Curahan Hati Orangtua: Ketika Anak Bersekolah Jauh


Resiko menyekolahkan anak ke luar daerah, bahkan ke luar negeri, adalah beratnya menahan rasa rindu yang bergelora untuk dapat berjumpa dan berkumpul bersama mereka.

Semakin jauh mereka belajar, semakin dahsyat kerinduan itu menyesak di dada, yang terkadang mengkristal dalam tetesan bening dan hangat yang tak dapat di tahan.

Begitu besar kerinduan orang tua pada sang anak, yang boleh jadi tidak sebesar kerinduan anak pada orang tua yang mereka tinggalkan.

Belum lagi bila mendengar mereka sakit, kehabisan bekal, atau negeri yang mereka tempati terjadi konflik, kerusuhan dan peperangan, maka akan lebih kuat kekhawatiran atas nasib mereka.

DULU
Teringat dulu waktu berumur 12 tahun, perjalanan menimba ilmu ku mulai, harus rela bercerai dari komunitas keluargaku, meski sebulan sekali orang tua bisa mengunjungi kami di pesantren yang kala itu tidak begitu jauh dari rumah, hanya 26 km saja.

Jujur kukatakan, boleh jadi besarnya kerinduan orang tua padaku lebih besar dari kerinduanku pada mereka.

Mereka-mungkin- merasa betapa cepat diriku harus berpisah, belajar mandiri dan meninggalkan rumah tempat aku dibesarkan. 5 tahun perjuangan mereka menahan kerinduan padaku, yang sangat kurasakan bilamana aku pulang ke rumah di musim liburan.

Baru saja kutamatkan pendidikan di pesantren, dan baru saja mengabdikan diri sebagai guru muda di pondok itu, qaddaralah aku diterima di universitas Islam Madinah, yang mengharuskan aku berpisah lebih jauh.

Kurasakan betapa berat mereka melepasku, karena belum tentu dapat berjumpa dalam waktu dekat. Hanya setahun sekali kesempatan mereka melepas rindu dapat berkumpul dengaku di liburan musim panas.

SEKARANG
Setelah punya anak, dan anak-anakku sebagian belajar di luar daerah, bahkan yang menimba ilmu di negeri orang, barulah kurasakan gelora api kerinduan yang dulu mendera orang tuaku manakala berpisah denganku, turut pula aku dan rasakan.

Apalagi anakkau yang belajar jauh di luar negeri, belum tentu bisa pulang ke indonesia berapa tahun kedepan.

Untuk sedikit mengobati rasa rindu, kupandangi benda-benda yang mereka tinggalkan di rumah, ada baju,sepatu, dsb yang kuanggap pengganti kehadiran mereka.

Kadang , kerinduan itu kulampiaskan dengan membolak-balik peta dimana mereka berada, mengenang bandara dimana mereka kami lepaskan, melihat photo keluarga, dan terakhir yang paling rumit adalah mengenang masa kecil mereka manakala bermanja-manja .

Ku tau, kerinduan yang kami-orang tua - rasakan, tidak sebesar apa yang mereka-anak-anak- rasakan. Namun begitulah kodrat kita sebagai orang tua terhadap anak-anaknya.

Bila kasih orang tua sepanjang jalan, maka kasih anak pada orang tua hanya sepanjang galah. Bila kasih orang tua sehangat sinar mentari, maka kasih anak sedingin sinar rembulan.

DEMI ANAK
Kita -orang rua - reka melakukan apa saja demi membahagiakan anak, rela berpeluh kerja banting tulang, merobek pekatnya pagi, menggunting kelamnya malam demi mencari nafkah untuk mereka. Kepala jadi kaki,dan kaki jadi kepala,jungkir balik untuk memenuhi seluruh keperluan mereka.

Bila mereka sakit, maka kami -orang tua- meraskan apa yang mereka rasa bahkan mungkin lebih. Rasanya biarlah kita saja -otang tua- yang ditimpa penyakit tersebut asal anak sehat wal afiat.

TIDAK MENUNTUT BALAS
Padahal bilamana mereka sukses dalam urusan dunia, tidak sedikitpun terbersit untuk meminta dari mereka, apalagi menuntut agar mereka membalas jasa-jasa kami.

Tergopoh-gopoh orang tua melaksanakan tuntutan anak, sementara anak-anak,tidak sedikit yang mengabaikan perintah dan keinginan orang tuanya.

REALITA
Zaman ini, anak-anak semakin berani berbicara angkat suara terhadap orang tuanya, bahkan tak segan memarahi orang tua. Tidak sedikit yang cuek pada mereka , abai untuk membantu mereka.

FENOMENA
Banyak anak-anak yang tenggelam dalam samudera Kecanggihan gadged,android, Ios, hanyut terbawa arus medsos hingga melupakan orang tua.

Mengunci diri di kamar tak keluar-keluar dari pagi hingga ke pagi lagi. Kalupun keluar sekedar untuk makan,sholat, mandi untuk kemudian masuk kembali.

DOA
Ya Allah berikanlah pada kami, anak-anak yang sholeh menjadi penyejuk hati kami, yang mendoakan kami bilamana jasad telah terkubur, yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan orang banyak.

TANGGAPAN PEMBACA
Bagaimanakah perasaan para pembaca terhadap anak-anak yang mondok di pesantren dan studi di luar negeri? Silahkan tulis di kolom komentar di bawah ini, tak usah segan mengungkapkannya, semoga sedikit bisa mengobat kerinduan pada anak-anak yang berpisah jauh.

———
Jeddah-KL, 7Jumadil Akhir 1444/ 31 Des 2022
Abinya Fairuz Ahmad Ridwan My

Tidak ada komentar: