafir.(Lihat Mushonnaf Ibni Abi Syaibah 15/332, Abdurrazaq 10/150, Shohih Ibni Hibban 15/134)). Akan tetapi jika dilihat dari sisi penderitaan yang dialami oleh kaum muslimin disebabkan perlakuan mereka dan apa yang mereka timpakan kepada kaum muslimin berupa siksa dan cobaan yang beragam maka mereka lebih jahat dan keji dibanding orang- orang kafir. Bahkan orang-orang kafir tidak menghantam kaum muslimin seperti hantaman yang mereka lakukan. Karena itu terkadang balasan yang ditimpakan kepada mereka di dunia ini dipercepat (mereka lebih dulu merasakannya) dibanding orang-orang selain mereka.

وتأمل فقه ابن تيمية حين قال بعد كلامه السابق بصفحتين: «والعقوبة في الدنيا تكون لدفع ضرره عن المسلمين، وإن كان في الآخرة خيرًا مِمَّن لَمْ يعاقب كما يعاقب المسلم المتعدي للحدود ولا يعاقب أهل الذمة من اليهود والنصارى، والمسلم في الآخرة خير منهم. فاحفظ هذا وعضَّ عليه بالنواجذ تتهاوى بين يديك عساكر الباطل المعطلة لمجاهدة البدع وأهلها، كأولئك القائلين: إن لم تكونوا معنا فأنتم معهم ! ! » . أو كأولئك القائلين : «توجّهون سهامكم إلى إخوانكم، والعلمانيون والشيوعيون أنشط ما يكونون في نشر الخلافات بينكم؟!» .
Renungkanlah pemahaman Ibnu Taimiyah rahimahullah yang sangat dalam berikut ini setelah beliau rahimahullah mengutarakan pemahamannya dalam kurang-lebih dua halaman. Beliau berkata: "Dan balasan (siksa) di dunia yang mereka rasakan adalah untuk menghentikan bahaya atau mudharat yang mereka timbulkan terhadap kaum muslimin sekalipun mungkin saja di akhirat kelak mereka lebih ringan dari orang-orang yang beIum mendapatkan siksa di dunia. Ini sama halnya seorang muslim yang dihukum di dunia akibat pelanggaran yang dibuatnya, sedang ahludz dzimmah dari orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mendapatkan siksa atau cobaan.

Di akhirat kelak si muslim tersebut lebih baik nasibnya dari mereka para ahludz dzimmah."

perhatikanlah ini dan gigitlah dengan gigimu - camkan dengan baik-baik! Jika pemahaman seperti itu telah menyebar di kalangan kaum muslimin, niscaya pasukan pemusnah kebatilan akan bangkit segera dan berjalan dengan cepat menuju medan laga memerangi para ahli bid'ah seperti mereka yang mengatakan: "Jika kalian tidak bersama kami, maka kalian bersama mereka," atau seperti mereka yang menyatakan: "Kalian arahkan panah-panah kalian kepada saudara-saudara kalian sendiri, sementara orang-orang liberalis dan komunis sangat gencar sekali menyebarkan perpecahan diantara kalian!"

قال ابن تيمية: «إذ تطهير سبيل الله ودينه ومنهاجه وشرعته ودفع بغي هؤلاء وعدوانهم على ذلك واجب على الكفاية باتفاق المسلمين، ولولا من يقيمه الله لدفع

ضرر هؤلاء لفسد الدين، وكان فساده أعظم من فساد استيلاء العدو من أهل الحرب؛ فإن هؤلاء إذا استولوا لَمْ يفسدوا القلوب وما فيها من الدين إلا تبعا، وأما أولئك فهم يفسدون القلوب ابتداء، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم، وإنَّما ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Karena itu, menyucikan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-manhaj-Nya dan syariat-syariat- Nya serta mencegah dan memusuhi kezaliman hukumnya wajib kifayah berdasarkan ijma' kaum muslimin. Kalau tidak ada orang yang menolak kejahatan mereka niscaya akan rusaklah agama ini. Kerusakannya lebih parah daripada kerusakan yang ditimbulkan dari penguasaan musuh para ahlu Harb (orang kafir yang memerangi). Karena mereka apabila menguasai negeri kaum Muslimin, mereka tidak akan merusak (secara langsung) hati orang-orang yang dikuasai melainkan (tindakan merusaknya) menyusul kemudian. Adapun mereka (para musuh yang datangnya dari dalam) maka mereka akan langsung merusak hati kaum muslimin - dari awalnya. Padahal Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ تعالى لا ينظرُ إلى صُوَرِكُمْ وَأمْوالِكُمْ، ولكنْ إِنَّما ينظرُ إلى قلوبِكم وأعمالِكم
"Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada bentuk-bentuk kalian dan harta kalian, akan tetapi Dia akan melihat kepada hati-hati dan amal-amal kalian." (HR. Muslim no. 2564) (lihat Maimu/Fatawa (28/232))

لماذا عُنيت جمعية العلماء المسلمين الجزائريين بالرد على الفرق المنحرفة كالطرق الصوفية أكثر من عنايتها بالرد على الإلحاد مع وجود الاستعمار الفرنسي؟
Ada syubhat yang banyak muncul dari lidah orang-orang yang belum mendalami manhaj Salaf. Mengapa Majelis 'Ulama Aljazair lebih mementingkan untuk mengkritik kelompok-kelompok sempalan dari Tharkplh Sufi melebihi kritikan terhadap orang-orang mulhid (yang mengingkari agama) dari kalangan kaum atheis, padahal Perancis masih menjajah negeri itu?

هذه شبهة ترد كثيرًا على لسان من لَمْ يتضلع بمنهج السلف يُجيب عنها الشيخ محمد البشير الإبراهيمي رحمة الله بقوله : : وإنك لا تُبعد إذا قلت : إن لفشو الخرافات وأضاليل الطرق بين الأمة أثرًا كبيرًا في فشوّ الإلحاد بين أبنائها المتعلمين تعلُّمًا أوروباويا الجاهلين بحقائق دينهم، لأنَّهم يحملون من الصغر فكرة أن هذه الأضاليل الطرقية هي الدين، وأن أهلها هم حملة الدين، فإذا تقدم بهم العلم والعقل لم يستسغها منهم علم ولا عقل، فأنكروها حقا وعدلا ، وأنكروا معها الدين ظلما وجهلًا، وهذه إحدى جنايات الطرقية على الدين .
Syaikh Muhammad Al Basyir Al Ibrahimi -rahimahullah- menjawab syubhat dengan perkataannya: "Dan tidak mengherankan jika anda mengatakan bahwa tersebarnya khurafat dan berbagai kesesatan yang ditimbulkan oleh aliran-aliran thariqat yang ada di antara umat ini memiliki pengaruh yang besar bagi tersebarnya ilhaad (menyelewengkan atau tidak mempercayai lagi ajaran agama) pada generasi umat ini yang belajar dengan metodologi Eropa. Mereka jahil tidak mengetahui hakikat agama mereka sendiri, dikarenakan sejak kecil mereka kemana-mana membawa sebuah pemikiran dan doktrin bahwa apa yang diajarkan oleh thariqat sufi itulah yang merupakan agama padahal sebenarnya adalah kesesatan, dan bahwa para tokoh thariqat adalah orang yang dianggap ahli agama. Oleh karenanya, jika anda sodorkan kepada mereka ajaran agama yang sebenamya, maka mereka secara terang-terangan tidak menganggapnya ajaran agama. Mereka mengingkari agama mereka karena zalim dan kebodohan mereka sendiri. Inilah salah satu pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan berbagai aliran thariqat terhadap agama ini.

#Semoga bermanfaat
Zaki Rakhmawan Abu Usaid –
#berbagiKopi_dan_kegembiraan

Tidak ada komentar: