Akad Jual Beli Kredit melibatkan pihak ke 3

Aqad jual beli kredit (pembayaran dengan skema cicilan/ bertahap) dengan melibatkan pihak ke-3 disebut juga dalam fiqih kontemporer dengan aqad berikut:

 بَيْعِ المُرابَحةِ للآمِرِ بالشِّراءِ /
بَيْعِ المُرابَحةِ للواعدِ بالشِّراءِ /
بَيْعِ المُرابَحةِ المُرَكَّبَة.
Jadi aqad ini melibatkan 3 pihak:
1️⃣Pihak pertama adalah pemilik barang. 
2️⃣Pihak kedua adalah calon pembeli. 
3️⃣Pihak ketiga adalah pemilik dana, baik itu perorangan maupun lembaga. 

Untuk keabsahan dari aqad ini, setidaknya ada 5 syarat yang wajib terpenuhi:

⏺️1. Pihak ketiga wajib memiliki produk terlebih dahulu dengan cara membelinya dari pihak pertama sebelum menjualnya kepada pihak kedua. 
Syarat ini diberlakukan untuk menghindarkan larangan menjual barang yang belum dimiliki. 

Nabi ﷺ bersabda:

« لا تبع ما ليس عندك » رواه الترمذي وغيره
“Janganlah kamu menjual barang yang tidak kamu miliki.” (HR. Tirmidzi dll)

Adapun bila sebelum itu terjadi pemesanan dan penawaran harga dari pihak kedua atau pihak ketiga, asalkan tidak mengikat (tidak wajib beli), maka tidak mengapa. 

Demikian pula jika diminta uang dari pihak kedua sebagai bentuk keseriusan beli, maka tidak mengapa. Asalkan bisa kembali bila tidak jadi beli.

⏺️2. Pihak ketiga menerima peralihan kepemilikan produk dari pihak pertama, dimana pihak ketiga menjadi pemilik baru dari produk yang dibelinya dan ia bertanggungjawab penuh atas produk yang baru dibelinya. 
Syarat ini diberlakukan untuk menghindarkan larangan jual beli barang sebelum diserahterimakan, walaupun sudah dibeli. 

Nabi ﷺ bersabda:

«ﻣﻦ اﺑﺘﺎﻉ ﻃﻌﺎﻣﺎ ﻓﻼ ﻳﺒﻌﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﻘﺒﻀﻪ»
ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ رضي الله عنهما: «ﻭﺃﺣﺴﺐ ﻛﻞ ﺷﻲء ﺑﻤﻨﺰﻟﺔ اﻟﻄﻌﺎﻡ» -رواه مسلم-
"Siapa saja yang membeli makanan, maka janganlah ia menjualnya (kembali) sampai ia menerimanya." Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata: "Aku meyakini segala sesuatu itu berposisi seperti makanan." (HR. Muslim) 

⏺️3. Pihak ketiga tidak boleh menyerahkan sejumlah dana senilai produk kepada pihak kedua agar bisa membeli sendiri produk tersebut. 

Syarat ini diberlakukan untuk menghindarkan dari hilah atas riba. Dimana dana/uang yang diberikan terhitung hutang yang ditanggung oleh pihak kedua sebagai penerima lalu pihak ketiga mendapatkan keuntungan tambahan dari nilai dana yang diberikan. 

Sebuah kaedah yang masyhur berbunyi:

"[ كل قرض جر نفعا فهو وجه من وجوه الربا ]"
"Setiap hutang piutang yang menarik manfaat (keuntungan), maka ia merupakan salah satu dari bentuk riba."

⏺️4. Diberlakukan hak khiyar saat terjadinya transaksi antara pihak ketiga dengan pihak kedua.

Hak khiyar adalah hak untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli bila tidak ada kesepakatan.
Syarat ini diberlakukan untuk menyempurnakan syarat pertama. 

⏺️5. Tidak ada kesepakatan untuk memberlakukan denda keterlambatan kepada pihak kedua saat telat dalam membayar cicilan. 
Syarat ini diberlakukan untuk menghindarkan larangan riba Jahiliyyah.

Kaedah yang berlaku di kalangan Arab Jahiliyyah:

"[ أنظرني أزدك ]"
"Beri penangguhan (hutang) kepadaku, maka aku akan tambahkan untukmu."

#Bila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka jatuh kepada pelanggaran/larangan.

والله تعالى أعلم بالصواب.
abu aliyah almaidani

Tidak ada komentar: