Kritik Pedas Buya Hamka Terhadap Sifat 20 Dan Ilmu Kalam

Membongkar Dokumen Resmi Buya Hamka bag 3
Buya Hamka Adalah Seorang Wahabi Asli
Kritik Pedas Buya Hamka Terhadap Sifat 20 Dan Ilmu Kalam

Bila disandarkan kepada dokumen resmi syekh Muhammad bin Abdul Wahab berkaitan dengan akidah dan ibadah. Demikian pula kalau di sanadkan kepada syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, akan terbukti sekali kalau sosok Buya Hamka adalah seorang tokoh alim yang banyak menimba ilmu dari kitab-kitab yang ditulis oleh keduanya.

Terutama dalam paradigma dan tindakan sebagai seorang muslim yang berakidah memang tidak bisa dilepaskan dari sumber yang ditulis oleh keduanya.

Barangkali kita belum tahu bahwa seorang Buya Hamka telah membagi tauhid mengikuti para imam Ahlussunnah wal Jamaah.

Jika ditanya:"buktinya apa?"
Kami jawab: "ini buktinya "

Buya Hamka juga memaparkan kritiknya terhadap penetapan sifat 20 sifat wajib bagi Allah sebagaimana yang tertulis dalam kitab aqidatul awam yang menjadi aqidah kalangan awam.

sifat 20 bukan aqidahnya ahlussunnah wal jamaah

Mari kita simak dan pahami bersama fakta-fakta aktual tersebut yang terdapat di dalam buku Prinsip Dan Kebijaksanaan Dakwah Islam halaman 287 289 Buya Hamka menegaskan:

"Yang utama sekali ialah menjelaskan aqidah islamiyah yaitu pokok-pokok kepercayaan Islam atau di alam bahasa yang sangat populer dalam kalangan umat Islam ialah RUKUN IMAN. Dasar aqidah Islam itu ialah tauhid, artinya pengakuan atas keesaan Allah subhanahu wa ta'ala. Pokok utama dari kepercayaan ini diambil langsung dari alquranul Karim. Di sanalah terdapat ajaran tauhid yang satu dengan dua penjelasan yaitu Tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah, Esa Allah subhanahu wa ta'ala di dalam Mencipta dan Esa Allah subhanahu wa ta'ala dalam Mengatur

Setelah itu, diuraikan satu demi satu arti yang terkandung dalam Asmaul Husna yaitu 99 nama ilahi dengan serba kebesaran dan keagungaNnya (tauhid asma wa sifat.Pen). Yang semuanya itu tertulis dalam Alquran dengan jelas sekali. Dengan mengemukakan nama-nama itu yang semuanya menunjukkan sifat-sifat Allah yang Maha mulia Maha tinggi, terasalah oleh umat Islam Bagaimana pentingnya ajaran tauhid dimaksudkan langsung dari Alquran. 

Pelajaran ilmu kalam atau yang lebih dikenal lagi dengan sebutan SIFAT 20, KADANG-KADANG MENGHALANGI KITA UNTUK MENGENAL DAN MERESAPKAN DALAM JIWA RAGA TENTANG KEADAAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA. Di dalam tiap-tiap ayat Quran diselipkan oleh wahyu Allah ta'ala sendiri, perasaan yang membawa kita, tegasnya kita dibawa mengenal Allah subhanahu wa ta'ala. 

Sementara itu, dalam mempelajari sifat 20 dengan tidak disadari, kadang-kadang kita menjadi ragu tentang adanya Tuhan. Misalnya dalam pelajaran sifat 20 disebut Allah subhanahu wa ta'ala itu " awal tidak berpemulaan "dan akhir tidak berkesudahan sedangkan di dalam Alquran sendiri dengan tegas dituliskan

هو الاول والاخر والظاهر والباطن وهو بكل شيء عليم
Dialah Yang Awal, Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Hadid 3).

Di sini dapat kita lihat tuntunan dari Alquran, yang mulai dibaca sedikit saja kita sampai kepada pengenalan dan perasaan yang halus tentang adanya Allah subhanahu wa ta'ala, sebaliknya dengan perasaan yang timbul karena berbincang dalam ilmu kalam atau sifat 20. Tiap-tiap ayat dalam Alquran membawa kita kepada kesadaran tentang adanya Allah subhanahu wa ta'ala. SEDANGKAN DENGAN SIFAT 20 KADANG-KADANG KITA MENJADI RAGU TENTANG ADANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA, misalnya pelajaran: Allah subhanahu wa ta'ala itu tidak di atas tidak dibawa tidak dikiri tidak di kanan tidak dikandung tempat tidak dikandung masa, padahal kesimpulan dari kesemuanya itu dapat membawa kita kepada suatu kesimpulan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala itu tidak ada padahal ada.

Dari saya Zulkarnain: dari tulisan Buya Hamka tersebut jelas sekali gambaran tentang sifat Allah yang dikenal oleh Buya Hamka adalah sifat TAUHID RUBUBIYAH, TAUHID ULUHIYAH DAN TAUHID ASMA WA SIFAT. Sedangkan Buya Hamka menjadi ragu jika hanya berpegang teguh kepada sifat 20 atau ilmu kalam karena bukan membawa kepada keimanan yang benar justru meniadakan Allah subhanahu wa ta'ala. Karena biasanya mereka yang berpikir sebagaimana berfikir asy'ariyah itu sama saja meniadakan Allah ketika dikatakan bahwa Allah tidak di atas tidak dibawa tidak tidak tidak yang lainnya. Yang menyimpulkan bahwa tauhid yang dikembangkan oleh kitab aqidatul awam tersebut adalah kitab yang perlu diragukan sebagaimana Buya Hamka sangat meragukan isi dari kitab tersebut.

By Zulkarnain Elmadury

Tidak ada komentar: