Lebaran identik dengan mudik, tiada lebaran tanpa mudik, karena itu tak usah heran bila melihat arus mudik yang luar biasa memenuhi berbagai sarana transportasi darat, laut dan udara.
Untuk mudik orang rela berdesak-desakan, rela menempuh ratusan bahkan ribuan kilo.
Tak jarang sesekali terjadi kecelakaan lalu lintas.
Tidak semua orang mudik tiba ke kampung halaman. Ada saja yang batal mudik, karena terputus bekal, bahkan ada yang wafat di tengah jalan.
Mengapa orang senang mudik? Jawabannya sederhana, dengan mudik mereka dapat bersua dengan sanak kerabat, saudara dan handai tolan.
Bila mudik di dunia bisa terjadi berulang kali, bahkan setiap tahunnya, maka mudik ke kampung akhirat hanya berlaku sekali tak berulang dan Itulah sebenar-benar mudik.
Mudik akhirat mengembalikan kita pada kampung halaman asal kita yaitu surga abadi tempat kediaman kedua orang tua kita-Adam dan Hawa-alaihimas salam.
Di negeri yang penuh kemikmatan yang kekal itulah orang mukmin kan dapat berkumpul ria dengan keduanya dan anak cucu keduanya dari kalangan para nabi, As-shiddiqin, syuhada dan shalihin.
Sayangnya lebih banyak dari keturunan Adam yang merantau di bumi, lupa kembali ke kampung asal syurga. Lebih mengikuti hawa nafsu dan syahwat diri dari pedoman kompas yang ditinggalkan para nabi, berupa kitabullah dan sunnah para nabi.
Dihari kiamat Allah kan berkata:” Wahai Adam, keluarkan dari keturunanmu utusan ke neraka!” Adam bertanya:” apa itu utusan ke neraka ya Rabb? “ Allah menjawab: “ dari setiap 1000 keuarkan dari mereka 999 orang ke neraka dan satu ke surga”. Sahih Jami’ dari hadis Abu Said al-Khudri.
Ayo kawan, siapkan bekalmu untuk mudik ke akhirat, jangan sampai tak berbekal, karena perjalanan akhirat itu amatlah panjang. Bekal itu bukan berupa materi, bekalnya adalah takwa.
Selat Panjang, 4 Syawal 1444/ 25 April 2023
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My
Tidak ada komentar: