kisah ketawadhuan Salman AlFarisi, Gubernur Madain yang dikira kuli Panggul

Salman Al Farisi radhiallahu anhu adalah seorang sahabat yang mulia. Di masa Khalifah Umar bin Khathab radhiallahu anhu, Salman ditugaskan menjadi gubernur di Madain, sekarang wilayah Irak. Di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Madain adalah wilayah kekuasaan Persia yang tumbang di masa Khalifah Umar radhiallahu anhu.

Walau menjadi gubernur, Salman sangat sederhana dari sisi berpakaian.
Gaji dari negara tidak pernah diterima untuk kebutuhan pribadinya. Semua gajinya diinfakkan di jalan Allah. Untuk keperluan sehari-harinya dia bekerja membuat tas anyaman dari pelepah pohon kurma. Beliau menjual satu tas dengan harga tiga dirham. Dari uang tiga dirham itu, satu dirham digunakan untuk keperluan sehari-hari, satu dirham untuk sedekah, dan satu dirham lagi untuk modal beli pelepah kurma di pasar. 

Suatu hari ada anak muda datang dari negeri Syam ke Madain. Beliau pedagang yang berbelanja barang-barang di pasar. Ketika selesai belanja, ia membutuhkan kuli panggul dan mencarinya. Dia melihat seseorang berpakaian sederhana didekatnya. Dia tidak tahu kalau itu Salman Sang Gubernur. 

Anak muda ini mengetahui bahwa Gubernur Madain adalah Salman Al Farisi, Sahabat mulia. Tapi dia tidak tahu sosok fisiknya seperti apa. Jadi ketika melihat satu orang yang berpenampilan sederhana, ia mengiranya seorang kuli panggul. 

Tanpa bertanya lagi anak muda itu memanggil Salman dengan suara yang lantang dan menyuruhnya membawakan barang-barang yang baru dibelinya ke tempat penginapan.

Salman sang Gubernur yang tidak didampingi ajudan menyambut perintah anak muda tersebut. Dibawanya barang itu ke penginapan tempat anak muda bermalam.

Di perjalanan, Salman berpapasan dengan seseorang warga Madain. Orang tersebut menyapanya dengan penuh hormat, 

“Assalamualaikum wahai Amir (pemimpin)!” 

Setelah itu ada lagi seseorang yang menyapa Salman sambil mengatakan, “Wahai Amir, berikan barang yang Anda panggul kepada saya! Saya yang akan memanggulnya.” 

Salman menjawab, “Jangan! Biarkan saya yang membawanya." 

Anak muda dari Syam ini keheranan dan setelah bertanya barulah dia mengetahui bahwa orang yang dikira kuli panggul tersebut adalah Sahabat yang mulia Salman Al Farisi radhiallahu anhu Gubernur Madain. 

Anak muda itu meminta maaf atas kekurangajaran dan kelancangannya yang telah memperlakukan Salman dengan tidak sopan.

Salman tidak tersinggung dan tidak marah. Beliau memaklumi dan memaafkannya.

Anak muda tersebut hendak mengambil barangnya yang di tangan Salman. Salman menolaknya, Salman bersikeras untuk melanjutkan membawa barang-barang anak muda tadi sampai ke tempat penginapannya.
Akhirnya Salman memanggul lagi barang anak muda tadi sampai di penginapannya. Setelah itu Salman pamit meninggalkan anak muda yang menyesali sikapnya yang tidak sopan kepada Salman.

Dari kisah di atas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik di antaranya: 

🌹Sifat Muslim terlebih seorang pemimpin yang baik apabila memiliki sifat sabar dan tidak mudah marah. 

🌹Setiap Muslim terlebih seorang pemimpin yang baik harus memiliki sifat _tawadhu_ (rendah hati). 

🌹 Janganlah melihat orang semata dari penampilannya. 
"Jangan menyimpulkan isi buku hanya semata melihat sampulnya."

Jangan menyimpulkan tentang seseorang hanya sebatas melihat penampilannya saja terus langsung bersikap kurang sopan. Hormatilah orang lain tanpa membedakan status ekonomi, keturunan atau pun warna kulit. Terhadap tetangga yang kafir pun kita harus berbuat baik kepadanya. Kita dilarang berbuat zalim kepada siapa pun termasuk kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin. 

🌹Ketika kita hendak mencari pelayan toko atau seorang petugas di tempat keramaian sepatutnya kita bertanya lebih dahulu. Jangan langsung mengutarakan keinginan kita kepada orang yang berada di hadapan kita. Orang yang kita sangka pelayan toko ternyata dia juga pembeli sama seperti kita. Maka kita menjadi malu dan dapat menyinggung perasaan orang lain.

🌹Ketika seseorang hendak memerintah atau memberi intruksi kepada bawahan atau pelayan haruslah dengan bahasa yang santun dan sopan. Janganlah bersifat arogan. 

Empat orang pemuda A, B, C dan D berkunjung ke rumah seorang Ustadz (E). 

A seorang direktur dan owner di suatu perusahaan. B dan C teman A, D adalah kerabat C yang tidak dikenal oleh A sebelumnya. 

Setelah mereka berjumpa dengan Ustadz E, A menawarkan ingin menghadiahkan Mushaf Al Quran agar Ustadz E dapat mendistribusikan Mushaf kepada masyarakat. 

A memerintahkan D untuk mengambil beberapa dus berisi Mushaf di mobil A dengan bahasa perintah dari atasan kepada bawahan. D mengikuti dan membantu A mengambil Mushaf dari mobil A dan membawanya serta memberikannya kepada Ustadz E. Setelah mereka pamitan dari rumah ustadz E, lalu A juga pamit meninggalkan B, C dan D. Setelah itu barulah D mengungkapkan isi hatinya yang tersinggung dan sakit hati atas sikap A terhadap dirinya. 

A rupanya terbiasa menjadi Bos dan menganggap orang lain yang sederajat sebagai bawahannya. A tidak menyadari sikapnya itu telah melukai hati saudaranya. 

🌹Seorang anak muda bernama Abdullah (nama samaran) memulai karirnya ingin menjadi asisten Tour Leader di suatu Travel. Ia memulai karirnya dalam suatu perjalanan bersama Tour Leader dan rombongan. Ketika dia mendapatkan sebagian peserta Tour memperlakukannya seperti pelayan dan menyuruhnya dengan nada bicara yang kurang sopan, tersinggunglah dia. Dia memutuskan untuk tidak meneruskan profesi sebagai asisten Tour Leader.

Sampai beberapa tahun berlalu. Anak muda tersebut mendengar kisah Salman Al Farisi radhiallahu anhu sang Gubernur yang tidak tersinggung atas perlakuan tidak sopan kepadanya. Salman enjoy dan memandangnya sebagai ladang amal shalih dan mengharapkan pahala dari Allah. Seketika itu Abdullah bersemangat kembali untuk meneruskan profesinya sebagai asisten Tour Leader.

🌱🌱🌱

Semoga Kisah Inspiratif dari Sahabat yang mulia Salman Al Farisi radhiallahu anhu menjadi motivasi bagi kita agar menjadi orang yang sabar ketika "disakiti" dan menjadi orang yang tawadhu (rendah hati) selalu menghormati sesama saudara, serta tidak menyakiti hati saudara kita dengan ucapan atau perbuatan.

🌱🌱🌱🌱

15 Syawal 1445 H | 24 April 2024 M
Oleh : Fariq Gasim Anuz 

Tidak ada komentar: