berempat bersepeda dari malaysia ke arab saudi yang diundang haji hanya afdhal

Kata mba Khusila Vibiyanti kisah haji mba Adilah yg sy tulis di postingan sblmnya tuh nano-nano.

Ini ada yg lebih nano-nano.

Jadi mba Adilah dan mas Ahmad ini pasangan suami istri yg gemar bersepeda. Mereka sepedaan gak cuma keliling kompleks tapi udah merambah negara lain.

Demi bisa segera naik haji, mas Ahmad memutuskan untuk bersepeda dari Malaysia ke Mekah. Mba Adilah dg senang hati nemenin sang suami. Pada bulan Desember 2023, bertiga (plus bang Halim, kawan di komunitas bersepeda) mereka memulai perjalanan menuju Arab Saudi. Tadinya mo jalan berempat, sama satu lagi kawan komunitas. Qadarallah di saat mau berangkat, si kawan merasa kurang enak badan. Jadi urung ikut. Apalagi si kawan ini juga sudah pernah naik haji, 3x pula. Ya sudah, fix batal deh.

Bisa dibilang mereka bertiga berangkat dg modal nekat, soalnya saat itu duit yg ada cuma cukup untuk keperluan di perjalanan saja. Adapun dana untuk visa haji belum ada. Visa haji mujamalah per orangnya 28.000RM (sekitar 98juta rupiah). Jika ditambah dg kebutuhan selama haji, kurang lebih butuh 40.000RM (140juta rupiah) per orang. Dikali 4 (karena awalnya mau berangkat berempat), total butuh 160.000RM.

"Gak apa-apa, nanti kita cari uang dengan jualan kartu pos dari negara-negara yang kita singgahi," ujar mas Ahmad, optimis.

Benar saja. Lima bulan, atau tepatnya di 22 April 2024 mereka berhasil menjual 1569 kartu pos dan mengumpulkan uang sebanyak 143.000RM. Wuih. Cukup banget duitnya buat haji bertiga. Malah ada sisa 23.000RM karena biaya untuk 3 orang=40.000x3 cuma 120.000RM.

Sepanjang perjalanan pun banyak orang yg bantu. Ya kasih uang saku, kasih makan, kasih tempat tinggal, kasih tunjuk bengkel sepeda, dan ada pula yg kasih tiket kereta (biar sesekali istirahat nge-gowes).

Rupanya ketika mereka otw kayuh sepeda dari Malaysia ke Mekah, ada satu pria yang tertarik gabung. Namanya mas Afdhal. Udah inbox ke mas Ahmad, bilang kalo mo nyegat di India. Jadi mas Afdhalnya naik pesawat dari Malaysia ke India, trus mo gabung sm grupnya mas Ahmad, mas Halim dan mba Adilah.

Tapi sayangnya pesan tsb gak dibuka sama mas Ahmad. Jadi mas Ahmad baru ngeh soal inbox ini pas udah sampe di border Pakistan. Ya udah deh, mas Afdhal akhirnya gowes sendirian dari India ke Saudi. Pun begitu, pada akhirnya mereka bisa ketemu di Madinah.

Ngobrol-ngobrol deh mereka berempat ni.

"Mas Afdhal ada rencana apa habis ini?" tanya mas Ahmad.

"InsyaAllah masuk Mekah untuk umroh, lalu pulang (ke Malaysia)," jawab mas Afdhal.

"Waduh. Udah jauh-jauh gowes kemari, gak haji sekalian?" ujar mas Ahmad.

"Gak cukup duitnya, Bang. Inipun dicukup-cukupin buat umroh," jawabnya.

Tanpa pikir panjang, mas Ahmad ngomong gini: "Udah lanjut haji aja. Kami sponsorin. Ada slot kosong nih, soalnya satu kawan kan gak jadi berangkat. Mau gak?"

Duit sisa penjualan kartu pos masih ada. Dan karena niat awalnya jualan kan untuk bikin visa haji, maka ditawarkanlah peluang itu ke mas Afdhal.

Tentu saja tawaran ini disambut gembira oleh mas Afdhal. Lalu mereka berempat pun ngitung-ngitung lagi duit yg mereka punya. Ternyata emang cukup untuk bikin 4 visa haji mujamalah (furoda).

"Lho. Posisi kan udah di Saudi nih. Ngapain bikin visa haji? Mahaal. Beli tasreh aja lbh murah. Yang penting bisa haji." Berbagai masukan datang.

Namun mas Ahmad selalu ingat nasehat Ummi-nya ketika 6 tahun lalu ia hendak haji menggunakan visa non haji.

"Nak, Allah bisa saja membiarkan kamu pergi haji walaupun dg cara yg salah. Tapi takutnya, Allah itu membiarkan bukan dengan ridho-Nya tapi dengan istidraj."

"Istidraj tu apa, Ummi?"

"Istidraj itu Allah kasih kita nikmat tapi supaya kita makin jauh dari Allah. Itu tandanya Allah murka. Nanti pulang haji bukannya jadi pribadi yang lebih baik, tapi malah jadi buruk perangainya, lebih sombong, lebih riya, dan sebagainya."

Sejak itu mas Ahmad selalu mengikuti peraturan di tiap negara yg ia kunjungi. Termasuk aturan haji dari Saudi ini. Pemerintah Saudi sudah tegas melarang pendatang yang akan berhaji menggunakan visa non haji. Jadi meskipun mahal, mereka tetap memilih mengurus visa haji mujamalah (furodha).

Mas Ahmad juga manut pada peraturan yg mengharuskan mereka keluar dari Saudi dulu untuk menonaktifkan visa turis (multiple visa) yg mereka gunakan untuk masuk ke Saudi. Maka setelah kelar umroh, empat orang ini keluar ke Mesir sembari menunggu visa hajinya rilis. Ntar klo udah rilis baru deh mereka masuk lagi ke Mekah untuk berhaji.

Tunggu punya tunggu, tanggal 2 Juni 2024 dapet info dari agen kalo visanya rilis. Yeaaay....
Cumaaan, ada cumannya nih! Yang rilis baru visa satu orang, yaitu visa hajinya mas Afdhal. Yang 3 lagi belum rilis.

Waktu bergulir, semakin mendekati tanggal 10 juni, batas terakhir penerbangan haji ke Jeddah. Habis itu gak bisa lagi masuk Jeddah meski punya visa haji resmi.

Deg-deg an, cemas, gelisah, campur aduk lah perasaan mba Adilah, mas Ahmad dan bang Halim. Tawaran tasreh berdatangan. Sungguh menggoda iman.

Meski sudah injury time, mas Ahmad dkk tetap kekeh untuk berhaji secara legal. "Perjalanan kami ini dilihat banyak orang. Tak elok memberi contoh yang tidak baik," begitulah pertimbangan mereka.

Apakah visa mereka bertiga rilis?
Apakah hanya dua orang yg berhasil rilis?
Atau malah satu orang saja yg bisa lolos?

Kali ini tidak happy ending pemirsah.
Ketiganya gagal dapat Visa haji. Sehingga gagal pula mereka berhaji.

Sungguh plot twist sekali. Yang punya niat, tekad dan berusaha keras ngumpulin dana adalah mereka bertiga. Tapi yang sukses berangkat haji malah mas Afdhal, pemuda yg bahkan tidak terbersit untuk berhaji krn terkendala dana.

Tapi ya itulah.
Kembali lagi, klo Allah udah undang, jalannya tuh bisa wus-wus gitu.

Apakah mereka bertiga kecewa?
Pasti!
Ibarat udah di depan mata, tinggal beli tasreh kayaknya bisa tuh hajian. Bahkan yg gak beli tasreh aja kmrn bisa lho masuk Arafah, dg cara jebol barikade polisi. Tapi kembali lagi. Karena tujuan mereka adalah haji mabrur, maka bukan hanya hasilnya yg penting, tp prosesnya pun memegang peran yg penting.

Saat ini, saat saya menulis ini, mba Adilah, mas Ahmad dan bang Halim masih di Mesir. Saya berterima kasih sekali atas teladan dari kalian bertiga. Meski kecewa luar biasa, mohon diingat bahwa Allah lebih tau apa yg terbaik untuk hambanya. Sekarang nangis karena gagal berhaji, tahun depan nangis karena hajinya super VVIP. Amiiiiin ya Allah...

Terlampir foto visa haji furodha (mujamalah) milik mas Afdhal. Sama seperti visa haji resmi dari Indonesia. Sy ngliat video pas bbrp hari lalu mas Afdhal mau bertolak dari Mesir, udah pake ihrom dia dari bandara Mesir. MasyaAllah.
Semoga mabrur hajinya mas Afdhal 🤗

Tidak ada komentar: