PENGGUGAH MENCARI LAILATUL QADR

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
بسم اللّه الرحمن الرحيم الحمد لله ربّ العالمين
Kalau melihat langit dan ingat Lailatu Qādr, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadīts riwayat Imām Muslim:

 أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
"Bahwasanya matahari pada hari itu terbit (tapi) tidak mempunyai sinar." (HR Muslim nomor 1999, versi Syarh Muslim nomor 762)

Di dalam hadīts riwayat yang lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

تُصْبِحُ الشَّمْسُ صَبِيحَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةِ مِثْلَ الطَّسْتِ لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ
"Matahari terbit pada hari itu, pagi hari yang malam harinya Lailatul Qādr itu seperti baskom, artinya dia terbit tapi tidak mempunyai cahaya yang begitu terik, sampai naik." (HR abu Daud nomor 1170, versi Baitul Afkar ad Dauliyah nomor 1378)

Berbicara tentang Lailatul Qādr maka ada beberapa poin yang harus kita ketahui bahwa kita sangat-sangat dianjurkan untuk mencari Lailatul Qādr.
PENGGUGAH MENCARI LAILATUL QADR

Dalam hadits riwayat Bukhāri dan Muslim dari 'Aisyah rādiallahu 'anha, Rāsulullah shallallمhu 'alayhi wa sallam bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْر
"Carilah Lailatul Qādr."

Kemudian lanjutan hadīts tersebut:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadr di malam ganjil di sepuluh terakhir dari bulan Ramadhān." (HR Bukhāri nomor 1878, versi Fathul Bari nomor 2017 dan HR Muslim nomor 1998, versi Syarh Muslim nomor 1169)

Dari hadīts ini kita ambil beberapa pelajaran bahwa kita harus mencari Lailatul Qadr, tentunya dengan:
  • memperbanyak ibadah,
  • memperbanyak membaca Al Qurān,
  • berdo'a,
  • berdzikir,
di dalam sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhān.

Dan perintah ini menunjukan sangat-sangat di anjurkan untuk mancari Lailatul Qadr di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhān, terutama di malam-malam ganjil.

Oleh karenanya, pada kesempatan kali ini, saya ingin menggugah agar tersemangati mencari Lailatul Qadr.

Penggugah Pertama.

Ketahui baik-baik bahwa Lailatul Qadr adalah malam yang penuh dengan berkah.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam surat Al Dukhān ayat 1:

إنا أنزلناه في ليلةٍ مباركة
"Sesungguhnya kami telah turunkan di malam yang penuh dengan berkah."

Artinya, Allāh Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Al Qurān di malam yang penuh dengan berkah dan itu adalah Lailatul Qadr.

Sebagaimana disebutkan di dalam surat Al Qadr ayat 1:

إنا أنزلناه في ليلة القدر
"Sesungguhnya kami turunkan Al Qur'an pada Lailatul Qādr."

Lailatul Qādr adalah malam yang penuh dengan berkah.

Berkah artinya adalah kebaikan yang terus-menerus, tiada henti, banyak dan terus bertambah.

Berarti ketika dikatakan Lailatul Qadr adalah malam yang penuh dengan berkah, kebaikannya terus-menerus tanpa henti, banyak dan tidak pernah berkurang.

Kalau kita perhatikan, berkahnya Lailatul Qadr dapat dilihat dari beberapa sisi.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam surat Al Qadr ayat 4-5:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Ayat ini menunjukan tentang berkahnya Lailatul Qādr.

Para malāikat turun dan diantara malāikat yang mulia yang turun yaitu malāikat yang termulia yaitu Jibrīl 'alayhissalām dan juga Allāh Subhānahu wa Ta'āla turun.

Dan di dalam turunnya para malāikat kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla turun, itu tidak gratisan.

Dalam arti bahwa para malāikat turun membawa rāhmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, membawa kebaikan, berkah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Makanya di akhir ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
"Keselamatan sampai terbit fajar."

Lailatul Qadr penuh dengan keselamatan, ini berkahnya Lailatul Qadr.

Penggugah Kedua.

Berkah yang kedua dari Lailatul Qādr dan ini sebagai penggugah seorang muslim untuk mencari Lailatul Qādr, yaitu firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat Al Qadr ayat 3:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Lailatul Qadr lebih baik dari pada 1000 bulan."

Maksud ayat ini (adalah):

Seseorang yang beribadah, bertepatan dengan Lailatul Qadr maka ibadahnya tersebut diganjar dengan lebih baik 1000 bulan daripada yang tidak ada Lailatul Qadr.

Bayangkan, 1000 bulan ini sekitar 83 tahun 4 bulanan.

Umur seseorang tidak cukup, tidak sampai seperti itu.

Karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ سِتِّينَ إِلَى سَبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
"Umur umatku hanya antara 60 sampai 70 tahun saja. Sedikit sekali yang lebih daripada itu." (HR Tirmidzi nomor 3473, versi Maktabatu AlMa'arif nomor 3550; dihasankan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh)

Kalaupun cukup, (misalkan) umur kita 60 tahun, itupun tidak semuanya digunakan untuk ibadah kepada Allāh.

  • Tidur 20 tahun.
  • Bekerja 20 tahun.

Sudah berkurang 40 tahun, sisa 20 tahun dari 60 tahun.

Umur baligh 15 tahun.

15 berkurang dari 20, sisa 5 tahun.

5 tahun itupun kalau maksimal untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka alangkah indahnya ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qādr. Dia beribadah seakan lebih baik dari pada 1000 bulan dan itu digunakan seluruhnya untuk ibadah.

Bukan kah ini sebuah keutamaan yang sangat luar biasa?

Oleh karena nya, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingatkan kita, jangan sampai di dalam Lailatul Qadr kita tidak dapat Lailatul Qadr (tidak beribadah di malam Qadr).

Bagaikan orang membagi-bagikan rezeki, membagi-bagikan hadiah. Dia sudah di hadapan hadiah tersebut, tetapi gara-gara dia lalai, gara-gara dia ngantuk, gara-gara dia malas, dia tidak mendapatkan rezeki tersebut.

Dalam hadīts riwayat Imām  Ibnu Mājah, Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingatkan kita.

Beliau bersabda:

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ
"Sesungguhnya bulan ini telah menghampiri kalian, kalian telah berada di dalam bulan ini."

 وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Di dalam bulan ini terdapat sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan."

Kemudian Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ
"Barangsiapa yang tidak mendapatkan Lailatul Qadr maka dia diharamkan dari seluruh kebaikan dan tidak ada yang diharamkan dari Lailatul Qadr kecuali orang yang benar-benar merugi." (HR Ibnu Majah nomor 1634, versi Maktabatu al am'arif nomor 1644)

Kenapa?

Karena tadi,

لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Lailatul Qadr lebih baik daripada 1000 bulan."

Rugi.

Masuk Ramadhān, masuk 10 hari terakhir, tidak mendapat (tidak beribadah di malam Qadr) ketika sebagian besar kaum muslim mendapatkannya.

Penggugah Ketiga
Pengaggungan Allāh terhadap Lailatul Qadr, merupakan penggugah hati bagi seorang muslim untuk benar-benar mencari Lailatul Qadr.

Abdullāh bin Abbās radhiyallāhu 'anhuma mengatakan, bahwa apa saja yang disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam Al Qurān dengan ucapan:

وَمَا أَدْرَاكَ
Berarti Allāh Subhānahu wa Ta'āla  mengagungkan hal tersebut.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
"Apakah kamu tidak mengetahui bagaimana agungnya Lailatul Qadr?"

(Shahih Bukhari bab Keutamaan Lailatul Qadr)

Ini pengagungan dari Allāh menurut tafsiran Abdullāh bin Abbās.

Dan apa saja yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firman kan dengan:

 وَمَا يُدْرِيكَ

Seperti misalkan firman Allāh:

 وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa hari kiamat akan dekat datangnya?"

Ini menunjukan bahwasanya apa saja yang Allāh Subhanahu wa Ta'ala firmankan dengan: وَمَا يُدْرِيكَ  , maka itu berarti belum Allāh timbulkan, belum Allāh perlihatkan.

Di sini terlihat keutamaan Lailatul Qādr. Allāh berfirman dengan memakai ucapan:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Ini menunjukan pengagungan Lailatul Qadr."

Penggugah Keempat
Kemudian, pengagungan Lailatul Qadr yang menggugah seseorang untuk mencari Lailatul Qadr selanjutnya adalah sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts riwayat Bukhāri.

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang bangun malam untuk beribadah pada Lailatul Qādr karena iman dan berharap pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari nomor 1870, versi Fathul Bari nomor 2009)

Inilah pengagungan-pengagungan terhadap Lailatul Qadr.

Dan inilah penyebab kenapa Rāsul shālallahu 'alayhi wassalam seperti diceritakan oleh 'Aisyah:

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
"Jika masuk 10 hari terakhir bulan Ramadhān, Beliau begadang malamnya untuk beribadah, membangunkan anak istrinya untuk beribadah (bersungguh-sungguh untuk beribadah) mengikat tali sarung untuk beribadah kepada Allāh."

(HR Bukhāri nomor 1884, versi Fathul Bari nomor 2024, Muslim nomor 2008, versi Syarh Muslim nomor 1174, dan Abū Dāwūd 1168, versi Baitul Afkar ad Dauliyah nomor 1376)

Para ulama mengatakan maksud dari mengikat tali sarung adalah menjauhkan diri dari bersetubuh dengan istri.

Padahal boleh, halal, tidak terlarang akan tapi gara-gara ingin mencari Lailatul Qadr yang keberkahannya dan keagungannya seperti yang sudah kita sebutkan tadi.

Maka diakhir ini saya ingin menyebutkan. Jangan sampai ketika semua orang mendapatkan Lailatul Qadr, anda termasuk yang diharāmkan dari mendapatkannya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc hafidzohulloh
Sumber: BimbinganIslam.com

Tidak ada komentar: