Kenapa Copas Tulisan harus disertai sumbernya ?

Kenapa Copas Tulisan harus disertai sumbernya ?

MENGAPA JIKA MENGAMBIL ARTIKEL/COPAS TULISAN HARUS DISERTAKAN SUMBERNYA ??

Copas tulisan atau mengambil gambar dari orang lain kemudian menghapus sumber penulisnya atau memotong gambarnya adalah termasuk perbuatan tidak memiliki adab, tidak amanah dan dzalim.

Sebab bukan tanpa tujuan penulis atau pembuat gambar mencantum namanya. Karena hal itu pasti memiliki alasan dan manfaatnya, diantara adalah seperti:

1. Agar mudah diluruskan dan ditelusuri siapa penulisnya jika terjadi kesalahan.

2. Agar mudah di ketahui bagaimana aqidah sang penulis, apakah ia ahlussunnah atau berpaham yang menyimpang.

3. Merupakan sikap amanah dalam mengambil faedah ilmu dari orang lain.

4. Merupakan bentuk menjaga adab dan menghormati hak karya orang lain.

5. Agar bisa menjadi referensi orang lain untuk mencari faedah ilmu dan kebaikan.

6. Merupakan bentuk tanggung jawab isi dan sumbernya.

7. Agar kita tidak di sangka sebagai plagiat atau perusak karya ilmiah.

8. Tidak boleh menisbatkan diri sebagai hasil karya kita jika itu bukan karya kita, dan ini bentuk dusta.\

9. Sebuah sikap rendah hati tidak merasa berilmu dan sombong.

10. Agar tidak terjadi saling klaim hasil karya di kemudian hari.

11. Ilmu yang di dapat menjadi lebih berkah, karena mendapat ridho Allah ﷻ dan penulisnya.

Demikianlah kewajiban kita antara sesama manusia adalah menjaga adab dan amanahnya, adapun mengenai ikhlas atau niat itu adalah urusan masing-masing atau sang penulis dengan Allah ﷻ

Oleh karena itu hendaknya bagi yg sering copas artikel ilmiah di sosial media, blog, halaman atau yg mengambil tulisan dari sebuah kitab, agar tetap mencantumkan sumbernya, entah itu mencantum nama penulis, link atau nama referensi kitabnya, Hal ini agar bisa di pertanggung jawabkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

فمن أراد أن ينقل مقالة عن طائفة فليسم القائل والناقل، وإلا فكل أحد يقدر على الكذب. 
"Barangsiapa yang ingin menukil ucapan suatu kelompok, hendaknya dia menyebutkan siapa yang mengucapkan dan yang menukilnya, kalau tidak demikian, semua orang mampu untuk berdusta."

📚 Minhajus Sunnah, II/518

Tidak ada komentar: