Menghargai Aur4t Anak Terutama perempuan tingkat sd

Beberapa hari lalu, aku ada urusan ke sebuah PUSKESMAS. Letak PUSKESMAS ini berhadapan dengan sebuah SD yg saat itu ternyata jam bubaran kelas 1 dan 2. Di depan sekolah berjejer abang2 tukang mainan, tukang jualan, riuh....

Aku berdiri menunggu gojeg, selintas aku mendengar obrolan abang penjual mainan dengan abang penjual huruf dari bahan seperti gabus gitu (nanti anak2 yg mau beli tinggal memilih huruf sesuai dgn namanya, nanti huruf2 tsb sama si abang penjual di tempelin di kardus tebal, dikasih doubletip di belakangnya, nanti anak tinggal tempel di pintu/lemari)

"kamu sengaja yaaa ngelama-lamain," kata abang penjual mainan, dengan nada ngeledek, kepada abang penjual huruf yg sedang menempelkan huruf2 ke karton tebal.

"Ya iya dong.... rejeki nomplok, kapan lagi..." jawab si abang penjual huruf sambil terkekeh.

Aku nggak ngeh mereka bicara apa. Sampai aku tersentak, rupanya, berhadapan lurus dengan si abang penjual huruf, si pembeli -gadis kecil mungkin SD kelas 1- sedang berjongkok menunggu pesanan hurufnya.

Menghargai Aurat Anak

Posisi berjongkoknya memperlihatkan pakaian dal4mnya. Langsung celana dalam. Yg dalam saat itu cara pakainya tak rapi, agak miring, memperlihatkan aur4t terintimnya.

Spontan aku menarik gadis kecil untuk berdiri.

"Jangan kurang ajar yaa," judesku pada abang penjual huruf. Dia gelagapan. Terkaget karena nggak nyangka ada orang dewasa yg menguping pembicaraan mereka. Abang penjual mainan juga terlihat ketakutan saat aku menatapnya tajam.

"Kulaporin kalian berdua kalo berani kurang ajar," ancamku.

Tak ada orang dewasa selain aku disana. Si gadis kecil yg telah menyelesaikan transaksinya menepi ke teras luar puskesmas. Sama sekali tak menyadari kalo barusan ada 2 laki2 dew4sa telah keenakan menonton aur4t terint1mnya. Dia 'beruntung', ini bukan tempat sepi, jadi kejahatan tak berlanjut ke pelec3han yg lebih mendal4m.

"Mama belum jemput?" Tanyaku

"Sebentar lagi," jawabnya tenang, wajahnya berbinar senang mengamati rentetan huruf warna warni bertuliskan namanya 'KEISYA'

kucancell gojegku. Aku ingin menunggu sampai mama Keisya datang.

"Bu, kalo boleh saran, karena Keisya pake r0k, sebaiknya dipakein cel4na double didalamnya sebelum pake r0k. Seperti legging atau celana panjang kaos," saranku. Kuceritakan apa adanya atas apa yg kulihat dan percakapan abang2 pedagang yg kudengar.

Aku teringat, sekitar 5 tahun lalu. Aku nganter Raffi -putra ke dua- yg kala itu masih TK ke acara porseni di Ancol. Usai lomba, kami semua bermain pasir di pantai.

5 tahun lalu, Ancol belum seperti sekarang. Kala itu, Tempat bilas masih di ruang terbuka. Ada semacam lingkaran besar dengan puluhan kran mengitarinya, di ruang terbuka itulah anak anak membilas bad4nnya usai bermain pasir

(Bulan februari kemarin aku juga nganter si bungsu acara porseni ke Ancol, dan kulihat sekarang tempat bilas sudah di ruang tertutup, aku nggak tau apa ruang tertutup ini hanya di sini saja, sementara di bagian pantai lain masih membilas di ruang terbuka, mengingat pantai yg sangat luas, jadi aku kurang tau perkembangan keseluruhannya)

Kembali ke Raffi, 5 tahun lalu...

Usai main pasir, orangtua sibuk membilas anaknya. Dan demi kepraktisan, tak sedikit orangtua yg langsung membuka total baju anak2nya, t3lanj4ng set3lanj4ng-t3lanj4ngnya, menyabuni, lalu memakaikan baju ganti dibawah pohon yg rindang.

Mungkin, ibu2 itu berpikir, lebih praktis memandikan anak dalam kondisi si anak tak berpakaian, cepat bersihnya, nggak ribet sama baju yg berpasir, lalu memakaikan baju ganti di bawah pohon (ruang terbuka) lebih mudah dibanding nyari2 kamar mandi atau ruang tertutup

Apakah kita bisa menjamin semua yg dipantai ini adalah orang2 yg 'sehat'?. Dari ratusan pengunjung pantai benarkah semua tak ada yg 'penjahat s3ksu4l'?

Disana...ada abang2 penjual kepiting, ada mas2 penjual teh botol, ada bapak2 tukang sewa perahu, ada bapak2 penyewa ban, ada supir bus, ada kondektur bis, ada mas2 tukang sapu.....bahkan salah satu orangtua dari teman anak kita pun bisa jadi adalah lelaki bej4t.

Kala itu, seorang gadis kecil putih cantik dan agak gemuk, menggerak2kan badannya, mungkin untuk mengeringkan air yg masih menempel di bad4nnya yg baru saja dibilas ibunya.

G4dis k3cil ini tak terbalut selembar benangpun. Ibunya, sibuk membongkar tas, mencari baju ganti.

Seorang bapak tak jauh dari sana, juga sedang sibuk mengeringkan badan anaknya. Tanpa sengaja aku menangkap kemana tatapan mata si bapak ini.

Aku terperangah, diantara tangannya yg sibuk memasangkan baju anak lelakinya, si bapak ini curi2 pandang ke gadis kecil yg t3lanj4ng. Matanya fokus ke satu titik. Ke org4n terint1m si g4dis k3cil. Menatap tepat kesana!

Memang hanya beberapa detik, tak sampai 1 menit. Tapi aku bisa mengartikan itu tatapan yg tak pantas.

Aku berdiri ke tengah, menghalangi si bapak menghujamkan tatapannya pada aur4t tertinggi si g4dis kecil. Dan kudapati riak terkejut dimata bapak itu, menyadari kalo ada yg memperhatikannya

"Ngeliatin apa Pak?" Tanyaku dengan nada sejutek yg kubisa.

Si bapak buang sela. Mengeringkan kepala anaknya, membilas sandal anaknya, menjauh dariku.

Aku dekati si ibu gadis kecil. Memintanya untuk minimal menutup aur4t yg paling aur4t dari anaknya, krn ada laki2 yg keenakan menikmati tubuh anaknya.

Aku nggak paham, apakah kasus seperti ini bisa diributkan? Mereka 'hanya' melihat gratis apa yg terpampang nyata di depan mereka. Walaupun menurutku cara melihatnya sudah mengandung unsur gak pantas.

Lalu aku teringat pesan bang Napi "kejahatan terjadi bukan selalu karena pelaku berniat jahat, tetapi kejahatan bisa juga terjadi karena ada kesempatan, karena itu waspadalah! Waspadalah!"

Berdasarkan pengalaman2 buruk ini, mari Bu ibu....kita jaga aur4t anak2 kita. Anak2 terlalu polos menyadari kalo mereka bisa saja dalam ancaman bahaya.

Untuk sahabat yg punya anak perempuan, lebih aman kemana2 anaknya pake celana panjang dan atasan saja, kalo pun anaknya harus pake rok atau gamis, pastikan didouble dgn celana panjang.

Begitupun saat di tempat umum yg mengharuskan anak ganti baju. Carilah ruang tertutup. Dan pastikan, minimal aur4t yg paling aur4t, tak dilihat oleh siapapun kecuali orangtua dan pengasuh kepercayaan.

Untuk anak perempuan, batas dari leher kebawah sampai atas lutut. Untuk anak laki2 dari perut sampai atas lutut. Terutama org4n ter1nt1m, aur4t yg paling aur4t, jaga baik2. Terlalu banyak mata2 bejat diluar sana.

tak mengapa jika harus ribet dan repot, yg penting 'kehormatan' anak terjaga.

Yuk bu...saling menjaga.... saling mengingatkan. Lihat senyum manis anak2 kita, senyum itu terlalu polos untuk menyadari adanya bahaya, kita yg harus lebih waspada menjaganya sambil terus mengajari mereka untuk berhati2 menjaga diri

Ya Allah....sebaik2 pelindung....lindungilah anak2 kami. Peluklah mereka dengan erat...kirimlah malaikatMu untuk menjaga mereka dengan ketat...aamiin

By Fitra Wilis Masril(fb)

Tidak ada komentar: