MANHAJ KYAI HAJI AHMAD DAHLAN DALAM IBADAH

MANHAJ KYAI HAJI AHMAD DAHLAN DALAM IBADAH: MEMBERANTAS BID'AH-BID'AH DENGAN MENJADIKAN IBNU TAIMIYAH DAN IBNUL QAYYIM SEBAGAI RUJUKAN/PANUTAN

Kyai Raden Haji Hadjid (Murid langsung Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Ulama penggagas berdirinya Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, wafat pada tahun 1977 M) -rahimahullaah- berkata:

"Kiai Dahlan bermuhasabah melihat kaum Muslimin di kampung Kauman dan sekitarnya (Yogyakarta) serta tanah air Indonesia terdapat beberapa bid'ah. Maka Kiai Dahlan berjuang mengajak kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, serta meninggalkan bid'ah-bid'ah tersebut.

Dalam berjihad ini beliau menjumpai rintangan rintangan dari ulama, sanak keluarga sendiri yang sangat berat. Sehingga kami masih ingat ditembok rumah Kiai Dahlan ada tulisan dalam bahasa Arab, yang artinya, "Niscaya orang yang berpegang pada sunnahku (sunnah Nabi) ketika telah rusak umatku itu seperti orang yang menggenggam bara".

Di bawahnya ada tulisan, "Karena tidak ada orang yang mendukung untuk menyetujuinya".

Dengan kerja berat dan sabar telah berhasil memberantas beberapa bidah seperti:

1. Selamatan waktu seorang ibu mengandung 7 bulan.

2. Bacaan mauludan dengan memukul rebana ketika membaca "Asyrakal Badru" (sambil berdiri). Dan bayi yang berumur 7 hari dibawa ke muka oleh orang yang membaca barzanji.

3. Sedekah yang bernama surtanah, ketika ada orang yang meninggal, selamatan tiga hari, baca tahlil tiap tiap malam ketika ada orang meninggal sampai 7 hari, selamatan 40 hari, seratus hari, satu tahun. seribu hari (nyewu) dan bacaan tahlil 70 ribu untuk menebus dosa dan haul (ulang tahun kematian) dengan baca tahlil, membaca La-ila-ha illa Allah di muka jenazah dengan lagu suara yang keras.

4. Perayaan 10 Asyura dan mengadakan mandi (padusan), dan pergi mengirimkan doa ke kuburan. Dan tiap nisyfu Sha'ban mengadakan bacaan-bacaan yang tidak ada dalilnya dari Sunnah.

5. Shalat qabliyah 2 rakaat sebelum shalat Jumat.

6. Adzan dua kali pada hari Jumat.

7. Minta selamat dan bahagia kepada kuburan-kuburan para wali dan tawasul kepada Nabi.

8. Jimat yang banyak dipakaikan kepada anak-anak (untuk menangkal bala).

9. Shalawatan (membaca selawat dengan memakai rebana, tiap-tiap malam Jumat).

10. Mengadakan ziarah ke kuburan pada bulan Sya'ban (nyadran).

11. Bacaan-bacaan tahlil Qur'an untuk dikirim kepada ahli kubur (orang yang sudah meninggal).

12. Taklid kepada ulama tanpa tahu dalil-dalilnya.

Hendaklah kita meneruskan memberantas bidah yang ada di kalangan umat Islam dengan berpedoman kitab-kitab At-tauashul wal Washilah karangan Ibnu Taimiyah dan Zadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim. Al-I'tikhom karangan Imam Syatibi (al-Mudkhal lil Ibnil Akhdaz), Tariqotul Muhammadiyah lil Barkawi, As-Sunnu wal Mubtadi'ah, al-Ibda-u fi Mudla-ril Ibtida'i, Ummul Quro li-'Abdurrachman al-Kawabi, dan lain-lain.

Menjadi kewajiban para ulama memberantas bidah-bidah dan wajib memberi tuntunan 'aqoid, ibadah, akhlak, adab menurut Al-Qur'an, dan As-Sunnah. Dan juga umat Islam wajib menjaga diri dari pengaruh-pengaruh jahiliyah serta pengaruh-pengaruh Barat (falsafah yang tidak percaya kepada Tuhan) dan dari semua tingkah laku yang menyalahi/bertentangan dengan Qur'an dan Sunnah.

Marilah dengan bersungguh-sungguh berjihad untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah." [1]

Dari kesaksian Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah- tersebut yang merupakan murid langsung Kiyai Haji Ahmad Dahlan, diketahui dua hal penting:

(1) Manhaj yang dipegang oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam ibadah adalah menentang dengan tegas amalan-amalan yang diada-adakan (dikarang-karang) oleh manusia yang tanpa dalil kuat sama sekali dari al-Qur'an dan as-Sunnah, ini dapat diketahui dari 12 perkara bid'ah yang berhasil diberantas Kiyai Haji Ahmad Dahlan dari sekitar Kauman, Yogyakarta. 

Sebagian diantara bid'ah-bid'ah tersebut, ada yang memang jelas-jelas sesatnya dan dipastikan penyimpangannya, tapi ada juga yang masih dalam ranah khilaafiyyah yang para Ulama masih berselisih pendapat mengenai amalan tersebut sejatinya sunnah ataukah justru bid'ah, terlepas dari hal itu, kesimpulan akhirnya adalah manhaj Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam ibadah ini, "bukan bebas mengarang", akan tetapi "membatasi sebatas apa yang ada dalam Sunnah".

Ucapan Kiyai Hadjid -rahimahullaah- sebelum memaparkan 12 perkara bid'ah:

"...Dengan kerja berat dan sabar telah berhasil memberantas beberapa bidah seperti..."

Menunjukkan bahwa 12 perkara bid'ah yang disebut oleh beliau itu adalah bid'ah-bid'ah yang berhasil diberantas oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan, artinya apa? Artinya sebenarnya masih ada bid'ah-bid'ah lain selain dari 12 perkara itu yang juga diupayakan oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan untuk diberantas, namun belum berhasil.

(2) Manhaj Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam ibadah, nampak jelas melalui kitab-kitab yang beliau pakai sebagai rujukan dalam pemberantasan bid'ah-bid'ah, bahkan kitabnya Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah dan kitabnya al-'Allaamah Ibnul Qayyim disebut dalam urutan pertama dan kedua, yang menjadi kitab-kitab rujukan Kiyai Haji Ahmad Dahlan dalam pemberantasan bid'ah-bid'ah.

Ucapan Kiyai Raden Haji Hadjid -rahimahullaah-:

"...Pengharapanku

Hendaklah kita meneruskan memberantas bidah yang ada di kalangan umat Islam dengan berpedoman kitab-kitab At-taushihu wal Washilah karangan Ibnu Taimiyah dan Zadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim. Al-I'tikhom karangan Imam Syatibi (al-Mudkhal lil Ibnil Akhdaz), Tariqotul Muhammadiyah lil Barkawi, As-Sunnu wal Mubtadi'ah, al-lbda-u fi Mudla-ril Ibtida'i, Ummul Quro li 'Abdurrachman al-Kawabi, dan lain-lain...."

Darinya kita mengetahui beberapa kitab rujukan Kyai Haji Ahmad Dahlan seputar pembahasan bid'ah, sekurang-kurangnya ialah delapan kitab, yaitu:

1. Kitab berjudul Qaa'idatun Jaliilatun Fit Tawassuli Wal Wasiilati (قاعدة جليلة في التوسل والوسيلة), yang ditulis/dikarang oleh Syaikhul Islaam Ibnu Taimiyyah al-Harraani al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 728 Hijriyyah). 

2. Kitab berjudul Zaadul Ma'aadi Fii Hadyi Khairil 'Ibaadi (زاد المعاد في هدي خير العباد), yang ditulis/dikarang oleh al-'Allaamah Ibnu Qayyimil Jauziyyah al-Hanbalii al-Atsarii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 751 Hijriyyah). 

3. Kitab berjudul Al-I'tishaamu (الاعتصام), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Abuul Ishaaq asy-Syaathibii al-Maalikii al-Azy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 790 Hijriyyah). 

4. Kitab berjudul Al-Madkhalu (المدخل), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Ibnul Haaj al-'Abdarii al-Maalikii al-Asy'arii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 737 Hijriyyah). 

5. Kitab berjudul Ath-Thariiqatul Muhammadiyyatu Was Siiratul Ahmadiyyatu (الطريقة المحمدية والسيرة الأحمدية), yang ditulis/dikarang oleh al-Imaam Muhammad bin 'Alii al-Barkawii al-Hanafii al-Maaturiidii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 981 Hijriyyah). 

6. Kitab berjudul As-Sunanu Wal Mubtada'aatul Muta'alliqah Bil Adzkaari Wash Shalawaati (السنن والمبتدعات المتعلقة بالأذكار والصلوات), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh Muhammad bin Ahmad 'Abdus Salaam asy-Syuqairii -rahimahullaah- (wafat pada tanun 1352 Hijriyyah). 

7. Kitab berjudul Al-Ibdaa'u Fii Madhaaril Ibtidaa'i (الابداع في مضار الابتداع), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Alii Mahfuudh al-Hanafii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1361 Hijriyyah). 

8. Kitab berjudul Ummul Quraa (أم القرى), yang ditulis/dikarang oleh asy-Syaikh 'Abdurrahman bin Ahmad al-Kawaabii -rahimahullaah- (wafat pada tahun 1320 Hijriyyah). 

Kemudian keterangan Kyai Raden Haji Hadjid di akhir dimana beliau mengatakan: "...Dan lain-lain..." menunjukkan boleh jadi masih ada kitab-kitab lain yang juga dirujuk oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam pembahasan bid'ah, tentu saja sangat kuat dugaan "Kitab-kitab lain" tersebut adalah kitab-kitab yang juga mempunyai manhaj/metodologi yang sama dengan delapan kitab rujukan sebelumnya, seputar pembahasan bid'ah-bid'ah dalam Agama. 

CATATAN:

•Terdapat beberapa typo (kesalahan penulisan/pengetikan) pada cetakan buku Pelajaran Kiai Dahlan yang ada pada saya, yakni dalam buku Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, yang diterbitkan oleh penerbit Suara Muhammadiyah, cetakan ketiga yaitu Juni 2021, keliru dalam menyebut judul kitab Ibnu Taimiyyah dan beberapa sebutan kitab-kitab dan nama Ulama-Ulama lainnya. 

Ini menimbulkan kebingungan untuk melacak siapa penulis sebenarnya yang dimaksud dan apa judul sebenarnya dari kitab yang dimaksud. 

Akan tetapi, terbantu dengan tulisan bermanfaat al-Ustaadz Nur Fajri Ramadhan, Lc. (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Arab Saudi) dari website beliau [2], yang mana beliau telah memberitahukan lebih tepat tentang kitab-kitab mana saja yang jadi rujukan kyai dahlan, sesudah analisa beliau terhadap typo-typo itu dan mencari Ulama-Ulama dan kitab-kitab yang dimaksudkan. 

CATATAN KAKI:

[1] Raden Hadjid, Pelajaran Kiai Haji Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur'an, (Yogyakarta, 2021 M), hlm. 121-124.

[2] Nur Fajri Ramadhan, Di Antara Kitab Rujukan KH Ahmad Dahlan Seputar Bid’ah, https://nfromadhon.wordpress.com/2020/03/05/di-antara-kitab-rujukan-kh-ahmad-dahlan-seputar-bidah/ diakses pada tanggal 30 November 2021 M.

Raihan Ramadhan

Tidak ada komentar: