Apakah Ustadz Adi Hidayat orang muhammadiyah ?


🌍 NASIHAT: MELURUSKAN PERKATAAN KLAIM USTADZ ADI HIDAYAT MENGENAI TAHLILAN DAN QUNUT SUBUH

1️⃣ Dokumen Muhammadiyah: Muhammadiyah Tidak Tahlilan Dan Tidak Qunut Terus-menerus Setiap Hari

Beredar potongan video Ustadz Adi Hidayat, berbicara di depan umum, macam membela Tahlilan dan pelaksanaan Qunut Subuh terus-menerus (kontinu).

Dan macam mengatasnamakan diri beliau, sebagai suara, wakil dari Muhammadiyah (organisasi Islam yang aktif sejak tahun 1330 Hijriyyaah / 1912 Masehi).

🔹️Padahal, sudah jelas sekali:

Warga Muhammadiyah, tidak melakukan keduanya.

Sejak seratusan tahun lalu. Sejak awal. Ini jamak diketahui umum.

Apakah kiranya Ustadz Adi Hidayat (UAH) tidak pernah membaca HPT Muhammadiyah?

Tidak pernah membaca sejarah resmi KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah?

Apakah beliau, benar-benar 'orang Muhammadiyah'?

Macam jadi diragukan, jika demikian.

▪️Beliau bahkan mengatakan bahwa Tahlilan dan Qunut Subuh, tak masalah bagi KH Ahmad Dahlan, dan Muhammadiyah?

Yang memasalahkannya, adalah Wahabi?

Ini jelas, salah.

Karena jelas sekali, dari keterangan keluarga KH Ahmad Dahlan, Sejarah, kesaksian warga, dan HPT (Himpunan Putusan Tarjih) Muhammadiyah, sejak dulu memang beliau dan keluarga beliau, warga Muhammadiyah, tidak Tahlilan, tidak melakukan Qunut Subuh kontinu.

Bahkan sejak awal, KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah sampai dimaki sebagai Wahabi, sebagai Kafir, Langgar (Mushollaah) Kidul beliau di Yogyakarta dibakar, bahkan beliau dan istri pertama beliau Nyai Walidah serta sahabat beliau KH M. Syuja' hendak dibunuh massa di Banyuwangi.

Di antara sebabnya adalah karena tidak Tahlilan, tidak berqunut Subuh kontinu, Anti TBC (Takhayyul, Bid'ah, Churofat) dsb.

Lihat dokumen Muhammadiyah mengenainya:

🔹 Muhammadiyah tidak memperingati kematian orang di hari-hari tertentu yang populer disebut sebagai 'Tahlilan'.

https://fatwatarjih.or.id/tahlilan-dalam-pandangan-muhammadiyah/

🔹 Muhammadiyah tidak berqunut Subuh (terus-menerus).

https://suaramuhammadiyah.id/2016/07/24/fatwa-tarjih-tentang-qunut/

https://gema.uhamka.ac.id/2021/12/25/mengapa-muhammadiyah-tidak-mengamalkan-qunut/#:~:text=Majelis%20Tarjih%20memilih%20untuk%20tidak,menguatkan%20tidak%20adanya%20qunut%20Subuh.

🌿 Saran dari para ulama dan warga Muhammadiyah lama, kepada beliau, UAH:

Belajarlah lagi, tentang Muhammadiyah.

Dan tak perlu berbicara tentang hal yang tak diketahuinya.

➖️➖️➖️➖️➖️➖️

2️⃣

Juga video penting:

👇🏻

https://youtu.be/1VffZThlwiU

👆🏻

🌎 Video keluarga KH Ahmad Dahlan bersama ustadz Abu Taqi Mayestino (ATM) di Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan ini menjawab tuntas berbagai pertanyaan:

▪️Bagaimana ajaran asli KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah (yang aktif sejak 1330 Hijriyyaah / 1912 Masehi), itu?

▪️Apakah ajaran Muhammadiyah yang asli selalu berqunut saat sholat Subuh?

▪️Apakah 'aqidah asli Muhammadiyah adalah Asy'ariyyaah? Atau Wahhabi? Atau Salafush Sholih? Atau Ahlus Sunnah Wal Jama'ah? Atau apa?

▪️Apakah Muhammadiyah, Tahlilan?

▪️Apakah Muhammadiyah dulu As Wa Ja, lalu menjadi Wahhabi?

▪️Bagaimana sanad keilmuan asli KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah?

Dan lain-lain hal penting.

➖️➖️➖️➖️➖️➖️

3️⃣

🌍 VIDEO JELAS Ustadz Zulkarnain El Madury YANG MEMBANTAH KLAIM Ustadz Adi Hidayat (yang berkata bahwa Muhammadiyah tidak mempermasalahkan Tahlilan dan Qunut Subuh):

👇🏼

https://youtu.be/p285V-3iQNQ

👆🏼

➖➖➖➖️➖️➖️

4️⃣

PENGINGATAN:

🌍 MUHAMMADIYAH ADALAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH WAS SALAFIYYAAH

Muhammadiyah mengikuti ajaran bersanad lurus sejak:

Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab at Tamimi (*), syaikh Muhammad Rosyid Ridho, syaikh Muhammad 'Abduh, syaikh Jamaluddin Al Afghani, syaikh 'Ibnul Qoyyim, syaikh 'Ibnu Taimiyyah, Imaam Madzhab Yang Empat (Abu Hanifah (Hanafi), Malik (Maliki), Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal (Hanbali/Hanabilah), dan sampai ke 3 generasi Salafush Sholih - Sahabat Nabi, Tabi'iin, dan Tabi'ut Tabi'iin - yang dijamin ALLAAH sebagai yang terbaik sampai Rosuululloh Muhammad, shollollohu 'alaihi wa sallam.

Kitab Al Manar yang banyak juga dipakai di Muhammadiyah (selain Ibnu Katsir, dll.) jelas memuat ajaran mereka. Tanpa kecuali.

Keterangan:

(*) Karena ini, Muhammadiyah juga dimaki sebagai 'Wahabi'.

Padahal ini hanya istilah fitnah. Tak benar dalam Tata Bahasa juga Aqidah dan Sejarah. Fitnah dari Inggris, Sufi, Syi'ah, dan Komunis di Indonesia di masa NASAKOM (PNI, NU, PKI) versus MASYUMI (Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, dkk.)

🔹 Lihat Sejarah Muhammadiyah:

https://muhammadiyah.or.id/sejarah-singkat-muhammadiyah/

🔹 Muhammadiyah adalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Was Salafiyyaah:

https://pwmu.co/40369/11/03/muhammadiyah-itu-golongan-ahlus-sunnah-salafiyyah/

https://www.google.com/amp/s/pwmu.co/17744/11/06/yunahar-ilyas-muhammadiyah-adalah-ahlussunnah-wal-jamaah/amp/

https://www.google.com/amp/s/sangpencerah.id/2013/12/pandangan-prof-dr-yunahar-ilyas-tentang/%3famp

🔹 Muhammadiyah tak bermadzhab karena berperbandingan Madzhab. Berusaha merujuk ke generasi Salafush Sholih:

https://muhammadiyah.or.id/mengapa-muhammadiyah-tidak-bermadzhab/

https://ibtimes.id/mengapa-muhammadiyah-tidak-bermadzhab/

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/10838.html

http://tabligh.id/agama-islam-yang-dianut-oleh-muhammadiyah-berbeda-dengan-agama-islam-yang-dianut-oleh-ummat-islam-umum/

Prinsip tidak bermadzhab Muhammadiyah ini sama dengan prinsip banyak Ormas, lembaga, masyarakat Islam lain.

Salah satunya: Persis atau Persatuan Islam (1923).

Simak dokumen Persis ini:

https://www.sigabah.com/beta/tidak-bermadzhab-sebagai-madzhab-persis/

🔹Salah satu dasar Aqidah Ahlus Sunnah Was Salafiyyaah yang dianut Muhammadiyah:

Allaah istiwa' fi 'Arsy

https://muhammadiyah.or.id/benarkah-allah-ada-di-atas-arsy/

https://fatwatarjih.or.id/apakah-allah-bersemayam-di-atas-arsy/

🔹 Tauhid Asma Wa Sifat Ala Keputusan Muktamar Ke-18 sesuai 'Aqidah Ahlus Sunnah Was Salafiyyaah:

http://tabligh.id/tauhid-asma-wa-sifat-ala-keputusan-muktamar-ke-18/

🔹️ Muhammadiyah tidak ber'aqidah Asy'ariyyaah:

http://tabligh.id/tauhid-asma-wa-sifat-ala-keputusan-muktamar-ke-18/

🔹 Muhammadiyah Anti Bid'ah:

http://tabligh.id/sikap-muhammadiyah-kepada-pelaku-bidah/

🔹 Muhammadiyah Tidak Bertarekat Sufi/Tasawuf:

https://suaramuhammadiyah.id/2019/12/20/mengapa-muhammadiyah-tidak-bertarekat/

🔹 Muhammadiyah tidak memperingati kematian orang di hari-hari tertentu macam yang populer disebut sebagai 'Tahlilan':

https://fatwatarjih.or.id/tahlilan-dalam-pandangan-muhammadiyah/

Dan sebagainya.

➖➖➖➖➖️➖️

5️⃣

🌍🌿 MASIH PERCAYA KEBOHONGAN SYI'AH DAN MUSUH ISLAM BAHWA GOLONGAN WAHABI ITU ADA❓️

Sungguh menyedihkan, sebagian kaum Muslimiin Indonesia larut turut dalam kesalahan bahkan kebodohan, akibat tak belajar benar.

Mau saja dihasut dengan kesalahan sebut dari kaum Inggris jaman dulu, yang dimanfaatkan Syi'ah, Komunis, Mistikus, musuh-musuh Islaam untuk memecah belah sesama Ahlus Sunnah.

Namun sudah banyak pula yang sadar bahwa SYI'AH SEDANG MENCOBA MENDEKATI MASSA NU YANG BANYAK ITU, melalui rayuan seakan-akan banyak ritual 'khas' NU, adalah SAMA dengan ritual Syi'ah.

Ini ada benarnya, walaupun tidak sepenuhnya. Karena NU juga mengadopsi, membolehkan Sufi.

Sedangkan Sufi, membesar bersamaan dengan Syi'ah, utamanya di masa kekholifahan Abbasiyyaah!

Mereka ada saling mempengaruhi, satu sama lainnya.

Tetapi NU generasi pertama (1926), ADALAH BANYAK KESAMAANNYA dengan Muhammadiyah (1912), Al Irsyaad (1914), dan Persatuan Islam/Persis (1923). Tidak seperti mayoritas kaum Nahdliyyiin kini.

Bahkan fatwa dari KH Hasyim Asy'ary tegas MELARANG NAHDLIYYIIN MENDEKATI, MEMPELAJARI, DAN MENGIKUTI SYI'AH.

Satu hal yang ironis kini, karena KH Said 'Aqil Siradj (SAS) Ketum PB NU, adalah dikenal sebagai pendukung Syi'ah dan Liberalisme kini!

Sudah lama dibahas - juga di media ini - mengenai betapa pandirnya dan tidak mungkinnya sebutan, dan ada golongan 'Wahabi'.

Berdasarkan keterangan pakar Tata Bahasa, 'ulama 'Aqidah Ahlus Sunnah, dan Tarikh (Sejarah).

Termasuk dari Buya HAMKA Ketua Umum MUI pertama, dan Habib Ahmad bin Zen Alkaff, dan banyak 'ulama serta pakar sedunia.

Nama 'Wahabi' itu adalah kesalahan sebut Inggris terhadap kaum Muslimiin, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah di jazirah Arabia Tengah (kini sebagian besarnya menjadi Arab Saudi), dan kesalahkaprahan ini lalu dimanfaatkan Syi'ah, Sufi, Liberalis, Komunis, dkk. untuk mengadu-domba Muslimiin, bahkan dengan berbagai tambahan kebohongan.

🔶Dalam Tata Bahasa Arab, karenanya, TIDAK MUNGKIN disebut 'Wahabi' karena sebutan ini secara gegabah dan salah dinisbatkan kepada (Syaikh) MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab At Tamimi (dari Bani Tamim, Quraisy).

Beliau guru agama Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dengan mengikuti pemahaman (manhaj) kaum Salafush Sholih/kaum Pendahulu Yang Salih (*), mengajarkan semua sistem Madzhab Fiqh, namun lebih menyenangi Madzhab Hanbali (dan ini wajar dan diperbolehkan dalam Islaam).

Keterangan: (*) Mereka seluruh 124.000 nabi dan rosul beserta ummah/muridnya masing-masing.

Khususnya Rosuululloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - dan 3 generasi pertama murid beliau yang dijamin terbaik, yakni generasi Shahabah Nabi, generasi Tabi'iin, dan generasi Tabi'ut Tabi'iin.

Nama beliau sendiri adalah "Muhammad", dan nama ayahnya, karenanya, adalah 'Abdul Wahhab At Tamimi (artinya, dari keluarga Quraisy terhormat Bani Tamim). Maka secara Tata Bahasa, pengikutnya disebut "Muhammadi" atau "Muhammadiyyah".

Bukan "Wahhabi".

🔶Lebih lagi, dalam standar 'Aqidah Islaamiyyah, TIDAK MUNGKIN mereka disebut 'Wahabi' atau 'Wahhabi', karena nama "Al Wahhab" adalah nama ALLAH. Dan secara 'aqidah, manusia tak dibenarkan memakai nama ALLAH: "Al Wahhab" (kecuali dengan didahului kata "Abdul" atau "hamba dari").

Dan karenanya - walau artinya bagus - tidak wajar menyebut Muslimiin sebagai "Wahhabi" (Pengikut ALLAH Al Wahhab).

🔶Dalam tinjauan Tarikh (Sejarah), TAK MUNGKIN pengikut Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi disebut 'Wahabi', karena yang disebut demikian pengikut 'Abdul Wahhab bin Rustum, seorang Khowarij (ekstrimis) di Abad III-IV Hijriyyah.

Sementara Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab At Tamimi hidup di Abad XII-XIII Hijriyyah, dan seorang guru agama Ahlus Sunnah wal Jama'ah biasa.

Tapi ada usaha mengesankan keduanya adalah sama. Utamanya untuk membangun propaganda kebencian terhadap Ahlus Sunnah, terhadap Madzhab Hambali, terhadap Arabia/Arab Saudi. Biasanya dari agen-agen laten atau terbuka dari kalangan Syi'ah, Orientalis, Komunis, dll., dan yang terpengaruh oleh mereka, sadar/tidak.

Dan ingatlah:

🔶Di Nusantara/Indonesia, sejak dulu yang dimaki sebagai Wahabi atau Wahhabi dengan SEENAKNYA adalah:

🔹Imam Bonjol - semua Muslimiin Minangkabau (Sumatra Barat) yang pada dasarnya biasanya bergabung di "Muhammadiyah" (setelah organisasi Islam "Muhammadiyah" berdiri).

🔹Muhammadiyah, organisasi Islam yang TERTUA di Nusantara dan masih ada (berdiri di tahun 1912 dengan akta Notaris resmi di tahun 1914 di Yogyakarta), dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

🔹Al 'Irsyaad Al Islamiyyah (1914 dan resmi di 1915 di Surabaya) dan kaum jama'ah keturunan Arab non 'Alawiyyiin/Non Habaib.

🔹Persatuan Islam/Persis (1923 di Bandung)

🔹Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia/DDII (1967 di Jakarta)

🔹Hidayatullah (1973)

🔹Wahdah Islamiyah (1988)

🔹HASMI (2005)

🔹PULDAPII (2017)

🔹MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia, beranggotakan Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Al Washliyah, Mathla'ul Anwar, dll.). Di masa Orde Lama. Masyumi adalah lawan koalisi/blok NASAKOM (Nasionalisme - Agama - Komunisme dari PNI, NU dan PKI, di bawah pimpinan presiden Sukarno, kader Muhammadiyah sebenarnya, yang saat itu memihak Nasakom).

🔹Buya HAMKA, Ketua Umum MUI pertama, ulama besar, tokoh Muhammadiyah, serta Pujangga/Sastrawan nasional.

🔹Syaikh DR. Muhammad Natsir, ulama besar, Perdana Menteri RI, Pahlawan Nasional RI, tokoh Masyumi, pemersatu NKRI, dan pendiri DDII.

🔹Syaikh Ahmad Hassan, tokoh Persis dan salah satu guru Bung Karno.

🔹Bung Karno, aktivis Muhammadiyah, anggota Muhammadiyah sampai meninggalnya, dan Proklamator RI, Presiden I RI.

🔹Bung Hatta, aktivis Muhammadiyah dan Proklamator RI, Wakil Presiden I RI.

🔹Ustadz dan Panglima Besar Jenderal Sudirman, warga Muhammadiyah dan gerakan kepanduannya.

🔹Syaikh Haji Agus Salim.

🔹Kaum muslimiin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berusaha meneladani kaum Salafush Sholih (yakni Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dan para Sahabat Nabi lalu para Tabi'iin dan lalu para Tabi'ut Tabi'iin) yang DIJAMIN ALLAH sebagai yang terbaik, sebagai Salafiyyuun.

Dll.

🌿🔶Hanya karena mereka tak mau memperingati kematian dan makan-makan di hari hitungan Hindu (hari ke 1, 3, 7, 40, 100, 1000), tetap ziarah kubur namun tak mengkeramatkan kuburan dan beribadah di sana, tak selalu berqunut kecuali ada musibah, tak membaca basmalah dengan jahr saat Al Fatihah dan Surah2 lain, tak merayakan Maulid karena ini kebiasaan Syi'ah, tak Haul, tak berdzikr kencang-kencang juga berjama'ah apalagi memakai musik, tidak suka Mistik, tidak menyanyi Barzanji, biasanya berjanggut, biasanya bercelana cingkrang tak isbal, berhijab syar'i, Anti Syi'ah, Anti Komunis, Anti Penjajahan Kolonialisme, Anti Yahudi Zionis, Pro Palestina, Pro Syari'ah, dll.❗

Dimaki sebagai Wahabi❓

Padahal mungkin saja mereka Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang lebih sejati, in syaa Allah. 🌍🌿

➖️➖️➖️➖️➖️➖️🌿

6️⃣ DARI ULAMA NADHLATUL ULAMA (NU) YANG JUGA GURU BESAR UIN SURABAYA DAN KETUA IKATAN PERSAUDARAAN IMAM MASJID SELURUH INDONESIA:

🔸 VIDEO PROF. DR. KH. AHMAD ZAHRO ULAMA SENIOR NU (NAHDLATUL ULAMA, 1926):

(YANG DIKIRA) WAHABI ITU AHLUS SUNNAH DAN TIDAK SESAT:

https://youtu.be/nzsxmHjmtfE

https://youtu.be/uzYw8InpAtc

➖️➖️➖️➖️➖️➖️🌿

7️⃣ DARI PROFESOR - ULAMA SENIOR NAHDLATUL ULAMA (NU (1926)) DAN EKS KETUA GP ANSOR NU (BANSER) SERTA PROFESOR UNESA JUGA  MEDIA MUHAMMADIYAH (1912) MEMBELA 'WAHHABI':

https://pwmu.co/90003/02/27/umat-islam-ditakut-takuti-dengan-hti-wahabi-dan-radikalisme/

🌏🇲🇨 Umat Islam Ditakut-takuti dengan HTI, Wahabi, dan Radikalisme 🌿

PWMU.CO – Umat Islam saat ini sedang ditakut-takuti dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Wahabi.

Di samping itu sedang dipasung dengan istilah radikalisme.

Pada sisi lain, umat Islam hendak dibutakan dari ancaman yang sesungguhnya yaitu komunisme.

Demikian benang merah pemikiran akal sehat yang bisa dipintal dari paparan Prof Dr Achmad Zahro, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Prof Dr Aminuddin Kasdi, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Drs Choirul Anam, mantan Ketua GP Ansor Jatim.

Mereka berbicara pada acara bedah buku “NU Jadi Tumbal Politik Kekuasaan Siapa Bertanggung Jawab?” di Gedung Astranawa, Selasa (26/2/19).

Buku ini ditulis Choirul Anam yang juga dikenal sebagai tokoh NU kultural.

Menurut Achmad Zahro, umat Islam digiring untuk membenci faham Wahabi.

Sampai ada yang mengatakan bahwa Wahabi itu iblis. “Kalau Wahabi itu iblis, berarti orang-orang yang shalat jamaah di Masjid Haram Mekah itu makmum kepada iblis,” katanya.

Karena, Imam di Masjid Haram itu mengikuti Wahabi yang bermazhab Hambali. Sedang Hambali itu sendiri termasuk Sunni (ahlus sunnah wal jamaah). Hambali termasuk mazhab yang juga diakui oleh Nahdlatul Ulama (NU) di samping Syafi’i, Maliki, dan Hanafi.

Umat Islam sengaja dikaburkan antara Wahabi yang didirikan Muhammad bin Abdul Wahab dengan aliran yang didirikan Abdul Wahab bin Abdurrahman Al Khoriji, pendiri mazhab Khawarij.

“Yang sesat itu Khawaraij karena suka mengkafirkan Muslim yang lain,” tegas Zahro yang juga dikenal dengan Ketua Ikatan Imam Masjid Indonesia.

Lebih lanjur Zahro mengatakan, HTI digambarkan sebagai kekuatan dahsyat yang hendak mengganti Pancasila dengan sistem khilafah.

Padahal khilafah versi HTI itu hanya gagasan. HTI itu sangat kecil dan tidak memiliki negara induk.

Beda misalnya dengan Syiah yang memiliki negara induk yaitu Iran.

Penyebaran isu HTI dan Wahabi secara massif ini, kata Choirul Anam, untuk membutakan umat Islam dari ancaman yang sesungguhnya yaitu neo komunisme.

Padahal sudah terang benderang neo komunisme sudah di depan mata.

Sejarah mencatat kumunisme selalu mencoba bangkit dari kekalahan dan membalas dendam. Kekalahan di pemberontakan Madiun 1948, lantas bangkit melakukan perlawanan tahun 1965.

Apalagi komunisme memiliki negara induk yaitu Tiongkok atau Republik Rakyat China (RRC).

Aminuddin Kasdi melihat, sejak reformasi terlihat tanda-tanda PKI mau bangkit.

Dimulai dengan usaha mengubah sejarah bahwa dalam peristiwa G30S PKI tahun 1965, PKI adalah korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Mereka dikorbankan dalam pertikaian internal TNI AD. Mereka korban kekejaman umat Islam.

Lantas upaya mereka dilakukan dengan mengubah buku pelajaran sejarah di sekolah.

Penerus PKI mulai berani unjuk diri dengan menyatakan bangga sebagai anak PKI. Mereka melakukan pertemuan-pertemuan konsolidasi. Lantas mereka berjuang agar agar ada rekonsiliasi umat Islam dengan PKI.

Berarti umat Islam harus mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada PKI. Gilirannya PKI harus boleh hidup kembali.

Mereka terus bergerak sampai sekarang. Panglima TNI waktu itu Gatot Nurmantyo mengetahui tentang ancaman neo PKI maka dia perintahkan menonton film Pengkhinatan G30S PKI agar generasi muda tetap waspada tetap bahaya PKI.

Zahro dan Anam juga mengedepankan, saat ini umat Islam dipenjara dan ditakuti dengan istilah radikalisme.

Jika ada umat Islam yang bersikap asyyida’u alal kuffar (bersikap keras terhadap orang kafir) dianggap radikal dan tidak toleran.

Mereka seolah satu aliran dengan ISIS, Al Qaeda. Padahal ISIS, Al Qaeda, HTI itu semuanya proyek untuk memecah belah umat Islam.

“Umat Islam harus waspada sedang hendak dipecah belah, diadu domba. Termasuk NU sekarang sedang dipecah belah. NU dijadikan tumbal oleh politik kekuasaan,” tegas Cak Anam.

➖️➖️➖️➖️➖️➖️🌿

8️⃣ DARI ORGANISASI ISLAM TUA NKRI BERNAMA PERSATUAN ISLAM/PERSIS (1923) MEMBELA 'WAHABI':

Ustadz DR. Tiar Anwar Bachtiar dari PERSIS di tulisan beliau yang berjudul "WAHABI: Antara Stigmatisasi dan Adu Domba Umat Islam", menulis antara lain:

Iran dan Syi'ah pada umumnya cukup cerdik memainkan media. Mereka masuk ke dalam konflik modern di kalangan umat Islam sendiri.

Konflik yang mereka pilih adalah antara pendukung gerakan Muhammad 'ibn 'Abdul Wahhab (baca: 'Wahhabi' - Red) dengan penentangnya.

Umumnya penentang gerakan Wahhabi ini adalah kalangan tradisionalis bermazhab Syafi'i yang memiliki pengikut paling banyak di berbagai belahan dunia (di RI biasanya di Nahdlatul Ulama/NU bercampur dengan kaum Sufi-Mistik dan Habaib juga Kejawen serta Syi'ah penyusup yang juga di NU - Red.). Sementara gerakan 'Wahhabi' bukan mainstream.

Syi'ah masuk ke dalam konflik yang sudah cukup lama ini dengan mengambil posisi berlawanan dengan 'Wahhabi'.

Posisi ini kelihatannya tidak diambil karena kalangan tradisionalis tidak menolak Syi'ah, tetapi lebih pada strategi diplomasi dengan kelompok yang lebih besar.

Kalangan tradisionalis (Islam Jawa - Red.), sekalipun berkonflik dengan 'Wahhabi', tetapi sebagai Sunni tetap menolak secara mendasar ajaran-ajaran Syi'ah.

Akan tetapi di beberapa tempat, kalangan tradisionalis ini lebih mudah untuk disusupi, walaupun sebenarnya tegas menolak Syi'ah sehingga Syi'ah lebih leluasa untuk masuk kepada kelompok ini.

Oleh sebab itu, sebagai aksi nyatanya di dalam berbagai media cetak, elektronik, maupun dunia maya Syi'ah secara atraktif menyebut musuh mereka adalah 'Wahabi', 'Salafy', atau 'Takfiri'.

Ketiga istilah itu kira-kira ditujukan untuk objek yang sama.

Di kesempatan lain beliau berkata:

“Penyebutan istilah 'Wahhabi' sebenarnya kuranglah tepat. Seharusnya kalau dinisbahkan kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, maka semestinya bernama: Muhammadiyah,” ujar Dr. Tiar dalam acara perdana Ngobrol Bareng Sejarah Indonesia (NGOBRAS) di aula AQL Islamic Center, Tebet Jakarta Selatan, pada Sabtu, 19 September 2015.

Ketua Persatuan Pemuda PERSIS ini menjelaskan, mengenai nama 'Wahhabi' ini sengaja dipilih oleh para pembencinya.

Tujuannya agar dikesankan negatif seperti gerakan Wahhabiyyaah abad keempat di Maroko, yang dinahkodai seorang Khowarij bernama 'Abdul Wahhab bin Rustum.

“Maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan istilah,” ujar Tiar.

Menanggapi isu panasnya masalah konflik antara 'Wahhabi' dan As'yariyyah (yang biasanya bersama Maturidiyyaah, di NU), Dr. Tiar melanjutkan, setidaknya ada dua hal mendasar yang menyebabkan isu ini memanas kembali.

Pertama, isu ini dipolitisasi sedemikian rupa oleh pihak berkepentingan untuk memecah-belah umat.

Kedua, buntunya komunikasi umat.

Akibatnya, terjadi kesenjangan luar biasa di antara umat Islam. Apalagi, jika masalah khilafiyah furu`iyyaah (perbedaan pada masalah agama yang cabang bukan pokok. - Red.) dibesar-besarkan, maka akan menjadi semakin runyam.

Di akhir pembicaraan ia meminta agar umat islam bisa menjaga persatuan dan tidak terpengaruh dengan istilah-istilah provokatif.

Kedua, pentingnya menjalin komunikasi yang baik antar umat Islam.

➖️➖️➖️➖️➖️➖️🌿

🌿 Saran, kepada UAH:

Belajarlah lagi, tentang Muhammadiyah.

Dan tak perlu berbicara tentang hal yang tak diketahuinya.

ustadz abu taqi mayestino

Tidak ada komentar: