Amalan Paling Allah cintai, yang dikerjakan secara istiqamah


Sikap Adil Dalam Beribadah Dan Tidak Melampaui Batas

عَنْ عَاِئشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ قَالَ: مَنْ هَذِهِ ؟ قَالَتْ: هَذِهِ فُلَانَةُ تَذْكُرُ مِنْ صَلَاتِهَا قَالَ: « مَهُ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيْقُونَ، فَوَاللهِ لَا يَمَلُّ اللهُ حتَّى تَمَلُّوا، وَكَانَ أَحَبُّ الدِّيْنِ إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ صَاحِبُهُ عَلَيْهِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika masuk ke rumah Aisyah dan disana terdapat seorang wanita, kemudian baginda bertanya, “Siapakah wanita ini?”

Aisyah menjawab, “Ini adalah fulanah yang terkenal dengan shalatnya.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan demikian! berbuatlah semampu kalian. Demi Allah, Allah tidak akan jemu untuk memberi balasan kalian, sehingga kalian sendiri yang akan merasa jemu. Sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara terus menerus.”

(HR. Al-Bukhari, no. 43 & Muslim, no. 785).

Hadist ini memberikan faedah – faedah berharga, di antaranya;

1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengarahkan kebaikan dan memberikan nasehat kepada umatnya, beliau memerintahkan wanita yang menjadi tamu ini (di rumah Aisyah) untuk berhenti beribadah berlebihan, yang akan memberatkannya, sehingga tidak bisa terus menerus demikian.

2. Faedah berharga bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang dikerjakan secara kontinyu, amalan yang sedikit tetapi terus menerus adalah lebih baik.

3. Hendaknya setiap suami bertanya dahulu ketika mendapatkan seseorang yang tidak ia kenal dalam rumahnya. Bisa jadi orang itu termasuk yang tidak ia senangi masuk ke rumahnya. 

Sebab, kebiasaan para wanita berkunjung dan berkumpul-kumpul membincangkan sesuatu yang dilarang seperti menggunjing, merumpi dan sebagainya, atau sebagian wanita menanyakan tentang suami, pekerjaan, kegiatannya, masalah anaknya dan sebagainya, dengan niat yang baik atau tidak, sehingga hal itu bisa berpengaruh pada hubungan suami isteri.

4. Sebaiknya setiap orang tidak memaksakan dirinya menunaikan ketaatan di luar kemampuannya. 

Karena berlebihan dalam sesuatu biasanya jemu dan merasa letih, kemudian ia meninggalkannya. Jika seseorang tetap menunaikan amal secara terus menerus walaupun sedikit itu adalah lebih baik.

5. Perkataan “Jemu” yang dipahami dari zhahir hadits ini, bukan seperti jemunya kita manusia atau makhluk hidup lainnya, sebab kita jemu karena letih, malas. 

Adapun jemu sifat Allah adalah sifat yang khusus bagi Allah Ta’ala sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, namun sifat ini bukan kerana letih atau malas, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (artinya),

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.” (QS. Qâf: 38).

6. Pertengahan dan adil dalam beribadah bisa membuat langgeng dan semangat, jauh dari rasa futur dan malas.

7. Rasul tidak mengakhirkan penjelasan ketika ada kebutuhan, sehingga nasehat dan bimbingan itu harus disampaikan saat itu juga.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi Utama: 
Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

Tidak ada komentar: