Perbedaan keranda Jenazaah lelaki dan wanita


Anjuran agar Membuka Keranda untuk jenazah Lelaki, dan Menutupi Kerandanya Untuk Jenazah Wanita

🔹 Hadits pertama:

Apa yang dilakukan shahabiyah Asma' bintu Umais Radhiallahu Anha terhadap jenazah istri nabi (Zainab bintu Jahsy -Radhiyallahu Anha-) dengan na'sy (peti/ keranda) dengan ditutupi makai kain gaun (فجَعَلَتْ نَعْشاً وغَشَتْهُ ثوباً), Lalu Umar pun berkata:

ما أحسنَ هذا وأَسْتَرَه، فَأَمَرَ منادياً فنادى: أن اخرجوا على أُمِّكُمْ»
"Betapa bagus dan tersembunyi nya ini (dalam memperlakukan jenazah wanita)!, Lalu Khalifah Umarpun memerintahkan kepada seseorang untuk mengumumkan kepada manusia (dengan ucapan): "Keluarlah kalian terhadap ibu kalian (Ummul mukminin)...!" (HR. Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat (8/111), siyar A'lamin Nubala' (2/212), pentahqiq Siyar berkata: Sanadnya shahih)
--------

🔹 Hadits Kedua:

Perbuatan para sahabat nabi dalam memperlakukan jenazah wanita shahabiyah

Dari Anas bin Malik Radhiallahu Anha, ketika menyolati jenazah wanita (bersama kaum muslimin):

فقالوا يا أبا حمزَةَ المرأةُ الأنصارِيَّةُ فقرَّبوها وعليها نَعشٌ أخضَرُ فقام عندَ عَجيزَتِها فصلَّى عليها.... 
"Orang-orang berkata: ”Wahai Abu Hamzah (Anas), ada jenazah wanita shahabiyah dari kalangan Anshar....” Kemudian mereka mendekatkan jenazah tersebut yang berada di atas keranda tertutup berwarna hijau. lalu Anas bin Malik berdiri di bagian tengah jenazah wanita tersebut dan melaksanakan shalat jenazah..." (shahih, HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Abi Dawud no. 3194])
----------

Dalam Durarus Saniyyah;

وعَلَيها نعشٌ أخضرُ"، وهو غِطاءٌ ستَرُوها به.
"Diatas jenazah terdapat Na'syun Ahdhor (penutup peti/ keranda berwarna hijau - untuk jenazah wanita yang hendak dishalatkan), maksudnya mereka menutupi jenazah dengannya".
---------

Keterangan Ulama';

ستر النَّعش

اتَّفقت المذاهب الأربعة على أنَّه يُستحبُّ أنْ تُغطَّى جنازة المرأة ـ وهي على السَّرير ـ بما يُشبه القُبَّة حتى تسترها عن أعين النَّاس، وأمَّا إنْ كان المُتوفَّى رجلاً فلا يُستحب ذلك في حقَّه، لكن إنْ فُعِلَ به كالمرأة، فالمالكيَّة قالوا: لا بأسَ بذلك 
"Empat mazhab telah sepakat atas disunnahkan nya menutupi jenazah wanita– ketika dia di tempat ranjangnya (keranda/ peti) – ditutup dengan sesuatu yang mirip dengan kubah (setengah lingkaran) untuk menutupinya dari pandangan manusia. 

Dan jikalau yang meninggal itu laki-laki, maka hal itu tidak diinginkan baginya (yaitu sunnahnya tidak ditutup), namun jikalau dilakukan terhadapnya seperti jenazah wanita (dalam keadaan ditutup), maka para ulama' Maliki berkata: "Tidak mengapa dengan cara itu". 

[Badaius Shana'i (1/320), Mawahibul Jalil (2/227), Al-Majmu (5/271), dll]
-------------

Keterangan lainnya:

قال النَّووي رحمه الله: «قال أصحابنا: يُستحبُّ أن يُتَّخذ للمرأة نعش. قال الشَّيخ نصر المقدسي: والنَّعش: هو المكبَّة التي توضع فوق المرأة على السَّرير، وتُغطَّى بثوب؛ لتُسْتَرَ عن أعين النَّاس، وكذا قاله صاحب الحاوي: يُختار للمرأة إصلاح النَّعش كالقبَّة على السَّرير؛ لما فيه من الصِّيانة، وسمَّاه صاحب البيان رحمه الله خيمةً، فقال: إن كانت امرأة، اتُّخذ لها خيمة تسترها، واستدلُّوا له: بقضيَّة جنازة زينب أمِّ المؤمنين رضي الله عنها قيل: وهي أوَّل مَنْ حُمِلَ على هذا النَّعش من المسلمات»[المجموع (٥/٢٢٩)].
----------

Referensi:
- Siyar A'lamin Nubala', Imam Adz-Dzahabi
- Al-Majmu' Sharh Al-Muhadzdzab, dll

Oleh: Dr. (can) Lilik Ibadurrahman, M.Pd

Tidak ada komentar: