Asal usul Khomeini, benarkah keturunan nabi dan kaitannya dengan agama Sikh India

SISI LAIN AYATULLAH KHOMEINI SERTA HUBUNGAN LAMBANG YANG MIRIP LOGO AGAMA SIKH DI BENDERA REPUBLIK SYIAH IRAN 
SIAPA tak kenal Ayatollah Ruhullah Khomeini, tokoh Revolusi Iran. Sosok yang dulu banyak diidolakan dan menginspirasi para aktivis pemuda pergerakan muslim, termasuk di Indonesia. 

Tak heran, poster dari tokoh revolusi ini banyak menghiasi dinding-dinding kamar mereka.

Peran dan keberhasilannya dalam menumbangkan rezim Shah Pahlevi tahun 1979 tak diragukan lagi. 

Semua orang pun tahu, dan karenanya sosok ini banyak dielu-elukan. 

Namun, ada sisi lain dari sang tokoh yang mungkin jarang diungkap.

Karenanya, pada edisi kali ini, kita akan mengungkap beberapa hal terkait dengan penyimpangan Ayatullah Khomeini yang dikutip dari buku-buku karyanya sendiri.

1. Kedudukan Imam-imam Syiah Lebih Terhormat daripada para Nabi

Sebagai penganut Syiah, Khomeini dalam mengamalkan keyakinannya lebih cenderung memilih pendapat orang-orang yang ekstrem di kalangan para penganut Syiah. 

Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah perkataannya yang ia sandarkan kepada orang-orang Syiah yang ekstrem dalam menetapkan keutamaan para wali mereka hingga melebihi keutamaan para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya.

Khomeini berkata, “Sesungguhnya di antara hal yang termasuk paling urgen dalam madzhab kami, bahwasanya imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh para malaikat yang didekatkan dan tidak pula para nabi yang diutus…. Telah diriwayatkan dari mereka ‘alaihimus salam(imam-imam Syiah-pent.) “Bagi kami keadaan-keadaan tertentu bersama Allah yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, demikian pula para nabi yang diutus.” (Lihat al-Hukumah al-Islamiyah hal. 52, karya Khomeini).

Khomeini juga berkata tentang salah seorang imam mereka yang hingga saat ini masih gaib dan terus ditunggu-tunggu, “Telah datang para nabi seluruhnya untuk meneguhkan prinsip-prinsip keadilan, tapi mereka tidak berhasil. 

Bahkan Nabi Muhammad sekalipun, penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki kehidupan manusia. Sesungguhnya, orang yang akan berhasil mewujudkan hal tersebut hanyalah al-Mahdi al-Muntazhar.” (Di antara isi khutbah Khomeini yang disampaikan dalam acara peringatan Maulid al-Mahdi pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H).

Bahkan Khomeini telah melontarkan tuduhan keji terhadap Nabi  bahwa beliau tidak menyampaikan risalah Islam sebagaimana mestinya. 

Khomeini berkata dalam salah satu bukunya, ”Fakta menunjukkan bahwa sekiranya Nabi telah menyampaikan persoalan imamah sesuai perintah Allah dan mencurahkan segenap potensi yang baik dalam hal ini, mustahil akan berkecamuk  perselisihan, pertengkaran, dan peperangan. Demikian pula, tidak akan terjadi perpedaan-perbedaan dalam perkara pokok maupun cabang dalam agama ini.” (Lihat Kasyf al-Asraar hal. 55).

Demikian pula, Khomeini telah menyematkan bagi imam-imam Syiah dengan sifat-sifat ketuhanan. Khomeini berkata, “Sesungguhnya atas para imam kedudukan yang terpuji dan khilafah yang terbentuk. Tunduk terhadap pemerintahan dan kekuasaannya semesta alam.”

Adapun para nabi, maka Khomeini menyifati mereka ‘alaihimus salam dengan sifat lemah. Khomeini berkata, “Dan kita katakan bahwasanya para nabi belum diberi taufiq dalam melaksanakan maksud dan tujuan mereka diutus. Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus di akhir zaman seseorang yang akan menyelesaikan malasalah-masalah para nabi.” Seseorang yang mereka maksudkan adalah imam mereka yang masih gaib.
 
2. Apa kata Khomeini tentang perubahan al-Qur’an

Khomeini mendoakan rahmat dan ampunan bagi orang yang telah murtad, pengikut agama Majusi, penulis buku Fashl al-Khithab. Ia juga telah mengambil ilmu secara langsung dari bukunya Mustadrak al-Wasail dan berhujjah dengannya.

Perhatikan ucapan kekufuran yang sangat jelas dalam perkataan berikut ini, Khomeini ucapkan dalam salah satu bukunya berjudul Kasyf al-Asrar, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak memiliki hubungan keterikatan dengan Islam dan al-Qur’an kecuali karena alasan kedudukan dan duniawi, di mana mereka menjadikan al-Qur’an sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka yang rusak. Adalah hal yang sangat mungkin terjadi, mereka (sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-pent.) mengubah kitab samawi (al-Qur’an) ini ketika nama imam disebutkan dalam al-Qur’an, atau mereka menghapus ayat yang menyebutkan tentang imam itu dari al-Qur’an dan menyematkan aib ini dalam kehidupan kaum Muslimin.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 114, karya Ayatullah Khomeini).

Inilah imam Syiah Rafidhah yang mereka sanjung dan mereka yakini makshum telah menghina para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menganggap para sahabat kemungkinan besar telah mengubah-ubah al-Qur’an al-Karim.

Khomeini telah mengingkari firman Allah Ta’ala

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9).

Padahal ayat ini telah memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya.
 
3. Khomeini mengafirkan seluruh sahabat dan Ahlus Sunnah

Khomeini mengafirkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dan menyifati mereka dengan an-Nawashib, bahkan Khameini memilih pendapat yang paling ekstrem dari pengikut-pengikut Syiah dalam hal bermuamalah dengan mereka, yaitu dianggap sebagai kafir harbi (kafir yang harus diperangi). 

Khomeini berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah mengikutkan an-nashib dalam golongan kafir harbi dalam hal bolehnya memanfaatkan apa saja yang dia usahakan, dan hal ini telah termasuk khumus (1/5 bagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Syiah-pent.). Bahkan yang nampak secara nyata adalah bolehnya menjarah hartanya di mana saja dan bagaimana pun bentuknya, dan wajibnya mengeluarkan khumus darinya.” (Tahrir al-Wasilah, I/352).

Lalu siapakah yang Khomeini maksudkan sebagai AN NAWASHIB ? 

Mereka adalah Anda para pembaca yang Sunni, dan kita seluruhnya Ahlussunnah wal Jama’ah.

Khameini juga berkata, “Adapun Nawashib dan Khawarij—semoga Allah melaknat kedua golongan ini—keduanya tidak diragukan lagi adalah najis.” (Lihat, Tahrir al-Wasilah).
 
4. Khomeini Menolak Peribadahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Sesungguhnya kami tidak menyembah Ilah (sembahan) yang mendirikan bangunan yang tinggi untuk ibadah, keadilan, dan agama, kemudian Ia menghancurkannya sendiri. Kemudian Ia mendudukkan Yazid, Mu’awiyah, dan Utsman, dan selain mereka dari golongan orang-orang yang melampaui batas terhadap manusia dalam pemerintahan. Dan Ia tidak pula menentukan nasib ummat setelah wafatnya nabi-Nya.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 123, karya Imam Ayatullah Khameini).

Khomeini dengan jelas mengumumkan bahwasanya ia tidak menyembah Allah Ta’ala yang tidak mampu memenuhi permintaan-permintaan dan angan-angannya. Pernyataan Khomeini di atas ia tujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan yang sangat jauh dari adab, penyucian dan pengagungan terhadap-Nya.
 
5. Keyakinan Khomeini: Pengaruh bintang dan hari-hari tertentu terhadap aktivitas manusia

Khomeini meyakini bahwa terdapat hari-hari sial dalam setiap bulan, di mana setiap penganut Syiah wajib untuk menghentikan segala aktivitasnya. 

Dan bahwsanya pergeseran bulan ke rasi bintang tertentu menimbulkan pengaruh negatif terhadap aktivitas manusia. 

Maka orang-orang Syiah wajib untuk menghentikan setiap kegiatan yang telah mereka rencanakan hingga bulan melewati rasi bintang tersebut.

Keyakinan semacam ini jelas mengeluarkan orang yang meyakininya dari lingkup iman, sebagaimana telah diketahui oleh siapa pun yang telah belajar akidah, pemula sekalipun.

Hal yang menunjukkan akidah Khameini yang kufur ini adalah pernyataannya dalam bukunya Tahrir al-Wasilah, 2/238, “Makruh hukumnya untuk mengadakan akad nikah sementara bulan sedang berada pada rasi bintang Scorpio, atau pada akhir bulan, atau pada salah satu hari-hari sial dalam setiap bulan yang terdiri dari tujuh hari, yaitu; hari ke-3, hari ke-5, hari ke-13, hari ke-16, hari ke-21, hari ke-24, dan hari ke-25. Demikianlah pada setiap bulan.”

Khameini telah menyelisi perkataan imamnya sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam kitab Nahj al-Balaghah (yaitu kitab yang paling terpercaya bagi Syiah), “Wahai sekalian manusia! Jauhkanlah diri kalian dari mempelajari ilmu perbintangan kecuali sekadar untuk menjadi petunjuk di darat maupun laut, karena sesungguhnya hal tersebut bisa menyeret seseorang kepada dunia perdukunan. Ahli nujum itu seperti seorang dukun, dan dukun ibarat seorang tukang sihir. Tukang sihir serupa dengan orang kafir, dan orang kafir tempatnya di neraka.” (Lihat Nahj al-Balaghah, 1/157).
 
Beginilah sisi lain dari pemimpin revolusi Syiah Iran, sang tokoh yang banyak dielu-elukan, ternyata akidahnya menyimpang jauh dari Islam. 

Masihkah orang mengidolakannya?

[sumber: Buletin Al Fikrah STIBA Makassar]

KHOMEINI BUKANLAH KETURUNAN AHLUL BAIT, NAMUN KETURUNAN INDIA BERAGAMA SIKH

Masih ingat pernyataan musisi Ahmad Dhani yang membela kesesatan pemimpin Syi’ah Ayatullah Khomeini dengan dalil bahwa ia adalah keturunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Saat itu Dhani menjawab pernyataan: “bahwa Ayatullah Khomeini adalah orang sesat yang dalam kitabnya Kasyful Asrar mengatakan, bahwa para shahabat kafir”.

Dhani membela Khomeini dengan mengatakan, “Imam Khomeini jelas shohih keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam…. Yang lain gak jelas, dan gak shohih.”

Pernyataan Dani ini didukung dengan gaya penampilan Khomeini yang mengenakan turban (kain penutup kepala yang dililitkan sedemikian rupa) berwarna hitam. 

Turban berwarna hitam ini hanya boleh digunakan oleh mereka, para ulama rujukan Syi’ah, dari kalangan Ahli Bait keturunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. 

Sedangkan turbah yang berwarna putih digunakan bagi ulama Syiah yang bukan Ahli Bait.


Namun, benarkah Khomeini adalah keturunan nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Siapakah Khumaini sebenarnya? 

Dan apa asal agamanya? 

Inilah yang masih banyak tidak diketahui oleh kaum muslimin.

Ayah Khumaini berasal dari selatan negara India yang menganut agama sikh dan ibunya adalah anak dari seorang imam di tempat peribadatan agama sikh di Kasmir. 

Apa sikhisme itu?  

Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama besar di dunia yang bertolak belakang dengan islam. 

Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". 

Selebihnya bisa dilihat disini : https://m.dw.com/id/asal-usul-agama-kaum-sikh/a-16151272

Dan tentunya, kita tidak sembarang ucap, bahwa dia (Khomeini) asalnya dari kaum penganut agama sikh di India. Itu diakui sendiri oleh Ulama syi’ah Musa Al-Musawi. Dia mengatakan pada kitabnya Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah:

حيث قدم جده من الهند قبل 120سنة وسكن قرية خمين في إيران. ووالده هو مصطفي ابن احمد وكان يدعى سينكا، ولد سنة 1842 في كشمير من أسرة سيخية ثرية وكان والد سينكا تاجر خمر وعلى علاقة ودية بالإنجليز ،ولما تعرف على فتاة مسلمة تدعى طاهرة وهي ابنة أحد التجار المسلمين قرر اعتناق الدين الإسلامي للزواج منها فهدده أهله بالقتل ففر مع طاهرة من كشمير إلى مدينة لكفؤ ،وأسلم سينكا على يد سيد حامد حسين مؤلف كتاب عبقات الأنوار.وحفيد عم الخميني يسمى ودا ويعيش بالقرب من مدينة سريناجار عاصمة كشمير ،وهو مسؤول عن معابد السيخ هناك . وهذه المعلومات استقاها المؤلف من علماء الشـيعة في كشمير
“Kakek Khumaini datang dari India sebelum  120 tahun yang lalu. Dan dia tinggal di kota Khumain di Iran. Dan ayahnya adalah Musthafa bin Ahmad dan dikenal sebagai “Singh” lahir tahun 1842 di Kashmir dari keluarga penganut agama sikh. 

Dan ayah Singh adalah penjual Khamr dan memiliki hubungan hangat dengan Inggris. Dan setelah dia mengenal seorang wanita muslimah yang bernama Thahirah dan dia adalah anak dari pedagang muslimin, maka dia menetapkan untuk memeluk agama islam agar dapat menikah dengan wanita tersebut. 

Maka keluarganya mengancam untuk membunuhnya. Maka dia kabur bersama Thahirah dari Kashmir ke kota lokfo. Dan Singh masuk islam di tangan Sayyid Hamid Husain penulis Kitab ‘Aqabat Al-Anwar.  

Dan cucu dari pamannya Khumaini bernama Wud dan dia tinggal di dekat kota Srinagar ibu Kota Kashmir dan dia penanggung jawab tempat-tempat peribadatan Sikh disana. Dan inilah info-info yang dikumpulkan oleh penulis dari ulama-ulama syi’ah di Kashmir” (Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah hal. 352)

Itu adalah kesaksian ulama syi'ah sendiri.

Sehingga Khumaini bukan Ahlul Bait, Karena Ahlul Bait adalah keturunan nabi yang benar-benar berpegang teguh dengan agama islam dan bukan keturunan dari keluarga penganut agama sikh.

Bukti lain kalau dia asal India adalah foto di bawah ini:
Keterangan foto menggunakan bahasa persia. 

Intisari maknanya: “Gambar Khumaini di masa kecilnya sedang di gendong oleh ayahnya. Diambil dari kitab “Malik Kiyan”  karangan Dr. Humaid Khowajah Nushairi. Kitab mereka sendiri yang bersaksi dan gambarnya jelas.

Dan ternyata, Khumaini sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang India. Dan ini banyak yang tidak diketahui oleh kaum muslimin.

Dia berkata sendiri di kitabnya Syarh Du’a Sihr bahwa dia adalah orang India. 

Dia menamai dirinya dengan “As-Sayyid Ruhullah bin Musthafa Al-Khumaini Al-Hindi”. Al-Hindi adalah berasal dari India. 

Lihat pengakuan dia sendiri disini: (gambar 2)

Lihat Pengakuannya Yang Diblock Warna Kuning

Begitulah khumaini yang bukan Ahlul Bait. Pada awal hidupnya dia menulis risalah dan kitab dengan namanya Hindi (asal India). 

Kemudian tiba-tiba berubah menjadi Musawi dan kemudian memakai kain penutup kepala warna hitam.

Akan tetapi saudaranya Khumaini enggan untuk merubah nasab keluarganya dari Singh menjadi Musawi. 

Dan dia juga enggan untuk memakai kain penutup kepala hitam. 

Akhirnya, Khumaini mengurungnya hingga membunuh saudaranya.

Maka orang pertama asal India dari kaum penganut agama Sikh yang menguasai Iran dan memperbudak orang syi’ah dan memut’ah wanita-wanita syi’ah sekehendak perutnya adalah Khumaini.

Maka bagaimana dia dipastikan sebagai Ahlul Bait, sedangkan nasabnya saja masih sangat diragukan.

Dan Khumaini, meletakkan simbol khas agama nenek moyangnya “Sikh” sebagai simbol negara Iran. 

Maka sangat mirip simbol bendera Iran dan simbol bendera kaum agama Sikh.

Yang sebelah kiri adalah simbol negara Iran. Sebelah kanan simbol agama Sikh
Maka, begitukah ahlul bait?? Memiliki kesamaan dengan agama sikh?? Kalla wa haasya. 

Bodohlah orang yang bodoh tertipu oleh Khumaini.

Bahkan.. Sekali lagi, nasabnya sangat diragukan bahkan ada versi lain yang menyatakan dia adalah keturunan Inggris walau India adalah tempat tinggalnya.Ayahnya bernama William Richard Williampshon. Dia lahir di kota Bristol dan ibunya seorang India Kashmir.

Berita ini diambil dari salah satu kabar media dari India yang telah dikabarkan pada tahun 80-an.

Dan selebihnya bisa dilihat disini : https://www.indymedia.org.uk/en/2004/05/290618.html

Maka, bagaimana Khumaini dapat dipastikan sebagai Ahlul Bait keuturnan nabi, sedangkan nasabnya saja tidak diakui oleh ulama syi’ah dan yang lainnya.

Maka dari itu, Abu Muntashir Al-Balusy mengatakan:

ان الخميني لا ينتسب الى سلسلة نسب معروفة
“Sesungguhnya Khumaini tidak bernasab kepada silsilah nasab yang dikenal”.

Tidak ada komentar: