Nama dan Julukan nabi muhammad shallallahu alahi wa sallam


BERBAGAI KUN YAH ATAU LAQOB (NAMA JULUKAN ATAU NAMA SEBUTAN BAGI) BAGI ROSULULLOH SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي
“Boleh memberi nama dengan namaku tapi jangan memberi julukan dengan julukan aku” (HR. Bukhari)

Nama dan Gelar/Julukan/Kunyah/Laqob yang disandang Nabi Muhammad:

(1) MUHAMMAD (yang sering dipuji)

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۞ه
“Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul yang sudah didahului oleh beberapa orang Rasul sebelumnya.” (QS. Ali Imran [3]:144)

(2) AHMAD (yang banyak memuji)

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرائيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۞ه
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad.” (QS. Ash-Shaf [61]:6)

(3) NABI (yang menerima wahyu Allah)

إِنَّ أَوْلَى ٱلنَّاسِ بِإِبْرَٰهِيمَ لَلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ وَهَٰذَا ٱلنَّبِىُّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ۗ وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۞ه
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]:68)

(4) RASUL (yang mensyiarkan wahyu Allah)

تِلْكَ ءَايَٰتُ ٱللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِٱلْحَقِّ ۚ وَإِنَّكَ لَمِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ ۞ه
“Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara rasul-rasul.” (QS. Ash-Shaf [61]:6)

وَإِذَا سَمِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ ٱلْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكْتُبْنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ ۞ه
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad).” (QS. Al-Maidah [5]:83)

(5) KHATAMAN NABIYYIN (yang menutup para Nabi)

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا ۞ه
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia (Muhammad) adalah Rasulullah dan Khataman Nabiyin. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab [33]:40)

(6) SYAHID (yang menjadi saksi di hari penghisaban), (7) MUBASYIR (yang membawa kabar gembira), (8) NADZIR (yang menyampaikan peringatan), (9) DA’I (yang menyerukan dakwah) dan (10) SIRAJUL MUNIR (yang menjadi cahaya menerangi)

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ۞ وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا ۞ه
“Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi Syahid, Mubasyir, dan Nadzir. Dan juga sebagai Da’i kepada agama Allah dengan izinnya dan untuk menjadi Sirojul Munir.” (QS. Al-Ahzab [33]:45-46)

(11) MAHI (yang menghapus kekufuran), (12) HASYIR (yang mengumpulkan umatnya) dan (13) ‘AQIB (yang terakhir/menutup dari para nabi)

إِنَّ لِي أَسْمَاءً : أَنَا مُحَمَّدٌ ، وَأَنَا أَحْمَدُ ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ ، وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ
“Aku memiliki nama-nama. Aku adalah Muhammad dan aku juga Ahmad; Aku adalah Mahi karena Allah menghapuskan kekufuran dengan perantara diriku; Aku adalah Hasyir karena manusia dikumpulkan di di atas kakiku; dan aku adalah ‘Aqib, karena tidak ada lagi nabi setelahku.” (HR Bukhari dan Muslim).

(14) MUQAFI (yang mengikuti jejak dan membenarkan para nabi sebelumnya), (15) NABIYUT TAUBAH (yang membawa ajaran taubat) dan (16) NABIYUR RAHMAH (yang membawa ajaran kasih sayang)

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ
“Aku Muhammad, Ahmad, Muqaffi, Hasyir, Nabiyyut Taubah, Nabiyyur Rahmah” (HR. Muslim).

(17) NABIYUR MALHAMAH (yang membawa ajaran jihad)

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الْمَلْحَمَةِ
“Aku Muhammad, Ahmad, Muqaffi, Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah, Nabiyyul Malhamah” (HR. Ahmad).

(18) KHATIM (yang mengunci/menutup dari para nabi)

أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْحَاشِرُ وَالْمَاحِي وَالْخَاتِمُ وَالْعَاقِبُ
“Aku Muhammad, Ahmad, Hasyir, Mahi, Khatim, ‘Aqib” (HR. Ahmad).

(19)JIRZAN LIL UMIYIN (yang menjaga kaum ummiyin yang tidak bisa baca tulis) dan (20) MUTAWAKIL (yang bertawakal kepada Allah)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ حَدَّثَنَا هِلَالٌ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ لَقِيتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ صِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّوْرَاةِ قَالَ أَجَلْ وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ { يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا } وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي سَمَّيْتُكَ المتَوَكِّلَ لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ وَلَا سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ وَلَنْ يَقْبِضَهُ اللَّهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ بِأَنْ يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيَفْتَحُ بِهَا أَعْيُنًا عُمْيًا وَآذَانًا صُمًّا وَقُلُوبًا غُلْفًا
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami Fulaih telah menceritakan kepada kami Hilal dari ‘Atho’ bin Yasar berkata; Aku bertemu dengan ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radhiyallahu’anhuma lalu aku katakan: 

“Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam kitab Taurat?” 

Dia berkata: “Baik. Demi Allah, sungguh Beliau telah disebutkan dalam kitab Taurat sebagian dari sifat-sifat Beliau seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an {Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai Syahid, Mubasyir dan Nadzir}, Jirzan Lil Ummiyyin. Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku memberimu nama Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi memaafkan dan mengampuni, dan Allah tidak akan mematikannya hingga Beliau meluruskan agama-agama yang bengkok agar hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup” (HR. Bukhari).

(21) SAYIDU WALADI ADAM (yang memimpin keturunan Adam di hari kiamat)

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
“Aku adalah Sayyidu Waladi Adam pada hari kiamat kelak, aku adalah orang yang muncul lebih dahulu dari kuburan, aku adalah orang yang paling dahulu memberi syafa’at, dan aku adalah orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa’at.” (HR. Muslim).

(22) ABUL QASIM (bapak yang membagikan rahmat Allah) atau QASIM (yang membagikan rahmat Allah)

حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ أَخْبَرَنَا و قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِيَانِ الْفَزَارِيَّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ نَادَى رَجُلٌ رَجُلًا بِالْبَقِيعِ يَا أَبَا الْقَاسِمِ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَمْ أَعْنِكَ إِنَّمَا دَعَوْتُ فُلَانًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي
Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al A’llaa’ dan Ibnu Abu ‘Umar Abu Kuraib berkata; Telah mengabarkan kepada kami, dan berkata Ibnu Abu ‘Umar; Telah menceritakan kepada kami dan lafazh ini miliknya ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Marwan yaitu Al Fazari dari Humaid dari Anas dia berkata:

Ada seseorang memanggil-manggil (orang lain) di Baqi’, katanya; “Wahai Abal Qasim!”
Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menoleh kepadanya.

Kata orang itu, “Ya Rasulullah! Bukan Anda yang kumaksud. Sesungguhnya aku memanggil si Fulan.”
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Silahkan kalian memberi nama dengan namaku, tetapi jangan kalian memberi gelar dengan gelaranku!” (HR. Muslim).

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلَامٌ فَسَمَّاهُ مُحَمَّدًا فَقَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا نَدَعُكَ تُسَمِّي بِاسْمِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْطَلَقَ بِابْنِهِ حَامِلَهُ عَلَى ظَهْرِهِ فَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وُلِدَ لِي غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ مُحَمَّدًا فَقَالَ لِي قَوْمِي لَا نَدَعُكَ تُسَمِّي بِاسْمِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي فَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ أَقْسِمُ بَيْنَكُمْ
Telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, ‘Utsman berkata; Telah menceritakan kepada kami. Dan Ishaq bekata; Telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja’di dari Jabir bin Abdullah
dia berkata; “(Isteri) seseorang di antara kami melahirkan anak laki-laki, lalu diberi nama ‘Muhammad’.”

Maka famili orang itu berkata; “Kami tidak membolehkan Anda menamai anakmu dengan nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.”

Maka dia menemui Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menggendong anaknya seraya berkata: “Ya Rasulullah! Anakku lahir seorang laki-laki, lalu kuberi nama ‘Muhammad’. Familiku mengatakan tidak boleh memberi nama dengan nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Bagaimana itu?”
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Namailah dengan namaku, tetapi jangan menggelari dengan gelarku. Aku bergelar ‘Qasim’ (yang membagi). Karena aku membagi-bagikan rahmat Allah di antara kamu sekalian.” (HR. Muslim).

(23) AL-AMIN (yang dapat dipercaya)

حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } وَرَهْطَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَا صَبَاحَاهْ فَقَالُوا مَنْ هَذَا فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ قَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ مَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ } وَقَدْ تَبَّ هَكَذَا قَرَأَهَا الْأَعْمَشُ يَوْمَئِذٍ
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Musa Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Al A’masy Telah menceritakan kepada kami Amru bin Murrah dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, ia berkata:

Ketika turunnya ayat: “WA ANDZIR ‘ASYIIRATAKAL AQRABIIN WA RAHBATHAKA MINHUMUL MUKHLASHIIN.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam keluar hingga naik ke atas bukit Shafa dan menyerukan: “Wahai sekalian manusia.”

Orang-orang Quraisy pun bertanya, “Siapakah orang ini?” akhirnya mereka pun berkumpul kepada beliau.

Beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, jika aku mengabarkan bahwa di balik bukit ada pasukan berkuda akan segera keluar (menerkam), apakah kalian akan membenarkanku?”

Mereka menjawab, “Ya, kami belum pernah mendengar bahwa kamu berdusta.”

Beliau kemudian bersabda: “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian bahwa di hadapanku ada adzab yang sangat pedih.”

Maka Abu Lahab pun berkata, “Celaka kamu wahai Muhammad. Apakah hanya lantaran ini kamu mengumpulkan kami?”

Setelah itu, ia langsung beranjak, dan turunlah firman Allah, “TABBAT YADAA ABIY LAHABIW WATAB.”

Hari itu, Al A’masy membacanya: “WA QAD TABBAT (sungguh, ia memang telah celaka).” (HR. Bukhari).

Sifat dapat dipercaya telah melekat pada diri Rasulullah semenjak kecil. Dan diakui oleh semua orang yang mengenalnya dalam perdagangan, baik pada saat bersama kakeknya (Abdul Muthalib) atau pamannya (Abu Thalib) maupun saat mandiri. 

Dan pada usianya sekitar 35 tahun, Rasulullah dipercaya menyelesaikan permasalahan peletakan Hajar Aswad yang diperselisihkan para pemuka suku-suku di Mekkah. Para penduduk Mekkah menyatakan

رَضِيْنَا بِالآمِيْنَ
“Kami rela menerima keputusan Al-Amin (Muhammad)”

Dengan sifat jujur, santun, amanah dan adil, Rasulullah dapat dipercaya menyelesaikan perselisihan di antara para pemuka suku-suku di Mekkah. Rasulullah membentangkan kain di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengahnya. Kemudian Rasulullah mengajak masing-masing pemuka suku untuk memegang tepi kain tersebut dan mengangkatnya bersama-sama. Mengangkat Hajar Aswad hingga sampai pada tempat yang dituju, lalu Rasulullah mengambil dan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

(24) IBNU ADZ-DZABIHAINI (anak dari dua bapak yang akan disembelih, Ismail bin Ibrahim dan Abdullah bin Abdul Muthalib)

Riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas mengenai nadzarnya Abdul Muthalib

وقد كان عبدالمطلب بن هاشم نذر إن توافى له عشرة رهط أن ينحر أحدهم فلما توافى له عشرة أقرع بينهم أيهم ينحر فطارت القرعة على عبدالله بن عبدالمطلب وكان أحب الناس إلى عبدالمطلب فقال عبدالمطلب اللهم هو أو مائة من الإبل ثم أقرع بينه وبين الإبل فطارت القرعة على المائة من الإبل
“Dulu Abdul Muthalib pernah bernadzar, jika dia memiliki 10 anak lelaki maka akan menyembelih salah satunya. Ketika Abdul Muthalib memiliki 10 anak lelaki, dia mengundi siapa anaknya yang akan disembelih. Ternyata yang keluar nama Abdullah. Sementara Abdullah adalah anaknya yang paling dia cintai. Kemudian Abdul Muthalib mengatakan, “Ya Allah, Abdullah atau 100 ekor onta.” Kemudian dia mengundi antara Abdullah dan 100 onta. Lalu keluar 100 ekor onta.” (Tarikh ath-Thabari, 1/497).

Dll.

Tidak ada komentar: